Minggu, 03 Januari 2010

Cerita Dewasa Dan Video Mesum – Sprei Merah Menjadi Saksi Persetubuhan Kita

Pada waktu aku telah menyelesaikan, karena letak kantorku yang amat sangat jauh dengan rumah. Aku memutuskan untuk mengontrak Apartemen di daerah Kuningan sehingga jika ke kantor tidak terlalu jauh.
Namaku Bramanto. Sekarang saya berkerja di salah satu perusahaan telekomunikasi di daerah kuningan Jakarta. Dulu aku tinggal bersama kedua orang tuaku di sebuah kompleks tentara yang amat membosankan sehingga aku memutuskan untuk mandiri dengan menghuni apartemen milik dari saudaraku yang baru menikah sehingga dia di boyong oleh suaminya ke Surabaya.
Hari pertama aku menghuni aku lapor dengan Ketua Perhimpunan Pengurus Apartemen dimana aku tinggal beliau kebetulan tinggal di lantai 12 sedangkan aku di lantai 11. Setelah melapor aku dimohon bantuannya untuk menjaga kebetulan adik perempuan beliau tinggal di sebelahku yaitu Tante Vivi. Hari kedua aku mencoba untuk berkenalan dengan Tante Vivi, ternyata beliau tidak terlalu tua, kelihatannya sekitar 38 – 40 tahunan. Orangnya ramah dan baik sekali. Yang aku heran sampai umur segitu beliau belum menikah, mungkin punya masalah dengan karir karena aku melihat mobilnya ada dua yaitu Toyota Alphard dan Toyota Camry.
Tante Vivi begitu aku memanggilnya memiliki 2 pembantu dan seorang sopir yang telaj melayani beliau selama 3 tahun di Apartemen itu.
Berikut adalah pengalamanku diwaktu tidak terduga dimana aku dititipkan kunci Apartemen oleh beliau karena semua pembantu dan sopirnya cuti lebaran, sehingga beliau tingal di rumah kakaknya di lantai 12,
Sekedar gambaran, Tante Vivi mempunyai tinggi badan sekitar 165 cm, mempunyai pinggul yang besar, buah pantat yang bulat, pinggang yang ramping, dan perut yang agak rata (ini dikarenakan senam aerobic, fitness, dan renang yang diikutinya secara berkala), dengan didukung oleh buah dada yang besar dan bulat (belakangan saya baru tahu bahwa Tante Vivi memakai Bra ukuran 36B untuk menutupinya). Dengan wajah yang seksi menantang dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante Vivi menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung belang.
Hingga pada suatu sore, saat saya pulang kerja saya mendengar ada ketukan pintu di apartemenku , kemudian saya intip dari lubang pintu ternyata Tante Vivi.
“eh ya ada apa tante” kataku sambil membuka pintu. “Ngga Bram ada surat atau tagihan kartu kreditku ngga dari Front Office depan?” jawan tante Vivi. “Sepertinya ngga ada tante” jawabku “Eh aku numpang ke kamar mandimu ya” sambil meringis, mungkin dia udah kebelet pips he he he. “silahkan tan tapi kamar mandinya ngga sebersih punya tante lho maklum bujangan” kataku sambil tertawa. ” Ngga apa apa” jawabnya.
baru aku sadar bahwa si tante vivi memakai baju training tipis mungkin baru lari atau fitness di lantai 2. “Abis lari ya tan” tanyaku “Iya tapi nyari kamar mandi susah mana liftnya lama lagi” ujar tante vivi sambil ngeloyor ke kamar mandiku.
Sambil jalan ke dapur aku berfikir kok kayaknya ada yang salah ya dengan membiarkan si tante ke kamar mandi tapi apa ya?. Ya ampun tadi khan aku lagi nonton BF di laptop memang kebetulan mau coli sih maklum belum ada pasangan/pacar. Wah mati gue ketahuan dah sama tante vivi. Ah bodoamatbodo amat kaya dia ngga pernah muda aja.
Begitu keluar dari kamar mandi si tante senyum-senyum, wah malu deh aku.
“Hayo kamu tadi lagi ngapain Bram? tanya si tante. “Ngga ngapa-ngapain kok tan” jawabku sambil menunduk kebawah, Malu cing. Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya. “Bram..” katanya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu.
“Ya Tante..?” Jawab saya. “Eee.. nggak jadi deh..” Jawabnya ragu-ragu.
“Ada yang bisa saya bantu, Tante..? Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-raguannya.
“Eee.. nggak kok. Tante cuma mau nanya..” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.
“Kamu sering ya nonton film itu di kamar mandi..?” tanya dia.
“Iya sih tan. Maklum tan belum punya pasangan..?” jawab ku terpaksa.
“Terus pake sabun ya ? he he he kata tante vivi sambil tertawa
“Iya tan, udah ah aku tengsin nih malu ditanya terus” Tegasku sambil ngomel.
“Jangan marah dong , biasa lagi bujangan yang penting jangan main pelacur, jorok nanti kena penyakit” jawab tante vivi.
“Eee.. mau dibantuin Tante nggak..? sambungnya “Maksud tante? Tanya ku wah ibarat ada lanjutan dari film ku tadi nih. Kayaknya si tante horni abis. ” Iya kamu nonton bareng tante khan biar ngga malu lagi” sambil melayang tangan tante vivi ke selangkangan ku.
“sana ambil laptop mu” asik banget dah pikirku tanpa tendeng aling-aling aku berlari kekamar madi dan membawa keluar laptop itu.
Kemudian aku setel lebih dulu film yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa menit kemudian Tante vivi duduk disebelahku sambil membawa teh panas dengan wangi tubuh yang segar. Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut baju training dan kemudian beliau melepas atasannya sehingga terlihat tanktop tipis biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya melihat puncak buah dadanya karena dia tidak memakai Bra. Tanpa kusadari, di antara degupan jantungku yang terasa mulai keras dan kencang, kejantananku juga sudah mulai menegang. Dengan santai dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton film BF yang sedang berlangsung. “Cakep-cakep juga yang main..” akhirnya dia memberi komentarnya. “Dari kapan Bram mulai nonton film beginian..? tanyanya.
“Udah dari dulu Tante..” kataku. “Mainnya juga bagus dan tidak kasar. Bram udah tahu rasanya belum..? tanya dia lagi. “Ya sempet sih tan waktu di rumah sakit sama suster”
“wah enak dong lagi sakit di servis suster” “Iya tapi udah lama tan udah lupa rasanya, tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih”, kataku. “Ah Bram ini kok jadi nakal yah sekarang”, katanya sambil mencubit lenganku.
“Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang.
Tidak lama berselang, tiba-tiba Tante Vivi menyenderkan kepalanya ke bahuku. Seketika itu pula aku langsung membara. Tapi aku hanya bisa pasrah saja oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante Vivi sudah mulai mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut . Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup membuat aku nervous karena itu adalah kali pertama aku diperlakukan oleh seorang wanita yang usianya diatasku. Kejantananku sudah mulai semakin berdenyut-denyut siap bertempur. Kemudian Tante Vivi mulai menciumi leherku, lalu turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat ujung dadaku, secara bergantian kanan dan kiri. Tangan kanan Tante Vivi juga sudah mulai masuk ke dalam celanaku, dan mulai mengusap-usap kejantananku. Karena dalam keadaan yang sudah sangat terangsang, aku mulai memberanikan diri untuk meraba celana yang dia pakai. Aku remas payudaranya dari luar tanktop, dan aku remas-remas, terkadang aku juga mengusap ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku. “Ssshh.. ya situ Bram..” katanya setengah berbisik. “Ssshh.. oohh..”
Tiba-tiba dia memaksa lepas celana pendekku, dan diusapnya kejantananku. Akhirnya bibir kami saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. Dan dia mulai menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku. Sambil berciuman tanganku mulai bergerilya melalui celana trainingnya yang aku pelorotkan ke bawah sampai pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya sudah mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana dalam Tante Vivi.
Satu persatu kami membuka baju, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat. Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan kemaluannya. Dia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain di daerah seputar klitorisnya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu jari kedua. “Aaahh.. sshh.. oohh.. terus Bram.. terus..” bisik Tante Vivi.
Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya terlihat agak bergetar. “Ya.. terus Bram.. terus.. aahh.. sshh.. oohh.. aahh.. terus.. sebentar lagi.. teruuss.. oohh.. aahh.. aarrgghh..” kata Tante Vivi. Seketika itu pula dia memeluk tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru aku tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan terkulainya tubuh Tante Vivi yang terlihat sangat lemas di sofa.
“Saya kapan Tante, kan saya belum..?” Rujukku. “Nanti dulu yah sayang, sebentar.. beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja”, kata Tante Vivi.
Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir kemaluannya sampai mengenai klitorisnya, aku dekati payudaranya yang menantang itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya. Sehingga rupanya Tante Vivi juga tidak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya. Sehingga sesekali terdengar suara erangan dan desisan dari mulutnya yang seksi. Aku usap-usapkan kejantananku yang sudah sangat amat tegang di bibir kemaluannya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia membimbing batang kemaluanku menuju lubang kemaluannya. Pelan-pelan saya dorong kejantananku agar masuk semua.
Kepala kejantananku mulai menyentuh bibir kewanitaan Tante Vivi. “Ssshh..” rasanya benar-benar tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Lalu Tante Vivi mulai menyuruhku untuk memasukan kejantananku ke liang kewanitaannya lebih dalam dan pelan-pelan. “Aaahh..” baru masuk kepalanya saja aku sudah tidak tahan, lalu Tante Vivi mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang kejantananku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam. Bagian dalam kewanitaannya sudah terasa agak licin dan basah, tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama tidak dipergunakan. Namun Tante Vivi tetap memaksakannya masuk. “Aaagghh..Bram ” rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun kejantananku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante Vivi.
Lalu Tante Vivi mulai menyuruhku untuk menggerakkan kemaluanku di dalam kewanitaannya, yang membuatku semakin gila. Ia sendiri pun mengerang-ngerang dan mendesah tak karuan. Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat, seperti ada sesuatu yang membuat liang kewanitaannya bertambah licin, dan makin lama Tante Vivi terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Dan tiba-tiba kemaluanku terasa seperti disedot oleh liang kewanitaan Tante Vivi, yang tiba-tiba dinding-dinding kewanitaannya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali. Aduuh.. kalau begini aku makin tidak tahan dan.. “Aaarrgghh.. sayaang.. Tante keluar lagii..” jeritnya dengan keras, dan makin basahlah di dalam kewanitaan Tante Vivi, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Dan akhirnya Tante Vivi terkulai lemas, tapi kejantananku masih tetap tertancap dengan mantap.
Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa. Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku.
“Ssshh.. shh..” desahan Tante Titik sudah mulai terdengar lagi. Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Aku mencoba untuk menusukkan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya, pelan tapi pasti. Kepala Tante Vivi agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam. Kejantananku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam kewanitaan Tante Vivi, lalu aku mulai menggerakkan kejantananku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya konvensional yang tadi.
Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan seksi. “Ssshh.. aarrgghh.. oohh.. terus Bram.. terus.. aarrgghh.. oohh..” Tante Vivi terus mengerang.
Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Vivi merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantalan sofa dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada sofa itu sambil lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas. Dan aku merasa kejantananku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus.
Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam buah pantat Tante Vivi dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang kewanitaan Tante Vivi. Tubuhku terasa sangat lemas sekali. Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan kejantananku dari liang nikmat milik Tante Vivi.
Dengan raca kecapaian yang luar biasa Tante Vivi membalikkan tubuhnya dan duduk di sampingku sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil tangan kanannya menutupi permukaan kemaluannya.
“Wah kok ngga ditarik sih Bram, nanti aku hamil lho..? tanyanya dengan suara yang agak bergetar. “Maaf tan aku lupa abis keenakan sih” jawabku “Ya sudahlah.. tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar ya..?” katanya menenangkan diriku yang terlihat takut. “I.. iiya Tante..” jawabku sambil menunduk.
“Ya santai aja aku sebenarnya udah minum pil kok Bram” jawan Tante Vivi.
Wah rupanya nih tante udah pengalaman dalam hal beginian, tapi ngga apa-apa dah gua belagak culun aja

Cerita Dewasa + Video Bokep – Gadis Namanya

Yah nama itu sekarang tinggal jadi kenanganku yang indah entah kapan kita bisa ketemu lagi semenjak kepindahannya April ini ke luar kota nunjauh di sana.
Kami kenal di FS, dan mulai sering berkirim pesan di fasilitas FS tersebut, mulai dari status ku yang complicate dan diapun ternyata janda beranak satu ditinggal oleh laki laki yang lari kepelukan wanita kaya, kejadian itu sudah 6 thn berlalu semenjak ia hamil 2 bulan, dan semenjak itu dia tidak punya laki2 yang dekat dihatinya, kecuali dengan perkenalan kita Gadis merasa klob dan senang berbagi melalui FS ini.
Setelah sebulan berkenalan, kamipun bersepakat untuk ketemu di sebuah pertokoan di jakarta selatan, diapun memperkenalkan putrinya berumur 6 tahun, dan pertemuan pertemuan selanjutnya hanya melalui sms dan telepon karena posisi kita berjauhan, aku di Cilegon dan dia di Cireundeu.
Selama kurang lebih 3 bulan masa perkenalan kita, banyak cerita, keluh kesah, dan segala permasalahannya yang sering diceritakan kepadaku, dan akupun memberikan masukan yang sangat membantu dan memberikan awan cerah menurutnya
Dan suatu ketika; “a… pernah berpikiran untuk memaduku, menjadikanku istri kedua? Aku siap a, aku rela, aku ikhlas, aku tentram di samping aa” itu kata – kata yang menyambarku di sebuah pembicaraan via tlp di suatu siang…. Dengan alasan tidak bisa dibicarakan di telpon, kitapun sepakat untuk bertemu di Bandung, dan kebetulan aku ada meeting di Bandung, diapun ada urusan ijazah di bandung.
Semenjak pembicaraan itu, saat tlp – tlp selanjutnya aku selalu menggodanya untuk menggiring pikirannya tentang rencana kepergian kita ke Bandung; “kalo kita nginep berdua di Bandung trus terjadi hal – hal yang diinginkan, gak apa apa ya, kan Gadis tau, aku udah –puasa- cukup lama” ucapku, “wah jangan aa, tolong jaga aku, jangan goda aku, aku gak kuat aa, udah sekian lama gak di sentuh laki laki, please…” pintanya memelas, “kita liat nanti ya” jawabku lagi.
Kemudian minggu depannya kamipun bertemu di sebuah mall di pusat jakarta, membeli perbekalan untuk di perjalanan dan langsung cabut ke Bandung.
Diperjalanan menuju bandung aku bahagia sekali karena Gadis begitu memanjakan aku dengan melayani kebutuhanku, mulai dari mengambilkan kemilan, menghidupkan korek untuk rokokku, sampai memijit tanganku yang pegal, semua dilakukan dengan mesra yang menyentuh hasrat ku untuk menciumnya, tapi sekali lagi aku takut untuk bertindak yang bukan – bukan, karena aku sangat menghormati dan menyayangi dia, hanya tinggal angan – angun ku yang tiba tiba ngeres karena sentuhannya.
Tapi aku Heran, setiap kali mencuri pandang melihat wajah Gadis, ada kemuraman, kekurangan sesuatu atau entah apa lah dibalik senyum tawa canda disepanjang diperjalanan.
Sesampainya di Bandung, kamipun mencari penginapan yang tenang, “2 bad yang misah ya aa’, “kenapa?”, “aku takut terjadi….” Iya aku usahakan.
Di resepsionis aku minta 1 bad besar (he he he he)
“kok bad besar a. aku dimana?” tanya Gadis ketika sampai dikamar, “udah bareng aja, kalo engga’ aku di bawah deh” sergahku menghilangkan kecurigaannya..
Beberapa menit kemudian aku mandi dan keluar langsung menggunakan pakaian lengkap, takut dia curiga.
Dan ketika dia mandipun begitu, hanya saja pada saat setelah mandi tiba – tiba dia menyeruak dari balik pintu, “a, tolong tasku di meja” ketika aku ambilkan, terlihat siluet tubuhnya dibalik pintu yang terpantul dari kaca di dalam kamar mandinya, aku terperanjat dan berfikir; “ampun sexy sekali gadis, walaupun dilihat dari bayangan kaca”.
Setelah selesai berbenah, aku coba sibukkan kegiatan ku dengan penyiapan laporan untuk meeting besok, sedangkan Gadis mengunjungi teman2nya untuk say hallo. Sayangnya selama aku bekerja, tapi tak satupun laporan yang aku hasilkan, sedari tadi pikiranku melayang ke siluet kaca tadi, dan itupula yang membuat “adikku” bangun dan meronta ronta. Berkali kali aku coba hilangkan pikiran ku tentang hal itu, tapi hilang sudah akal sehatku.
Tiba – tiba pintu kamar diketuk, “a, aku pulang” pintu pun aku buka dan langsung ku peluk dia….
“ada apa a, kok gini…”, “gak apa apa” jawabku, “kangen aja.”
Setelah beristirahat dengan alasan capek ngerjain laporan untuk besok, “aku pijitin ya a” dan langsung tangannya menyentuh bahuku, rasa tentram dan hangat menjalar di tubuhku, aku bingung, kenapa perasaan santai ini tidak membuat “adikku” tenang, malah makin meronta kuat.
“dis, ganti baju dulu gih, kan abis jalan, kotor” kataku, sejurus kemudian ia sudah melangkah ke kamar mandi dengan pakaian tidur di tangan, “jangan ganti di kamar mandi, basah nanti celana jeansnya, aku balik kanan deh, gadis ganti di kamar aja” kataku tenang sambil membalikkan badan menghilangkan keraguan hati gadis.
Sejurus kemudian dia sudah ada di sampingku dengan daster leher rendah dan lengkap dengan bra dan CD.
“ughhhhh….” Kataku sambil menikmati sentuhan lembut gadis, dan tak sengaja dadanya yang cukup besar menyentuh punggungku.
Karena tidak tertahankan, aku membalikkan badanku dan langsung memeluk Gadis, napasnya yang tercekat dan kata – kata yang tak mampu keluar dari mulutnya karena aku mencium gadis begitu buasnya, tak lama berselang gadispun akhirnya membalas ciumanku dengan mesra, dan posisi diapun diatas menghimpitku.
Tak terasa dadanya mulai mengeras semakin menyentuh dada dan kelaki lakianku, tangankupun merayap menyusup kebalik dasternya untuk menyentuh buah dadanya yang semakin kencang. “Agrhhhh…..” terpekik pelan dan mencoba menghindar dari sentuhan tanganku namun tak kuasa karena kami sudah semakin menikmati pemanasan awal ini.
Akupun coba membuka kaitan branya dengan satu tangan dan berhasil, diapun melotot tanpa mampu menolak karena sejurus kemudian mulutku sudah menciumi wangi payudaranya yang montok itu, “ampun sudah punya satu anak, tapi masih kencang juga dadanya”
“Ah ugh sssh….” Semakin meracau mulutnya karena sentuhan bibirku di payudaranya semakin membangkitkan hasrat Gadis, akupun menukar posisinya dibawah dan aku menindih….
Perlahan lahan aku mengambil kesempatan untuk melepas celana boxerku dan lansung membuka paha gadis. Sengaja kusentuhkan “adikku” ke permukaan celana dalamnya yang tipis, aku berharap menambah sensasi untuknya, tanpa terburu buru membuka celana dalamnya, takut dia kaget dan membuyarkan konsentrasinya, pinggulku sengaja kugoyangkan agar, “adikku” menyentuh lembut permukaan vagina Gadis, tak berapa lama, terasa di ujung “kepala jamurku” ada sesuatu yang basah dan aku tau gadis makin terangsang dan mulai mengeluarkan pelicin dan secara tidak langsung menyatakan “siap”, aku pelan pelan turun sambil menciumi perut dan paha bagian dalamnya, gadispun makin mendesis dan menyentuh lembut kepalaku mengisyaratkan untuk cepat menyentuh bibir vaginanya yang makin basah.
Ketika sampai di antara dua pahanya, akupun berusaha semakin memperlebar bukaan pahanya agar aku leluasa untuk meciumi vaginanya yang harum khas, “ternyata dia tetap menjaga kewanitaanya dengan baik” pikirku.
Setelah kujilati dengan mesra, semakin lama semakin banyak ‘ lendirnya keluar, makin bersemangat aku, dan gadispun mulai membanting banting badannya karena tidak tahan menerima penjelajahan lidahku di sekitar liang vaginanya dan ketika klitorisnya kusentuh; “ughhhh asssshhh ampun a” jeritnya, sambil menekan kepalaku untuk semakin terbanam diantara selangkangannya, “ooohhh a, aku gak tahaaaaan a, ampun a, jangan siksa aku please……”
“agrhhhhh a, ampuuuun, please jangan siksa aku….” Gadispun mengejang untuk beberapa menit, selagi dia semakin mengejang, akupun semakin kuat menciumi dan menjelajahi klitorisnya karena aku tau, Gadis hampir orgasme….
Satu hentakan kuat keatas, tiba – tiba punggungku perih karena kuku Gadis menancap dipunggungku dan badannyapun mengejang kuat, dan diapun melemas tak berdaya. Raut wajah mukanya pasrah dengan apa yang sedang aku lakukan, napasnyapun tersengal sengal menahan birahi yang sedang bergejolak bersamaan dengan orgasme yang sedang Gadis alami.
Disela sela kepasrahannya;” a, makasih, belum pernah aku merasakan ini…..” sambil mengucurkan air mata kebahagiaan dan kepuasan yang terpancar di wajah gadis.
Pelan pelan aku merangkak di sampingnya sambil menahan hasratku, aku sempat berfikir, kalo aku langsung hajar, pasti kaget, aku tidak ingin dia jadi berfikiran macem macem.
Pelan pelan walaupun dengan menahan gejolak “adik” yang tidak mau kompromi, ku peluk mesra Gadis, dan Gadis pun bersandar di dadaku. Sambil beristirahat kucoba sentuh dadanya yang masih mengencang padat, “aa belum keluar ya, Gadis harus gimana ya…” kataku, “santai aja, yang penting Gadis nyaman…”, “tapi please jangan dimasukin ya….”
Aku mulai bergerilya lagi dengan mencium bibirnya yang tipis dan turun kelehernya yang tak luput kuciumi. “Ssshhhh….” Desahnya, akupun turun ke dadanya yang mulai mengencang kembali, tak berapa lama aku coba sentuh liang kemaluannya, ternyata sudah basah lagi dengan lendirnya yang wangi, sambil menciumi dadanya aku telentangkan gadis dan kubuka belahan kakinya sehingga posisi misionaris aku dapatkan, ketika “adik” menyentuh pelan vaginanya, “ssshhhh….” Kembali terdengar dan pelukannya semakin erat, aku coba menggoyangkan pantatku agar “adiku” menyentuh lembut liang vagina Gadis, “ssshhhh…. a, enak a, aku gak tahan a, jangan siksa lagi aku dengan rasa ini, please…..” pelan pelan kepala jamurku ku masukkan kedalam liang vagina Gadis, matanyapun merem melek, tangannya menahan badanku tanda supaya tidak memasukkan punyaku keliang gadis;”…perih a’ pelan ya….. sakit….. ughhhhh, a….
Aku pun terpaksa menahan setengah, agar masuknya tidak terlalu terburu buru dan membuat gadis sakit. Akupun memaju mundurkan untuk beberapa menit agar vagina Gadis merasa terbiasa lagi, akupun menikmati “kepala adikku” di peluk erat, dan semakin membuatku harus menahan libido yang sudah di ubun ubun ini supaya tidak meledak. Setelah beberapa menit, gadis mulai merasa nyaman dan menikmati masuk keluarnya goyanganku, akupun menambah kedalaman “adikku” agar berenang di dalam vagina Gadis, diapun melotot tanda kaget,”a pelan ya, besar sekali, aku kepenuhan rasanya….”katanya. akupun harus bersabar kembali menarik ulur “adikku” kira kira tiga perempatnya, setelah sekian menit, diapun mulai mengencangkan badannya dan “aghhhh a…. aku gak kuat, aku pengen keluar a….” please jangan buat aku gak tahan….. rintihnya sambil semakin mengencangkan pagutan tangannya dibadanku, dan diapun menggelinjang gak tertahankan, tiba tiba kakinya di silangkan kepunggungku, dan serta merta terbenam lah seluruh “adikku” di dalam vagina Gadis; “aghhhh a, ampun aku gak tahan…. Saat itupun aku merasakan kembali orgasmenya untuk yang kesekian kalinya dan aku pun mempercepat goyanganku diatas, Gadispun terbanting banting badannya menahan kenikmatan ini, “adikku”pun terasa sekali dipijit pijit oleh liang vagina Gadis, setelah beberapa menit, Gadispun akhirnya tak berdaya, hanya racauan mulutnya tanda kenikmatan saja yang ada, akupun semakin bersemangat memompa. Tiba tiba “ada remasan yang kuat lagi di liang vagina Gadis yang kurasakan ketika ku lihat keselangkangan Gadis, tarikan pinggangku membuat bibir vagina gadis tertarik dan menimbulkan sensasi yang membuatku tidak dapat menahan air maniku yang mulai ingin muncrat, nadiku terasa berdenyut kencang membuat Gadis terpacu lagi untuk orgasme, diapun makin meracau sampai pada menit berikutnya kakinya kembali merangkul pinggangku, dan “…a, aku keluar lagi, teruuuus a, terusss… aghhhhh bersamaan dengan itu muncrat pula air maniku, untuk beberapa kali semprotan yang kerasa dan langsung membasahi liang kewanitaan Gadis, akupun merasa seluruh tenaga dan otot ku dihisap kedalam vagina Gadis, dan setelah itu aku biarkan “adikku” terbenam tenang dalam vagina Gadis dan kitapun berpelukan, “ssshhh….” Racauan Gadis karena merasakan denyutan nadi “adik” ku di dalam Vaginanya.
Untuk sekian lama masih kudiamkan “adik”ku terbenam di vagina yang masih hangat, terasa olehku lelehan air mani bercampur lendir kenikmatan Gadis yang keluar dari liang vagina Gadis.
“a…. kenapa kita begini ya, Gadis malu” ucapnya, dan tidak lama kemudian kamipun tertidur pulas.
Ketika menjelang subuh, dinginnya udara Bandung merayapi tubuh kami yang tanpa selimut, akupun bergeser untuk memeluk Gadis, sekecap ia bangun untuk merapatkan tubuhnya dipelukanku, tanpa sengaja, “adik”ku bangun karena tersentuh belayain lembut sentuhan tangan Gadis, “uuughhh….” Lirihku, dan seakan iapun mengerti dan semakin menyentuh lembut “adik”ku, entah berapa lama, tiba – tiba ia melepaskan sentuhannya karena terkesiap dengan kembali bangunnya “adik”ku, “a… kok jadi besar lagi?”, “Gadis sih, jadi bangun deh” ucapku.
“a… nanti lagi ya, agak perih nih, maaf udah lama tidak terbiasa lagi”, iya, santai aja, kapan kapan juga boleh” jawabku dengan merajuk, iapun tersenyum sambil mencubit mesra dadaku.
Kucium mesra keningnya, dan akupun mencium bibir hangatnya dan terus menjajah ke sekitar leher, “aku sayang Gadis” ucapku sambil mencium kuping dan sekitarnya, “sshhh…” kembali dia mendesah. Ciuman ini kulanjutkan turun ke dadanya yang montok dan berkonsentrasi disekitar putting susunya yang berwarna Pink, lagi – lagi “sshhh…. Keluar dari bibirnya yang mungil karena menahan sensasi dan rangsangan yang menjalar ditubuhnya karena kuciumi putting susunya, kumainkan dengan ujung lidahku, dengan meracaunya Gadis yang semakin keras suaranya, menandakan dia mulai terangsang hebat, dengan tidak malu – malu lagi, dia mulai menyentuh lembut “adik”ku dan kali ini sampai pada buah zakarku, “uuuughhh…..” desahku, begitu lembut tangannya sehingga makin mendidihkan gejolak nafsuku yang sudah tidak tertahankan, akupun langsung bergeser kembali keselangkangan Gadis untuk menciumi dan menjelajahi bibir vagina yang mulai mengeluarkan lendir kenikmatan yang semakin banyak, ketika aku mulai menyentuh klitorisnya dengan hidungku dan liang Vaginanya kujelajahi dengan ujung lidahku, “agrrhhhhh, ampun a… Gadis gak kuat, please….. jangan lama lama a…
Diapun semakin menjepitkan pahanya dan tangannya semakin menekan kepalaku, “…. Sshhh…. Ughhhh…. Aaaaa, aku keluar…..” bersamaan dengan itu vagina Gadis banjir dengan lendir kenikmatan yang keluar bersamaan dengan orgasmenya, akupun menjilati dan menelan seluruh lendir itu.
Setelah kejangannya mereda, pahanya mulai mengendur, kesempatan ini aku gunakan untuk menempelkan “adik”ku ke bibir vaginanya, aku takut kalo aku paksa masuk, Gadis akan menjadi kesakitan, “…. A, pelan ya” pintanya memelas, akupun kembali menyentuhkan “adik”ku ke Vaginanya. Ketika rautnya sudah tenang, aku perlahan lahan memasukkan setengah “adik”ku keliang vaginanya yang basah kembali dan menggoyangkan pinggulku, “ughhh…. Ssshhh… kembali Gadis meracau nikmat, semakin lama racauannya semakin keras dan badannya mulai mengejang, “….uuugghhhh, aghhhh, ampun a….” Gadis memekik, karena tiba – tiba dengan satu hentakan keras, aku masukkan seluruh batang “adik”ku kedalam Vaginanya, iapun berpegangan dibadanku kuat sekali sambil menahan tekanan – tekanan yang semakin kuat kulancarkan, dalam sekian lama penetrasiku, entah berapa kali Gadis orgasme, lemas, tak berdaya menahan kebuasanku karena sejak dari sore aku tahan.
Setelah bosan posisi misionaris, “kenapa berhenti a, aku tanggung” pinta Gadis, kita coba dari belakang yuk, diapun pasrah merubah posisi membelakangiku dan langsung kembali kuhujamkan “adik”ku, “ughhh… agrhhhh, oohhhh, a, aku gak tahan, sambil memutar mutar pinggulnya menahan nikmat, membuat “adik”ku menggelembung membesar, rasa ingin memuntahkan “lahar” panas yang siap meledak, “…. Ugh dis, aku keluar ya….. oghhh, “bareng a….. ughhhhh pada saat kedutan di liang vaginanya makin keras menjepit, “crot, crot, crot …”entah berapa kali, muntah lah lahar panas itu menyemprot liang kenikmatan Gadis, “uuuugggghhhh aaaaaa…. Aku…” pekik nya, gadis pun mengejang kuat dan makin menjepit “adik”ku dan tak sempat ia ucapkan, untuk kesekian kalinya Gadis orgasme….
Kami pun ambruk kelelahan dengan posisi tertelungkup…..
Pagi hari kami sama – sama mandi dan saling membersihkan sisa sisa tadi malam, setelah itu, tanpa ku minta, ia dengan sigapnya menyiapkan pakaian kerjaku yang ada di tas, merapikan seluruh barang barang bawaan ku, dalam sekejap semua sudah rapi dan kitapun siap berangkat.
Tampak tabir keceriaan yang terpancarkan dari muka Gadis, senyum yang mengembang, ahhh ini kah namanya kebahagian, hadiah dari hubungan kasih sayang yang kami wujudkan tadi malam…?
Setelah sekian lama aku dan dia belum pernah lagi menikmati indahnya sentuhan dalam sebuah aktifitas yang membawa perasaan kita melayang jauh….
Entah lah….


Kenikmatan Gadis Muda Belia

Pada tahun 1994 saya tercatat sebagai siswa baru pada SMUN 2 pada waktu itu sebagai siswa baru, yah.. acara sekolahan biasa saja masuk pagi pulang sekitar jam 14:00 sampai pada akhirnya saya dikenalkan oleh teman seorang gadis yang ternyata gadis itu sekolah juga di dekat sekolah saya yaitu di SMPN 3.

Ketika kami saling menjabat tangan, gadis itu masih agak malu-malu, saya lihat juga gadis itu tingginya hanya sekitar 158 cm dan mempunyai dada yang memang kelihatan lebih besar dari anak seumurnya sekitar 34B (kalau tidak salah umurnya 14 tahun), mempunyai wajah yang manis banget dan kulit walaupun tidak terlalu putih tapi sangat mulus, (sekedar info tinggi saya 165 cm dan umur waktu itu 16 tahun), saya berkata siapa namamu?, dia jawab L—- (edited), setelah berkenalan akhirnya kami saling memberikan nomor telepon masing-masing, besoknya setelah saling telepon dan berkenalan akhirnya kami berdua janjian keluar besok harinya jalan pertama sekaligus cinta pertama saya membuat saya deg-degan tetapi namanya lelaki yah…, jalan terus dong.

Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu L—-muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam.
Saya tanya, “Mana ortu kamu…”, dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain.
“Oohh jawab saya,” saya tanya lagi “Terus Papa kamu mana?” dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang, penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan -akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR).

Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang. Tiba-tiba dia bilang “Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang”. Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggaklenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang “Pembantu kamu mana?”, dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang.
“oohh…”, jawab saya.
Saya tanya lagi, “jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?”, dia jawab iya.
“Terus Papa kamu yang bukain siapa…”
“saya…” jawabnya.
“Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih…”, tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam
24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget)
Saya tanya lagi “Kamu memang mau jadi pacar saya…”.
Dia bilang “Iya…”.
Lalu saya bilang, “kalau gitu sini dong dekat-dekat saya…”, belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh “Ohh.., oohh sakit”. katanya.

Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, “Tahan sedikit yah…”, dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, “Uuhh…, nikmat sayang”, kata saya. “Teruss…”, dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, “aahh…, aahh”. Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya. Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. “Aahh…, sakkiitt…”, tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku.

Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, “Ahh…, aahh…”, kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan. Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu.

Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju liang senggamanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya. Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas liang kewanitaannya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis, “aahh…, aakkhh… ohh…, nikmat sekali…”, dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan). Terlihatnya liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, “Aakkhh…, akkhh…, lagi…, lagii..”.

Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku. Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan. Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu.

Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, “Aakkhh…, aakkhh…”, sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. “aakk…, akk…, nikmat sayyaangg…”. Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas -remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis, “Aahh…, aahh…, aahh…, aahh”, sewaktu tangan kananku saya turunkan ke liang kemaluannya dan memainkan jari-jariku di sana.

Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya dari belakang. Saya sodok pelan -pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, “Aahh…, ssaayaa..,. ssaayaangg…, kaammuu…”, sayapun terus menyodok dari belakang. Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penis saya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya kembali. Pelan -pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang kemaluannya dia pun langsung mendesis kembali, “Ahh…, aahh…”, saya tuntun penis saya menuju lubang senggamanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi. Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, “Ssaakkiitt…”. Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga kejantanan saya terasa seperti lecet di dalam kewanitaannya. Saya lalu bertahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata “Tahann.. sayang… cuman sebentar kok…”

Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di payudaranya, “Ahh…, aahh…, ahh…, kamu sayang sama lakukan?” dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam liang kewanitaannya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada di suatu tempat yang dinamakan surga. “Enak sayang?”, kataku. Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, “Aahh…, aahh…” lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, “Aahh…, ahh…, ahhkkhh…” akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak “Sayaa mauu keeluuarr…”. Sayapun berkata “aahhkkssaayyaanggkkuu…” , saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai -sampai saya rasakan menyentuh dasar dari liang senggamanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, “Ahh…, aahh…, ahh…, akkhh…, akkhh…, truss” langsung dia bilang “Sayyaa kkeelluuaarr…, akkhh…, akhh…”, tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi, “Akkhh…, akkhh…, ssaayyaa mauu…, kkeelluuaarr…, akkhh…”, pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas.

Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, “Ccroott…, croott.., ccrroott…, akkhh…, akkhh…”, saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, “Akhh…, thanks sayangkuu…”, sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih. Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali.

Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, “Saya pulang dulu yah sampai besok sayang…!”. Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmatan.

Kenikmatan Gadis Muda Belia

Pada tahun 1994 saya tercatat sebagai siswa baru pada SMUN 2 pada waktu itu sebagai siswa baru, yah.. acara sekolahan biasa saja masuk pagi pulang sekitar jam 14:00 sampai pada akhirnya saya dikenalkan oleh teman seorang gadis yang ternyata gadis itu sekolah juga di dekat sekolah saya yaitu di SMPN 3.

Ketika kami saling menjabat tangan, gadis itu masih agak malu-malu, saya lihat juga gadis itu tingginya hanya sekitar 158 cm dan mempunyai dada yang memang kelihatan lebih besar dari anak seumurnya sekitar 34B (kalau tidak salah umurnya 14 tahun), mempunyai wajah yang manis banget dan kulit walaupun tidak terlalu putih tapi sangat mulus, (sekedar info tinggi saya 165 cm dan umur waktu itu 16 tahun), saya berkata siapa namamu?, dia jawab L—- (edited), setelah berkenalan akhirnya kami saling memberikan nomor telepon masing-masing, besoknya setelah saling telepon dan berkenalan akhirnya kami berdua janjian keluar besok harinya jalan pertama sekaligus cinta pertama saya membuat saya deg-degan tetapi namanya lelaki yah…, jalan terus dong.

Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu L—-muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam.
Saya tanya, “Mana ortu kamu…”, dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain.
“Oohh jawab saya,” saya tanya lagi “Terus Papa kamu mana?” dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang, penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan -akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR).

Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang. Tiba-tiba dia bilang “Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang”. Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggaklenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang “Pembantu kamu mana?”, dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang.
“oohh…”, jawab saya.
Saya tanya lagi, “jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?”, dia jawab iya.
“Terus Papa kamu yang bukain siapa…”
“saya…” jawabnya.
“Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih…”, tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam
24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget)
Saya tanya lagi “Kamu memang mau jadi pacar saya…”.
Dia bilang “Iya…”.
Lalu saya bilang, “kalau gitu sini dong dekat-dekat saya…”, belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh “Ohh.., oohh sakit”. katanya.

Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, “Tahan sedikit yah…”, dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, “Uuhh…, nikmat sayang”, kata saya. “Teruss…”, dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, “aahh…, aahh”. Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya. Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. “Aahh…, sakkiitt…”, tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku.

Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, “Ahh…, aahh…”, kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan. Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu.

Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju liang senggamanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya. Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas liang kewanitaannya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis, “aahh…, aakkhh… ohh…, nikmat sekali…”, dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan). Terlihatnya liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, “Aakkhh…, akkhh…, lagi…, lagii..”.

Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku. Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan. Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu.

Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, “Aakkhh…, aakkhh…”, sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. “aakk…, akk…, nikmat sayyaangg…”. Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas -remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis, “Aahh…, aahh…, aahh…, aahh”, sewaktu tangan kananku saya turunkan ke liang kemaluannya dan memainkan jari-jariku di sana.

Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya dari belakang. Saya sodok pelan -pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, “Aahh…, ssaayaa..,. ssaayaangg…, kaammuu…”, sayapun terus menyodok dari belakang. Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penis saya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya kembali. Pelan -pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang kemaluannya dia pun langsung mendesis kembali, “Ahh…, aahh…”, saya tuntun penis saya menuju lubang senggamanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi. Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, “Ssaakkiitt…”. Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga kejantanan saya terasa seperti lecet di dalam kewanitaannya. Saya lalu bertahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata “Tahann.. sayang… cuman sebentar kok…”

Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di payudaranya, “Ahh…, aahh…, ahh…, kamu sayang sama lakukan?” dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam liang kewanitaannya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada di suatu tempat yang dinamakan surga. “Enak sayang?”, kataku. Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, “Aahh…, aahh…” lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, “Aahh…, ahh…, ahhkkhh…” akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak “Sayaa mauu keeluuarr…”. Sayapun berkata “aahhkkssaayyaanggkkuu…” , saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai -sampai saya rasakan menyentuh dasar dari liang senggamanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, “Ahh…, aahh…, ahh…, akkhh…, akkhh…, truss” langsung dia bilang “Sayyaa kkeelluuaarr…, akkhh…, akhh…”, tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi, “Akkhh…, akkhh…, ssaayyaa mauu…, kkeelluuaarr…, akkhh…”, pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas.

Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, “Ccroott…, croott.., ccrroott…, akkhh…, akkhh…”, saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, “Akhh…, thanks sayangkuu…”, sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih. Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali.

Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, “Saya pulang dulu yah sampai besok sayang…!”. Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmatan.

Pengalaman swinger nikmat

Filed under Tukar pasangan

Mungkin saya termasuk aneh atau punya kelainan. Bayangkan, sudah punya istri cantik masih merindukan wanita lain. Kurang ajarnya, wanita itu adalah kakak ipar sendiri. Kalau dibanding-bandingkan maka jelas istri saya memiliki beberapa kelebihan. Selain lebih muda, di mata saya lebih cantik dan manis. Postur tubuhnya lebih ramping dan berisi. Sedangkan kakak ipar saya yang sudah punya dua anak itu badannya sedikit gemuk, tetapi kulitnya lebih mulus. Entah apanya yang sering membuat saya membayangkan berhubungan intim dengan dia. Perasaan itu sudah muncul ketika saya masih berpacaran dengan adiknya. Semula saya mengira setelah menikah dan punya anak perasaan itu akan hilang sendiri. Ternyata lima tahun kemudian setelah punya anak berusia empat tahun, perasaan khusus terhadap kakak ipar saya tidak menghilang. Bahkan terasa tambah mendalam. Ketika menggauli istri saya seringkali tanpa sadar membayangkan yang saya sebadani adalah kakak ipar, dan biasanya saya akan mencapai puncak kenikmatan paling tinggi. Ketika bertemu saya sering secara sembunyi-sembunyi menikmati lekuk-lekuk tubuhnya. Mulai dari pinggulnya yang bulat besar hingga buah dadanya yang proporsional dengan bentuk tubuhnya. Sesekali saya sukses mencuri lihat paha atau belahan buah dadanya yang putih mulus. Jika sudah demikian maka jantung akan berdetak sangat kencang. Nafsu saya menjadi begitu bergelora.
Pernah suatu ketika saya mengintip saat dia mandi di rumah saya lewat lubang kunci pintu kamar mandi. Namun karena takut ketahuan istri dan orang lain, itu saya lakukan tanpa konsentrasi sehingga tidak puas. Keinginan untuk menikmati tubuh kakak ipar makin menguat. Namun saya masih menganggap itu hanya angan-angan karena rasanya mustahil dia mau suka rela berselingkuh dengan adik ipar sendiri. Namun entah kenapa di lubuk hati yang paling dalam saya punya keyakinan mimpi gila-gilaan itu akan kesampaian. Cuma saya belum tahu bagaimana cara mewujudkan. Kalau pun suatu waktu itu terjadi saya tidak ingin prosesnya terjadi melalui kekerasan atau paksaan. Saya ingin melakukan suka sama suka, penuh kerelaan dan kesadaran, serta saling menikmati. Mungkin setan telah menunjukkan jalannya ketika suatu hari istri saya bilang kakaknya ingin meminjam VCD porno. Kebetulan saya punya cukup banyak VCD yang saya koleksi sejak masih bujangan. Sebelum berhubungan intim saya dan istri biasa nonton VCD dulu untuk pemanasan meningkatkan gairah dan rangsangan. ”Kenapa kakakmu tiba-tiba pengin nonton VCD gituan ?” tanya saya pada istri saya. ”Nggak tahu.” ”Barangkali setelah sterilisasi nafsunya gede,” komentar saya asal-asalan. Beberapa keping VCD pun saya pinjamkan. Ini salah satu jalan untuk mencapai mimpi saya. Tetapi harus sabar karena semua memerlukan proses dan waktu agak panjang. Setelah itu secara rutin kakak ipar saya meminjam VCD porno. Rata-rata seminggu sekali. ”Dia lihat sendiri atau sama suaminya ?” tanya saya. ”Ya sama suaminya dong,” jawab istri saya. ”Kamu cerita sama dia ya sebelum main kita nonton VCD biru ?” ”Iya …,” jawab istri saya malu-malu. ”Wah rahasia kok diceritakan sama orang lain.” ”Kan sama saudara sendiri nggak apa-apa.” ”Eh … kamu bilang sama dia, kapan-kapan kita nonton bareng yuk …” ”Maksudmu ?” ”Ya dia dan suaminya nonton bareng sama kita.” ”Huss … malu ah …” ”Kenapa malu ? Toh kita sama-sama suami istri dan seks itu kan hal wajar dan normal …” Sampai di situ saya sengaja tidak memperpanjang pembicaraan.
Saya hanya bisa menunggu sambil berharap mudah-mudahan saran itu benar-benar disampaikan kepada kakaknya. Sebulan setelah itu kakak ipar dan suaminya berkunjung ke rumah kami dan menginap. Istri saya mengatakan mereka memenuhi saran saya untuk nonton VCD porno bersama-sama. Diam-diam saya bersorak dalam hati. Satu langkah maju telah terjadi. Namun saya mengingatkan diri sendiri, harus tetap sabar dan berhati-hati. Kalau tidak maka rencana bisa buyar. Malam itu setelah anak-anak tidur kami nonton VCD porno bersama-sama. Saya lihat pada adegan-adegan yang hot kakak ipar tampak terpesona. Tanpa sadar dia mendekati suaminya. Beberapa VCD telah diputar. Tampak nafsu mereka sudah tak terkendali. Saling mengelus dan meremas. Istri saya juga demikian. Sejak tadi tangannya sudah menelusup di balik sarung saya memegangi senjata kebanggaan saya. ”Mbak silakan pakai kamar belakang,” kata saya kepada kakak ipar setelah melihat mereka kelihatan tak bisa menahan diri lagi. Tanpa berkata sepatah pun kakak ipar menarik tangan suaminya masuk kamar yang saya tunjukkan. ”Sekarang kita gimana ?” tanya saya menggoda istri saya. ”Ya main dong …” Kami berdua segera masuk kamar satunya lagi. Anak-anak kami kebetulan tidur di lantai dua sehingga suara-suara birahi kami tak akan mengganggu tidur mereka. Ketika saya berpacu dengan istri saya, di kamar belakang kakak ipar dan suaminya juga melakukan hal serupa. Jeritan dan erangan kenikmatan wanita yang diam-diam saya rindukan itu kedengaran sampai telinga saya. Saya pun jadi makin terangsang. Malam itu istri saya kembali saya bayangkan sebagai kakak ipar. Saya bikin dia orgasme berkali-kali dalam permainan seks yang panjang dan melelahkan tetapi sangat menyenangkan. Selanjutnya kegiatan bersama itu kami lakukan rutin, minimal seminggu sekali. Sesekali di rumah kakak ipar sebagai variasi. Dua keluarga tampak rukun, meski diam-diam saya menyimpan suatu keinginan lain.
Saat anak-anak liburan sekolah saya mengusulkan wisata bersama ke daerah pegunungan. Istri saya, kakak ipar dan suaminya setuju. Tak lupa saya membawa beberapa VCD porno baru pinjaman teman serta playernya. Setelah seharian bermain kesana-kemari anak-anak kelelahan sehingga mereka cepat tertidur. Apalagi udaranya dingin. Sedangkan kami orang tua menghabiskan malam untuk mengobrol tentang banyak hal. ”Eh … dingin-dingin begini enaknya nonton lagi yuk,” kata saya. ”Nonton apa ?” tanya suami kakak ipar. ”Biasa. VCD gituan. Kebetulan saya punya beberapa VCD baru.” Mereka setuju. Kemudian kami berkumpul di kamar saya, sedangkan anak-anak ditidurkan di kamar kakak ipar yang bersebelahan. Jadilah di tengah udara dingin kami memanaskan diri dengan melihat adegan-adegan persetubuhan yang panas beserta segala variasinya. Sampai pada keping ketiga tampak kakak ipar sudah tak tahan lagi. Dia merapat ke suaminya, berciuman. Istri saya terpengaruh. Wanita itu mulai meraba-raba selangkangan saya. Senjata kebanggaan saya sudah mengeras. ”Ayo kita pindah ….” bisik istri saya. ”Husss .. pindah kemana. Di sebelah ada anak-anak. Di sini saja.” Akhirnya kami bergulat di sofa. Tak risih meski di tempat tidur tidak jauh dari kami kakak ipar dan suaminya juga melakukan hal serupa. Bahkan mereka tampak sangat bergairah. Pakaian kakak ipar sudah tak karuan lagi. Saya bisa melirik paha dan perutnya putih mulus. Mereka berpagutan dengan ganas sehingga sprei tempat tidur juga awut-awutan. Istri saya duduk mengangkangkan paha. Saya tahu, ia minta dioral.
Mulut dan lidah saya pun mulai mempermainkan perangkat kelaminnya tanpa melepas celana dalam. ”Ohhhh … terus .. enakkkkkk, Mas ….” lenguh istri saya merasa sangat nikmat. Sementara itu ekor mata saya melirik aksi kakak ipar dan suaminya yang berkebalikan dengan saya dan istri. Kakak ipar tampak amat bergairah mengaraoke penis suaminya. Saya pun melanjutkan menggarap vagina dan wilayah sekitarnya milik istri saya. Lidah saya makin dalam mempermainkan lubang, mengisap-isap, dan sesekali menggigit klitoris. ”Ooh … ahhhhh …. ahhhh ……..” istri saya mengerang keras tanpa merasa malu meski di dekatnya ada kakak kandungnya yang juga sedang bergulat dengan suaminya. Satu demi satu saya lepas pakaiannya yang menghalangi. Pertama celana dalamnya, lalu rok bawahnya. Lenguhan istri saya bersahut-sahutan dengan erangan suami kakak ipar. Beberapa saat kemudian posisi berubah. Istri saya gantian mengulum penis saya, sedangkan suami kakak ipar mulai menggarap kelamin istrinya. Erangan saya pun berlomba dengan erangan kakak ipar. Setengah jam kemudian saya mulai menusuk istri saya. Tak lama disusul suami kakak ipar yang melakukan hal serupa terhadap istrinya. Lenguhan dua perempuan kakak beradik yang dilanda kenikmatan terdengar bergantian. ”Mas, batangmu enakkk sekali ….”’ bisik istri saya. ”Lubangmu juga enak,” jawabku. Sembari menaikturunkan pinggul tanganku meremas-remas payudara istri saya yang meski tidak terlalu besar tetapi padat dan tampak merangsang. Setelah beberapa saat bertahan dalam posisi konvensional, lalu saya memutar tubuh istri saya dan menyetubuhi dari belakang. Saya melirik ke tempat tidur. Posisi kakak ipar berada di atas suaminya. Teriakan dan gerakan naik turunnya sangat merangsang saya untuk merasakan betapa enaknya menyetubuhi kakak ipar. Namun saya harus menunggu saat yang tepat.
Kira-kira ketika istri saya, kakak ipar dan suaminya sudah berada di dekat puncak kenikmatannya, sehingga kesadarannya agak berkurang. Sambil menggenjot istri saya dari belakang saya terus melirik mereka berdua. Entah sudah berapa kali istri saya mencapai puncaknya, saya sudah tak begitu memperhatikan lagi. ”Ayo kita ke tempat tidur,” bisik saya pada istri saya. ”Kan dipakai …. ” Saya segera menggendong tubuhnya, lalu menelentangkan di tempat tidur di samping kakaknya yang sedang digarap suaminya. Mula-mula keduanya agak kaget atas kehadiran kami. Tetapi kemudian kami mulai asyik dengan pasangan masing-masing. Tak perduli dan tak malu. Malah suara-suara erotis di sebelah kami makin meningkatkan gairah seksual. Di tengah-tengah nafsu yang menggelora saya menggamit suami kakak ipar saya. Dia menoleh sambil menyeringai menahan nikmat. ”Ssst … kita tukar ….” ”Hhhh …. ” dia terbengong tak paham. Lalu saya mengambil keputusan. Penis saya cabut dari vagina istri saya, kemudian bergeser mendekati kakak ipar saya yang masih merem-melek menikmati tusukan suaminya. ”Mas sama istri saya, saya gantian dengan Mbak …,” kata saya. Tanpa memedulikan kebengongannya saya langsung memeluk tibuh mulus kakak ipar yang sudah sekian lama saya rindukan. Saya ciumi lehernya, pipinya, bibirnya, dan saya kulum puting susunya yang mengeras. Mula-mula kakak ipar saya kaget dan hendak memberontak. Tapi mulutnya segera saya tutup dengan bibir saya. Kemudian penis saya masukkan pelan-pelan ke vaginanya yang telah basah kuyup.
Setelah itu saya melakukan gerakan memompa naik-turun sambil sesekali memutar. Ternyata vaginanya masih sangat enak. Untuk menambah gairah kedua payudaranya saya remas dan sesekali saya gigit putingnya. ”Ohhh …. ahhhh ….. hhhhh … shhhh ….,” suaranya mulai tak karuan menahan gempuran hebat saya. Di samping saya, suami kakak ipar saya tampaknya juga tak mau kehilangan waktu percuma. Dia pun menyetubuhi istri saya dengan penuh semangat. Tak ada keraguan lagi. Yang ada hanya bagaimana menuntaskan nafsu yang sudah memuncak di ubun-ubun. Saya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Impian menggauli kakak ipar kesampaian sudah. Hampir satu jam kami bertempur dengan berbagai gaya. Mulai konvensional, miring, hingga menungging. Suami kakak ipar saya lebih dulu menyelesaikan permainannya. Beberapa menit kemudian saya menyusul dengan menyemprotkan begitu banyak sperma ke dalam vagina kakak ipar saya. Rasanya belum pernah saya mengeluarkan begitu banyak sperma sebagaimana malam itu. Kakak ipar pun tampak melenguh puas. Vaginanya menjempit penis saya cukup lama. Setelah peristiwa malam itu, kami menjadi terbiasa mengadakan hubungan seks bersama-sama dan bisa ditebak akhirnya kami bergantian pasangan secara sukarela. Tak ada paksaan sama sekali.

Ngentot Ria, Masih Kecil Bo

Filed under Daun Muda

Cerita dewasa ini berkisah antara aku dan ria, anak gadis yang masih berumur 17tahun, dari awal saya berkunjung kerumahnya itulah akhirnya saya bisa entot si ria ini. Simak kisah ini selanjutnya.

Pertama2 Gw Kenal Sama Ria Uda Beberapa Bulan Ini..Kira2 2 bulan,Gw Bisnis Game Sama dia…Ria umur 17 tahun pas Dia juga Kerja Sampingan Jadi Penjaga Konter Hp gitu dee..Nah Dia juga Bermain Game Seperti Ragnarok Online Sama Dota,Gw Kenal Dia Karena Gw Minta Nomer Hp Dan Knalan Di Game Setelah beberapa Lama Gw Kenal De Ria itu,Pada Hari Sabtu Gw Punya Rencana Buat Ajak Ria Jalan-jalan Tapi Ria ini Sangat Matre Banget,Mukanya Putih Dan Tubuhnya Mak Nyoz deee pokoknya Buah Dadanya Sudah Bergembang Besar Banget,Jadi Setiap Gw Lihat Ria Semakin Lama Semakin Napsu Aja,Tiba2 Ria SMS GW..

Ria : Eh,Loe Lagi Ngapain ? Loe Online Gak ? Gw Nunggu lu Kok Ga Online
GW : Jelas Aja gw Gak Online,Soalnya Gw Mau Kerumah Kamu
Ria : Lah?Ngapain Loe Kerumah Gw?Rumah Gw Lagi Gak Ada Orang Kali
Gw : Gpp,Cuma Mau Ngobrol2 aja..Soalnya Gw Kangen Sama Lu Ri,Bole Ga?
Ria : Bole2 Aja,Tapi ini Uda Malem Sekitar Jam 9 gini
Gw : Tapi Gw Uda Sampai Di Depan Gerbang Rumah lu ni Ri..Bukain DOng
Beberapa Menit Kemudian Ria Pun Keluar trus Bukain Gw Pintu,Gw Bawa Mobil Nissan hitam Yg Lumayan Keren.

Gw : Ri,Nyokap Bokap lu Kemana?Lu Gak Jaga Konter Hp lu?
Ria : Lah Ini kan Uda Malem,Ngapain Gw Jaga Konter Hp..Orang Uda malem
Gw : OoO gitu Kirain lu Jaga Sampai Malam(Sambil ketawa Kecil2)

Setelah beberapa saat gw pun masuk ke rumahnya Ria,trus gw ngobrol dikit2 trus dia ambilin gw minum jus orange..ya gw kerumah dia karena gw kangen banget,pikiran gw juga rada jorok ke cewe ini soalnya setiap gw lihat dia aduh…pgn bgt ML rasanya sama dia,tapi gw baru kenal 2 bulan bro bagaimana gw bisa ML?

Kira2 uda 15 menit kita ngobrolin soal game trus soal teman2 dia di game ragnarok akhirnya dia minta ijin ke Kamarnya,Kamarnya dia ada Komputer Buat Main Game Yg Jelas.Trus Gw Nunggu lama Banget Akhirnya Gw Pingin Ke Kamarnya Dengan Diam2..Tiba2 Ria keluar Dari Kamarnya,Gw Uda Sampai Di Pintunya..Jelas banget Gw Kaget Trus Dia Bilang

Ria : Eh lu Ngapain?
GW : Gak,Gw Cuma Mau Manggil lu aja..Soalnya lu Ninggalin gw Si Di Ruang Tamu Jadi Gw Kesepian,Lu lagi Ngapain?
Ria : Gw Lagi Online,Lu Mau Masuk?Ya Uda sini..Dari pada Diruang Tamu Banyak Nyamuk gitu
Gw : Bener ni bole?(Hati gw Bener2 Seneng bgt,,trus Gw Kepikiran Jorok Abis Sama ini cEWE)

Trus Gw Masuk De tu Di Kamar RIA,beberapa menit Gw lihatin dia Sedang Chat Sama Temen RAGNAROKnya trus Gw Tanya Sama Dia

GW : Ri,Lu Gak Bosen Main RO?Ngomong2 kamar lu Panas bener ya(Sambil Buka Jaket hitam Gw)

Ria : ACnya lagi rusak sorry ye,Gw Gak Bosen kok Main RO,Emang lu bosen?

GW : Gak si..Soalnya Ada Istri gw si yaitu lu(Sambil Ketawa)

Ria : Ye Dasar,Eh iya bener panas ya

Ria Sedang Pakai Baju Tanktop Merah + Celana Rada Pendek Sampai Lutut Warna Putih,Gw Berpikir Bagaimana gw Bisa megang itu dadanya..tapi gw Takutlah Soalnya Gw Pikir Ria itu Cewe Baik2 trus juga Gw Kenal Dari Game,Gw Bukan Pacar dia..Pasti misalnya Gw Kurang Ajar Sama Dia Waduh Bisa di Gampar,Tapi Tiba2 gw Konak Abis Lihat DADAnya Dari Samping Wih Bener2 Menonjol banget!!beberapa menit kemudian Gw Izin Ke Ruang Tamu Untuk Ambil Minum Tadi(Gw Ada Rencana Buat Numpahin Minuman Ini Ke Bajunya Supaya Dia Ganti Baju trus Gw Bisa Lihat dia Ganti Baju)Trus Gw Ambil tu Minuman..Dan Gw Berpura2 Kesandung trus Numpahin Minumannya Ke Bajunya Wih Ternyata Dia Pakai BH Warna Pink Waduh Semakin Lama Semakin Konak Banget gw Lihatnya

Ria : Eh Lu ati2 donk..Baju gw basah ni
Gw : Sorry De Ri Gw Gak Sengaja(sambil cemberut)

Trus Gw Gak Nyangka,Dia Ambil Baju Gantinya di LEMARInya Langsung Trus Langsung Buka Bajunya Di Depan GW WIh…Gila Gw Samkin Lama Semakin Konak Banget,Dengan Leluasa Lihat Punggungnya Yg Putih Halus Dengan BH Pink Yg Cukup Menggoda Gw,Gw Berusaha Deketin Dia Secara Tiba2 Trus Meluk Dia Secara Gw Gak Sadar Soalnya Uda Konak Banget Burung Gw…Trus Gw Langsung Peluk Dia

Ria : Eh Lu Ngapain Gw Lagi Ganti baju,Gw ga tau kalau lu Masi Ada disini
GW : Ah Ri…Kayanya Gw Suka De Sama Lu…Ri…Gw Suka Sama LU(Sambil Meluk Dia,Trus Gw Gesek2kin Penis Yg Masi Pakai Jeans Ke Pantatnya Ria Yg masih Berdiri)

Ria : Apa2an lu,Lu Ngapain itu..Gw geli tau,Lepasin Gw

GW : Ri…Boleh Gak..Gw ML sama Lu(Dalam hati Gw : Semoga dia Terima,Ini Cara Konyol Banget Sampai2 Gw Kringet dingin,Tapi Gw Sudah Konak Karena Gesek2kin Penis Gw yg masi Pakai Jeans ke Pantatnya Ria)

Ria : Apa Lu Bilang?Gila Aja Lu..ML Sama Gw,Gak !!(sambil triak)
GW : Ya Ri…Gw Uda Konak Banget ni..Kelihatanya Gw Mau Keluar..(Terasa Sperma Gw mau Keluar,Soalnya Gw Uda Gesek2 Si RIA Dalam Keadaan Berdiri,Ria Masi Belum Pakai Bajunya)

Ria : Aih Gila Lu Di..Lepasin gw cepet!!

Gw Uda Gak tahan Banget lihat Dadanya yg masi Di Selimutin BH Pink Ria,Trus Gw Coba Memegang Dadanya Dengan Paksa Trus Gw Buka Dengan PAKSA,Akhirnya BH Pink Ria Gw Buang Ke Lantai.Akhirnya DADA Dia Besarnya kira2 35b ini aduh Semakin Lama Semakin Konak Gw
Dengan Segera Gw Buka Celana Jeans Gw Sambil tetap Memeluk Paksa RIA,Setelah Gw Buka Jelana Jeans Gw Langsung Gw Buka CD Gw Dengan Tergesah2

Ria : Eh lu mau ngapain(Sambil berontak)
Gw : Ri Gw Mau ML Sekarang,Tolong dong ri aduh gw Gak Tahan,Lu Kocok Penis Gw aja Gpp..Asal Sperma Gw Keluar dengan Enak
Ria : Gw Gak Suka cara Paksa gini,tunggu dulu dah Kalau Lu mau Seperti itu..Tapi lo jangan Maksa Gw !! Lepasin Dulu(Sambil Berontak Tanganya Ke Arah Tangan Gw)

Akhirnya Ria Menunduk Sambil Tanganya Memegang Penis Gw Yg Mulai Keluar cairan Konak,Dengan Pelan2 Dia Mengocokin Penis Gw
Muka Ria terlihat Memaksa Melakukan ini Tapi Gw gak Peduli..Gw Merasakan Kenikmatan Yg Tiada Tara,Gw di kocok sama seseorang Cewe yg cantik dan aduhai dadanya
Lama Ke lamaan Kocokan Ria ke Penis Gw Semakin Lama Semakin Cepat,Gw Pun Merasa Tidak Kuat menahannya..Akhirnya

GW : Ri…Ah…Ri…..ah…(Crotttt ….)Akhirnya Gw Keluar Juga,Kira2 Ria Sudah Mengocok Gw 5 menit..Sperma Gw Kesemprot dimuka Dia,Gw Berusaha untuk Membersihkan Mukanya Dengan Tangan Gw

Ria : Gak usah Dibersihin,lu uda Keluarkan…gw mau Mandi dulu kalau gitu

Kelihatanya Ria Meremehkan Gw,Cuma 5 menit gw di kocok sama dia..sperma gw uda keluar,gw pingin ngebuktiin sama dia aja kalau gw gak sebentar..akhirnya gw samperin dia yg ingin ke kamar Mandi,Akhirnya Gw Peluk dia Dengan Kencang Sambil Membawanya ke Kasur dia

Ria : Eh Lu Mau Ngapain(sambil Kaget)
GW : Gw Mau Ngebuktiin Berapa Lama Gw Keluarnya..Gw keluar Sperma cuma 5 menit karena Gw Uda Konak Dari Tadi
Ria : Gak Usa Buktiin,Gw tau lu kuat di…Dah Gw Mau Mandi cepet Lepasin gw(Sambil berontak)

gw pun langsung banting dia di Kasur,Dia Masih Terlanjang Dada..Gw Trus Melihat dadanya yg montok itu akhirnya Gw Konak Kembali.Dengan Segera Gw Buka Celana Pendeknya itu dengan Paksa,Ria Trus Berontak tapi kelihatnya dia mau-mau saja gw ML lin ..Tapi muka dia terasa sedih tapi mau

GW : Ri,Kira2 Kamu Mau gak…Aku Gak maksa kok..Maafin aku ya?
RIA : hm….Gw gak sangka kalau lu Seperti ini di…Tapi kalau lu mau ya boleh2 aja,asal lu pakai kondom,lu ada kondom gak
GW : Sorry ri gw Gak ada Kondom,Gimana kalau Natural aja?boleh yah..gw gak tahan ri…gw janji bakal keluarin sperma gw keluar bukan ke rahim lu..plz ri
RIA : Lu Janji bakal gak hamilin gw ?
GW : Gw Janji RI….

Akhrinya Gw Sama Ria Setuju Untuk ML Bersama Dan Menikmati Malam Yg Indah Berdua Saja Di Kasur..Ria yg masi Terkapar.Gw pun Membuka Kakinya Berhuruf V..Lalu Gw Masukin Penis Gw Pelan2 Ke Vaginanya

GW : Ah…Ri….Ah….
Gw Trus Memompa Ria Dengan Style Huruf V,Dengan Leluasa Dan Enaknya Penis Gw Menggenjot CEWE Cantik yg Uda Lama Gw Incar..Akhirnya Gw ML Sama Dia….Ria pun Merintih ah…ah….ah…Merasa Ke enakan ML Bersama GW,Setelah 7 Menit Gw Memompa Ria,Gw Merasa Ada cairan basah di Vaginanya..Ternyata dia uda Orgasme
Ria : Ah….Di….Ah….(sambil Memegang Pundak gw)
Ria Dan Gw Merasa Kenikmatan Yg tiada Tara,Setelah 10 menit Gw Memompa dia Tanpa ganti Style..Akhirnya Gw Mau Ganti Style DoggyStyle..Gw Angka Ria Lalu Gw Suruh Dia Nungging.Lalu Gw Masukin Penis Gw Yg Uda Basah ini Ke Pantatnya..Ria pun Berteriak Kembali

RIA : AH….Sakittt !!!!
GW : Tahan Ri….Gw pun Memompa Dia Lagi Dengan Gaya Anjing..Trus dan Trus Gw Mempompa,kita berdua berteriak Ah Ah Ah Ah Ah trus Menerus Tanpa Henti,Gw Pun Mengeluarkan Keringan di Tubuh Gw.Ria pun Mengeluarkan Kringat yg Sangat Banyak.Karena Kamar Ria Begitu PANAS ABIS..

15 Menit Kemudian Gw Mulai Merasakan Kenikmatan Yg Luar Biasa Di Pantat Ria..gw Gak Tau Ria itu Masi Perawan Atau Gak,Gw Gak Peduli itu Yg Penting Gw Bisa ML sama Dia Saat ini Juga

GW : Ri…Gw Mau Style Pertama Tadi…Enak Banget Rasanya Style itu..Bisa Melihat Wajah Kamu sama DADA kamu..Lebih HOT
Akhirnya kita pun Kembali Ke Style pertama Yaitu Style Huruf V..Gw GESER Kakinya Dengan Lebar Lalu Gw Masukin PENIS Gw Kembali Ke VAGINANYA RIA..Gw Trus Melihat DADANya Sesekali gw Melihat WAJAHNYA yg Cantik,Lalu Gw Cium manis bibirnya Ria..Dengan Siksa Gw Cium dia…RIA: ah..hmm..ahm…ahmm….Dengar Rintihan RIA,Gw Trus Memompa VAGINANya Sampai 20 menit Tanpa Ampun

GW : Ah…Ri…Ah….Nikmat…(Samb il Memegang DADANYA Dan Gw Kucek2 DADANYA)
Ria : Ah…Ah..di….Ah…..(Sambil Merem dan menahan SAKIT)
Gw Jilat DADANYA Yg Montok itu dengan lidah gw..terasa Ria ke GELIAN Dia Berdesah trus tanpa henti
GW : Ah ri…Ah….Ah….oh….GW SAYANG LU RI…..(sambil Trus Mengenjot Dirinya)
RIA : Ah…ouwh….u….beneran lu…sayang…..gw…di……. (Sambil Membuka Mata Dan Melihat Wajah Gw Yg Ada Di Atas Dia)
GW : GW CINTA LU RII…!!!!!!!!!!Nikmatt……
RIA : GW Juga RASANYA ..ah…oh..oh..ah….
24 menit kemudian gw merasa ingin keluar sperma gw yg udah basah abis…akhirnya gw Berdiri lalu gw melaju ke DADANYA RIa..Gw Tekuk DADANYA RIa Lalu Gw masukin Penis gw ke DADANYA Ria yg sudah Gw Tekuk lalu..”Crottt….crott….crot t….”Sperma Membasahi DADANYA dan mukanya.
Gw Bener2 Lemes Dan Nikmat pada Saat gw keluarin Sperma Gw Ke DADANYA Ria.

GW : Ah….oh..akhirnya…uh……
RIA : Lu Lumayan Lama Juga…Lu Bener sayang gw(Sambil Melihat wajah gw yg uda keringetan)
GW : Iya ri…gw sayang lu..Gw pun langsung mencium bibirnya dan menyerang lidahnya
RIA : Uhm…uhmm…

Setelah itu kita pun mandi bareng dan bersantai2 di depan komputer sambil bercakap2 tentang game ragnarok,Akhirnya hari itu juga gw ML sama RIa..Gw gak menyangka gw akan ML sama dia..Namun Itu Berhasil !! Yeah…

Kitapun berpacaran sampai saat ini…kalau gw mau ML lagi sama dia,tinggal minta dan telepon dia dengan leluasa…

Bercinta Berempat

Filed under gangbang

Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita karir, yang entah bagaimana ceritanya wanita karir tersebut mengetahui nomor kantorku.

Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon lineku berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag wanita yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.

“Hallo, selamat siang joko,” suara wanita yang sangat manja terdengar. “Helo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius. “Namaku Karina,” kata wanita tersebut mengenalkan diri. “Maaf, Mbak Karina tahu nomor telepon kantor saya dari mana?” tanyaku menyelidiki. “Oya, aku temannya Yanti dan dari dia aku dapat nomor kamu,” jelasnya. “Ooo… Yanti,” kataku datar.

Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Yanti adalah seorang wanita karir yang juga ‘mewarnai’ kehidupan sex aku.

“Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?” tanyaku. “Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama kamu,” jelas Karina.

Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal lama. Suara Karina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Karina membuyarkan lamunanku.

“Hallo… Joko, kamu masih disitu?” tanya Karina. “Iya… Iya Mbak… ” kataku gugup. “Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?” tanyanya menggodaku. “Nggak kok, malahan mikirin Mbak Karina tuh,” celetukku. “Masa sih… Aku jadi GR deh” dengan nada yang sangat menggoda. “Joko, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?” tanya Karina. “Boleh aja Mbak… Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu,” jawabanku semangat “Oke deh, kita ketemuan dimana nih?” tanyanya semangat. “Terserah Mbak deh, Joko sih ngikut aja?” jawabku pasrah. “Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa senayan,” katanya. “Oke, sampai nanti joko… Aku tunggu kamu jam 18.30,” sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.

Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke kantor untuk melakukan aktivitas selanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede dengan hal seperti itu.

Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald seperti yang dikatakan Karina. Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.

Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku, wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang indah itu.

Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

“Maaf apakah kamu Joko?” tanyanya sambil menatapku. “Iy… Iyaa… Kamu pasti Karina,” tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.

Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas tangaku dengan penuh perasaan.

“Silahkan duduk Karina,” kataku sambil menarik satu kursi di depanku. “Terima kasih,” kata Karina sambil tersenyum. “Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja sih?” tanyaku. “Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Joko,” jelasnya. “Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah kamu?” kataku sambil tersenyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali bicara yang ‘menyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah cantik saja wajahnya yang semakin matang.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Karina adalah seorang wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Karina adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.

“Karin, kamu kenal Yanti dimana?” tanyaku.

Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan dengan penuh semangat.

“Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih,” tanyaku penuh penasaran. “Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya,” Jawabnya penuh pengertian. “Ooo, begitu… ” kataku sambil manggut-manggut. “Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari, sampai urusan kantorku selesai,” jelasnya tanpa aku tanya. “Sebenarnya tadi Yanti juga mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya dia bisa dateng,” jelasnya kembali. “Memangnya Mbak Karina menginap dimana nih?” tanyaku penasaran. “Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H… “jelasnya. “Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?” tanyaku menyelidik. “Ya sendirilah, Joko… Makanya saat itu aku tanya Yanti,” katanya “Tanya apa?” tanyaku mengejar. “Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta,” katanya. “Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu,” lanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam. Dan toko pun sudah mulai tutup.

“Jok… Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?” tanyanya. “Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian,” kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke hotel H… Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan. Aku dan Karina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan sesampainya di depan kamarnya, Karina menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika berjalan dibelakangnya.

Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya. Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Karina pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b) sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara yang sama besarnya bernama Dahlia(36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku duduk.

Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera bangun dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang bulat terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang besar, Karina pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku mencoba menghentikannya.

Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan yang pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan. Setelah itu Karina pun langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam aku pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya. Sedangkan Miranda mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa sadar aku pun mendesah.

“Aaahh enak Mir, terus Mir hisap terus, aahh… ”

Sedangkan Dahlia menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun mulai menjilati vagina Karina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia bisa merasakan permaianan yang aku buat. Karina pun menjerit keras sambil berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.

Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Karina sedangkan Dahlia mencium bibir Karina agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan dia pun mendesah. “Jok… Akuu mauu keeluuarr.”

Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Karina, perlahan-lahan aku masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku lakukan dan Karina pun mulai mendesah nggak karuan.

“Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt… ”

Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia mulai berkicau lagi.

“Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh… ”

Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir cairan Karina yang menempel pada penisku, sedangkan Dahlia menghisap vaginanya Karina yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh nafsunya.

Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah. Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak langsung masuk. Bless… Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya Miranda. Dia pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan sensasi yang diberikan oleh Miranda.

Dahlia pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan Karina mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat goyangannya yang membuat aku mendesah.

“Aaahh enak Mir… Terus Mir… Goyang terus Mir… Lebih dalam lagi Mir… Aaahh sstt”

Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,

“Mir… Aku… ingiin keeluuaarr”

Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun masih mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang dan terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku, Dahlia pun langsung menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Dahlia dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari diatasnya.

“Ooohh… Joko… Geelli… ” desah Dahlia.

Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.

Miranda dan Karina mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi dan dia medesah.

“Aaahh enak sekali Jok… Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt… ”

Dahlia pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok, menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali menyerangnya langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.

Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.

“Ssstt… Jok… Nikmat sekali… Ughh,” rintihnya.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku diujung clitorisnya. Gerak tubuh Dahlia yang terkadang berputar-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

“Joko… Gila banget lidah kamu… ” rintihnya “Terus… Sayang… Jangan lepaskan… ” pintanya.

Paha Dahlia dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilatnya. Dahlia menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejola dihatinya.

“Oohh… Joko, aku nggak tahan… Ugh… ” rintihnya. “Joko cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih,” pintanya.

Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan sekali hentak.

“Bleest… ” kepala penisku menggoyang vaginanya Dahlia. “Aowww… Gila besar sekali Jok… Punya kamu,” Dahlia merintih.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dahlia mengelinjang hebat danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa dibatang kemaluanku.

“Joko… Jangan berhenti sayang… Oogghh,” pinta Dahlia.

Dahlia terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Dahlia membantu pinggulnya untuk berputar-putar.

“Joko… Kamu… Memang… Jagoo… Ooohh,” kepalannya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.

Beberapa saat kemudian Dahlia seperti orang kesurupan dan ingin memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Dahlia semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyang dinding vagina Dahlia.

“Joko… Terus… Sayang… Jangan berhenti… ” Dahlia meminta.

Permainanku benar-benar memancing birahi Dahlia untuk mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Dahlia benar-benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.

“Joko… Aakuu… Kelluuaarr… Aaakkhh… Goyang sayang,” rintih Dahlia.

Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Dahlia semakin tak terkendali.

“Jok… Ooo… Aaammpuunn,” rintihnya panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Dahlia. Aku merasakan semburan cairan membasahi seluruh penisku.

Dahlia yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Dahlia, sekarang menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya Dahlia.

“Ooohh… Joko… Kamu… Memang… Ahli… ” katanya sambil merintih.

Kedua tanganku mencengkeram pinggul Dahlia dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.

“Dahlia… Vagina kamu memang enak banget,” pujiku. “Kamu suka minum jamu yaa kok seret?” tanyaku.

Dahlia hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina Dahlia dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku diterima Dahlia karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.

Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

“Dahlia… Aku mau… Keluar… “kataku mendesah. “Aku juga sayang… Ooohh… Nikmat terus… Terus… ” Dahlia merintih. “Joko… Keluarin didalam… Aku ingin rasakan semprotan… Kamu… ” pintanya. “Iya sudah… Ooogh… Aaakhh… ” rintihku.

Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Dahlia semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

“Joko… Aku… Aku… Ngaak kkuuaatt… Aaakhh” rintih Dahlia. “Aku juga sudah… Ooogh… Dahh,” aku merintih. “Crut… Crut… Crut… ” spermaku muncrat membanjiri vaginanya Dahlia.

Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina Dahlia. Setelah beberapa saat kemudian Dahlia membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

“Joko, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Dahlia merintih. “Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja,” kataku merendah. “Kamu luar biasa… ” Dahlia tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Segera aku palingkan wajahku ke arah Karina dan Miranda, ternyata mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.

Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang nakal memilih punting mereka.

“Ughh… Joko… ” mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan puntignya yang memerah.

Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat memburu birahinya yang tidak kenyang.

Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel H… Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan tadi.

Cerita Dewasa : [ Setengah Baya ] Ibu Mertuaku yang Pemarah

Tags: Cerita Dewasa, Cerita Seru, Cerita Panas, Cerita 17 Tahun

Bapak mertuaku (Pak Tom, samaran) yang berusia sekitar 60 tahun baru saja pensiun dari pekerjaannya di salah satu perusahaan di Jakarta. Sebetulnya beliau sudah pensiun dari anggota ABRI ketika berumur 55 tahun, tetapi karena dianggap masih mampu maka beliau terus dikaryakan. Karena beliau masih ingin terus berkarya, maka beliau memutuskan untuk kembali ke kampungnya didaerah Malang, Jawa Timur selain untuk menghabiskan hari tuanya, juga beliau ingin mengurusi kebun Apelnya yang cukup luas.

Ibu mertuaku (Bu Mar, samaran) walaupun sudah berumur sekitar 45 tahun, tetapi penampilannya jauh lebih muda dari umurnya. Badannya saja tidak gemuk gombyor seperti biasanya ibu-ibu yang sudah berumur, walau tidak cantik tetapi berwajah ayu dan menyenangkan untuk dipandang. Penampilan ibu mertuaku seperti itu mungkin karena selama di Jakarta kehidupannya selalu berkecukupan dan telaten mengikuti senam secara berkala dengan kelompoknya.

Beberapa bulan yang lalu, aku mengambil cuti panjang dan mengunjunginya bersama Istriku (anak tunggal mertuaku) dan anakku yang baru berusia 2 tahun. Kedatangan kami disambut dengan gembira oleh kedua orang mertuaku, apalagi sudah setahun lebih tidak bertemu sejak mertuaku kembali ke kampungnya. Pertama-tama, aku di peluk oleh Pak Tom mertuaku dan istriku dipeluk serta diciumi oleh ibunya dan setelah itu istriku segera mendatangi ayahnya serta memeluknya dan Bu Mar mendekapku dengan erat sehingga terasa payudaranya mengganjal empuk di dadaku dan tidak terasa penisku menjadi tegang karenanya.

Dalam pelukannya, Bu Mar sempat membisikkan Sur…(namaku).., Ibu kangen sekali denganmu”, sambil menggosok-gosokkan tangannya di punggungku, dan untuk tidak mengecewakannya kubisiki juga, “Buuu…, Saya juga kangen sekali dengan Ibu”, dan aku menjadi sangat kaget ketika ibu mertuaku sambil tetap masih mendekapku membisikiku dengan kata-kata, “Suuur…, Ibu merasakan ada yang mengganjal di perut Ibu”, dan karena kaget dengan kata-kata itu, aku menjadi tertegun dan terus saling melepaskan pelukan dan kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh arti.

Setelah dua hari berada di rumah mertua, aku dan istriku merasakan ada keanehan dalam rumah tangga mertuaku, terutama pada diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku selalu saja marah-marah kepada suaminya apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, sedangkan ayah mertuaku menjadi lebih pendiam serta tidak meladeni ibu mertuaku ketika beliau sedang marah-marah dan ayah mertuaku kelihatannya lebih senang menghabiskan waktunya di kebun Apelnya, walaupun di situ hanya duduk-duduk seperti sedang merenung atau melamun. Istriku sebagai anaknya tidak bisa berbuat apa-apa dengan tingkah laku orang tuanya terutama dengan ibunya, yang sudah sangat jauh berlainan dibanding sewaktu mereka masih berada di Jakarta, kami berdua hanya bisa menduga-duga saja dan kemungkinannya beliau itu terkena post power syndrome. Karena istriku takut untuk menanyakannya kepada kedua orang tuanya, lalu Istriku memintaku untuk mengorek keterangan dari ibunya dan supaya ibunya mau bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya, maka istriku memintaku untuk menanyakannya sewaktu dia tidak sedang di rumah dan sewaktu ayahnya sedang ke kebun Apelnya.

Di pagi hari ke 3 setelah selesai sarapan pagi, istriku sambil membawa anakku, pamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengunjungi Budenya di kota Kediri, yang tidak terlalu jauh dari Malang dan kalau bisa akan pulang sore nanti.
“Lho…, Mur (nama istriku), kok Mas mu nggak diajak..?”, tanya ibunya.
“Laah.., nggak usahlah Buuu…, biar Mas Sur nemenin Bapak dan Ibu, wong nggak lama saja kok”, sahut istriku sambil mengedipkan matanya ke arahku dan aku tahu apa maksud kedipan matanya itu, sedangkan ayahnya hanya berpesan pendek supaya hati-hati di jalan karena hanya pergi dengan cucunya saja.

Tidak lama setelah istriku pergi, Pak Tompun pamitan dengan istrinya dan aku, untuk pergi ke kebun apelnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya sambil menambahkan kata-katanya, “Nak Suuur…, kalau nanti mau lihat-lihat kebun, susul bapak saja ke sana”. Sekarang yang di rumah hanya tinggal aku dan ibu mertuaku yang sedang sibuk membersihkan meja makan. Untuk mengisi waktu sambil menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan tugas yang diminta oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruang tamu.

Entah sudah berapa lama aku membaca koran, yang pasti seluruh halaman sudah kubaca semua dan tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara sesuatu yang jatuh dan diikuti dengan suara mengaduh dari belakang, dengan gerakan reflek aku segera berlari menuju belakang sambil berteriak, “Buuu…, ada apa buuu?”. Dan dari dalam kamar tidurnya kudengar suara ibu mertuaku seperti merintih, “Nak Suuur…, tolooong Ibuuu”, dan ketika kujenguk ternyata ibu mertuaku terduduk di lantai dan sepertinya habis terjatuh dari bangku kecil di dekat lemari pakaian sambil meringis dan mengaduh serta mengurut pangkal pahanya. Serta merta kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang cukup lebar dan kutidurkan sambil kutanya, “Bagian mana yang sakit Buuu”, dan ibu mertuaku menjawab dengan wajah meringis seperti menahan rasa sakit, “Di sini.., sambil mengurut pangkal paha kanannya dari luar rok yang dipakainya”.

Tanpa permisi lalu kubantu mengurut paha ibu mertuaku sambil kembali kutanya, “Buuu…, apa ada bagian lain yang sakit..?
“Nggak ada kok Suuur…, cuman di sepanjang paha kanan ini ada rasa sakit sedikit..”, jawabnya.
“Ooh…, iya nak Suuur…, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, biar paha ibu terasa panas dan hilang sakitnya”.
Aku segera mencari minyak yang dimaksud di meja rias dan alangkah kagetku ketika aku kembali dari mengambil minyak kayu putih, kulihat ibu mertuaku telah menyingkap roknya ke atas sehingga kedua pahanya terlihat jelas, putih dan mulus. Aku tertegun sejenak di dekat tempat tidur karena melihat pemandangan ini dan mungkin karena melihat keragu-raguanku ini dan tertegun dengan mataku tertuju ke arah paha beliau, ibu mertuaku langsung saja berkata, “Ayooo..lah nak Suuur…, nggak usah ragu-ragu, kaki ibu terasa sakit sekali ini lho, lagi pula dengan ibu mertua sendiri saja kok pake sungkan sungkan…, tolong di urutkan paha ibu tapi nggak usah pakai minyak kayu putih itu…, ibu takut nanti malah paha ibu jadi kepanasan.

Dengan perasaan penuh keraguan, kuurut pelan-pelan paha kanannya yang terlihat ada tanda agak merah memanjang yang mungkin sewaktu terjatuh tadi terkena bangku yang dinaikinya seraya kutanya, “Bagaimana Buuu…, apa bagian ini yang sakit..?
“Betul Nak Suuur…, yaa yang ituuu…, tolong urutkan yang agak keras sedikit dari atas ke bawah”, dan dengan patuh segera saja kuikuti permintaan ibu mertuaku. Setelah beberapa saat kuurut pahanya yang katanya sakit itu dari bawah ke atas, sambil memejamkan matanya, ibu mertuaku berkata kembali, “Nak Suuur…, tolong agak ke atas sedikit ngurutnya”, sambil menarik roknya lebih ke atas sehingga sebagian celana dalamnya yang berwarna merah muda dan tipis itu terlihat jelas dan membuatku menjadi tertegun dan gemetar entah kenapa, apalagi vagina ibu mertuaku itu terlihat mengembung dari luar CD-nya dan ada beberapa helai bulu vaginanya yang keluar dari samping CD-nya.

“Ayoo…,doong…, Nak Sur, kok ngurutnya jadi berhenti”, kata ibu mertuaku sehingga membuatku tersadar.
“Iii…, yaa…, Buuu maaf, tapi…, Buuu”, jawabku agak terbata-bata dan tanpa menyelesaikan perkataanku karena agak ragu.
“aah… kenapa sih Nak Suuur..?, kata ibu mertuaku kembali sambil tangan kanannya memegang tangan kiriku serta menggoncangnya pelan.
“Buuu…, Saa…, yaa…, saayaa”, sahutku tanpa sadar dan tidak tahu apa yang harus kukatakan, tetapi yang pasti penisku menjadi semakin tegang karena melihat bagian CD ibu mertuaku yang menggelembung di bagian tengahnya.

“Nak Suuur..”, katanya lirih sambil menarik tangan kiriku dan kuikuti saja tarikan tangannya tanpa prasangka yang bukan-bukan, dan setelah tanganku diciumnya serta digeser geserkan di bibirnya, lalu secara tidak kuduga tanganku diletakkan tepat di atas vaginanya yang masih tertutup CD dan tetap dipegangnya sambil dipijat-pijatkannya secara perlahan ke vaginanya diikuti dengan desis suara ibu mertuaku, “ssshh…, ssshh”. Kejadian yang tidak kuduga sama sekali ini begitu mengagetkanku dan secara tidak sadar aku berguman agak keras.
“Buuu…, Saa…yaa”, dan belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku terdengar, “Nak Suuur…, koook seperti anak kecil saja.., siiih?”.
“Buu…, Saa…, yaa…, takuuut kalau nanti bapak datang”, sahutku gemetar karena memang saat itu aku takut benar, sambil mencoba menarik tanganku tetapi tangan ibu mertuaku yang masih tetap memegang tanganku, menahannya dan bahkan semakin menekan tanganku ke vaginanya serta berkata pelan, “Nak Suuur…, Bapak pulang untuk makan siang selalu jam 1 siang nanti…, tolong Ibuuu…, naak”,terdengar seperti mengiba.

Sebetulnya siapa sih yang tidak mau kalau sudah seperti ini, aku juga tidak munafik dan pasti para pembaca Situs “17 Tahun.Com” pun juga tidak bisa menahan diri kalau dalam situasi seperti ini, tetapi karena ini baru pertama kualami dan apalagi dengan ibu mertuaku sendiri, tentunya perasaan takutpun pasti akan ada.
“Ayooo…lah Nak Suuur…, tolongin Ibuuu…, Naak”, kudengar ibu mertuaku mengiba kembali sehingga membuatku tersadar dan tahu-tahu ibu mertuaku telah memelukku.
“Buuu…, biar saya kunci pintunya dulu, yaa..?”, pintaku karena aku was-was kalau nanti ada orang masuk, tetapi ibu mertuaku malah menjawab, “Nggak usah naak…, selama ini nggak pernah ada orang pagi-pagi ke rumah Ibu”, serta terus mencium bibirku dengan bernafsu sampai aku sedikit kewalahan untuk bernafas. Semakin lama ibu mertuaku semakin tambah agresif saja, sambil tetap menciumiku, tangannya berusaha melepaskan kaos oblong yang kukenakan dan setelah berhasil melepaskan kaosku dengan mudah disertai dengan bunyi nafasnya yang terdengar berat dan cepat, ibu mertuaku terus mencium wajah serta bibirku dan perlahan-lahan ciumannya bergerak ke arah leher serta kemudian ke arah dadaku.

Ciuman demi ciuman ibu mertuaku ini tentu saja membuatku menjadi semakin bernafsu dan ketakutanku yang tadipun sudah tidak teringat lagi.
“Buuu…, boleh saya bukaa…, rok Ibu..? tanyaku minta izin.
“Suuur…, bol…, eh…, boleh…, Nak, Nak Suur…, boleh lakukan apa saja..”, katanya dengan suara terputus-putus dan terus kembali menciumi dadaku dengan nafasnya yang cepat dan sekarang malah berusaha melepas kancing celana pendek yang ada di badanku. Setelah rok ibu mertuaku terlepas, lalu kulepaskan juga kaitan BH-nya dan tersembulah payudaranya yang tidak begitu besar dan sudah agak menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklatan. Sambil kuusapkan kedua tanganku ke bagian bawah payudaranya lalu kutanyakan, “Buuu…, boleh saya pegang dan ciumi tetek…, Ibuu..?
“Bool…, eh…, boleh…, sayang.., lakukan apa saja yang Nak Sur mau.., Ibu sudah lama sekali tidak mendapatkan ini lagi dari bapakmu…, ayoo.., sayaang”, sahut ibu mertuaku dengan suara terbata-bata sambil mengangkat dadanya dan perlahan-lahan kupegang kedua payudara ibu mertuaku dan salah satu puting susunya langsung kujilati dan kuhisap-hisap, serta pelan-pelan kudorong tubuh ibu mertuaku sehingga jatuh tertidur di kasur dan dari mulut ibu mertuaku terdengar, “ssshh…, aahh.., sayaang…, ooohh…, teruuus…, yaang…, tolong puasiiin Ibuu…, Naak”, dan suara ibu mertuaku yang terdengar menghiba itu menjadikanku semakin terangsang dan aku sudah lupa kalau yang kugeluti ini adalah ibu mertuaku sendiri dan ibu dari istriku.

“Naak Suuur”, kudengar suara ibu mertuaku yang sedang meremas-remas rambut di kepalaku serta menciuminya, “Ibuu…, ingin melihat punyamu…, Naak”, seraya tangannya berusaha memegang penisku yang masih tertutup celana pendekku.
“Iyaa…, Buu…, saya buka celana dulu Buuu”, sahutku setelah kuhentikan hisapanku pada payudaranya serta segera saja aku bangkit dan duduk di dekat muka ibu mertuaku. Segera saja ibu mertuaku memegang penisku yang sedang berdiri tegang dari luar celana dan berkomentar, “Nak Suur…, besar betuuul…, dan keras lagi, ayooo…, dong cepaat.., dibuka celananya…, agar Ibu bisa melihatnya lebih jelas”, katanya seperti sudah tidak sabar lagi, dan tanpa disuruh ibu untuk kedua kalinya, langsung saja kulepas celana pendek yang kukenakan.

Ketika aku membuka CD-ku serta melihat penisku berdiri tegang ke atas, langsung saja ibu mertuaku berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, besaar sekali”, padahal menurut anggapanku ukuran penisku sepertinya wajar saja menurut ukuran orang Indonesia tapi mungkin saja lebih besar dari punya suaminya dan ibu mertuaku langsung saja memegangnya serta mengocoknya pelan-pelan sehingga tanpa kusadari aku mengeluarkan desahan kecil, “ssshh…, aahh”, sambil kedua tanganku kuusap-usapkan di wajah dan rambutnya.

“Aduuuh…, Buuu…, sakiiit”, teriakku pelan ketika ibu mertuaku berusaha menarik penisku ke arah wajahnya, dan mendengar keluhanku itu segera saja ibu mertuaku melepas tarikannya dan memiringkan badannya serta mengangkat separuh badannya yang ditahan oleh tangan kanannya dan kemudian mendekati penisku. Setelah mulutnya dekat dengan penisku, langsung saja ibu mertuaku mengeluarkan lidahnya serta menjilati kepala penisku sedangkan tangan kirinya meremas-remas pelan kedua bolaku, sedangkan tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya serta sekaligus untuk menahan kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang tergantung ke samping.

Setelah beberapa kali kepala penisku dijilatinya, pelan-pelan kutarik kepala ibu mertuaku agar bisa lebih dekat lagi ke arah penisku dan rupanya ibu mertuaku cepat mengerti apa yang kumaksud dan walaupun tanpa kata-kata langsung saja kepalanya didekatkan mengikuti tarikan kedua tanganku dan sambil memegangi batang penisku serta dengan hanya membuka mulutnya sedikit, ibu mertuaku secara pelan-pelan memasukkan penisku yang sudah basah oleh air liurnya sampai setengah batang penisku masuk ke dalam mulutnya. Kurasakan lidah ibu mertuaku dipermainkannya dan digesek-gesekannya pada kepala penisku, setelah itu kepala ibu ditariknya mundur pelan-pelan dan kembali dimajukan sehingga penisku terasa sangat nikmat. Karena tidak tahan menahan kenikmatan yang di berikan ibu mertuaku, aku jadi mendesis, “ssshh…, aacccrrr…, ooohh”, mengikuti irama maju mundurnya kepala ibu. Makin lama gerakan kepala ibu mertuaku maju mundur semakin cepat dan ini menambah nikmat bagiku.

Beberapa menit kemudian, ibu mertuaku secara tiba-tiba melepaskan penisku dari mulutnya, padahal aku masih ingin hal ini terus berlangsung dan sambil kembali menaruh kepalanya di tempat tidur, dia menarik bahuku untuk mengikutinya. Ibu langsung mencium wajahku dan ketika ciumannya mengarah ke telingaku, kudengar ibu berkata dengan agak berbisik, “Naak Suuur…, Ibu juga kepingin punya ibu dijilati”, dan sambil kunaiki tubuh ibu mertuaku lalu kutanyakan, “Buuu…, apa boleh…, saya lakukan?”, dan segera saja ibu menjawabnya, “Nak Suuur…, tolong pegang dan jilati kepunyaan ibu…, naak…, ibu sudah lama kepingin di gituin”.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, aku menurunkan badanku secara perlahan-lahan dan ketika melewati dadanya kembali kuciumi serta kujilati payudara ibu mertuaku yang sudah tidak terlalu keras lagi, setelah beberapa saat kuciumi payudara ibu, aku segera menurunkan badanku lagi secara perlahan sedangkan ibu mertuaku meremas-remas rambutku, juga terasa seperti berusaha mendorong kepalaku agar cepat-cepat sampai ke bawah. Kuciumi dan kujilati perut dan pusar ibu sambil salah satu tanganku kugunakan untuk menurunkan CD-nya. Kemudian dengan cekatan ku lepas CD-nya dan kulemparkan ke atas lantai. Kulihat vagina ibu mertuaku begitu lebat ditumbuhi bulu-bulu yang hitam mengitari liang vaginanya. Mungkin karena terlalu lama aku menjilati perut dan sekitarnya, kembali kurasakan tangan ibu yang ada di kepalaku menekan ke bawah dan kali ini kuikuti dengan menurunkan badanku pelan-pelan ke bawah dan sesampainya di dekat vaginanya, kuciumi daerah di sekitarnya dan apa yang kulakukan ini mungkin menyebabkan ibu tidak sabaran lagi, sehingga kudengar suara ibu mertuaku, “Nak Suuur…, tolooong…, cepaat…, saa.., yaang…, ayooo…, Suuur”.

Tanpa kujawab permintaannya, aku mulai melebarkan kakinya dan kuletakkan badanku di antara kedua pahanya, lalu kusibak bulu vaginanya yang lebat itu untuk melihat belahan vagina ibu dan setelah bibir vagina ibu terlihat jelas lalu kubuka bibir kemaluannya dengan kedua jari tanganku, ternyata vagina ibu mertuaku telah basah sekali. Ketika ujung lidahku kujilatkan ke dalam vaginanya, kurasakan tubuh ibu menggelinjang agak keras sambil berkata, “Cepaat…, Suuur…, ibu sudah nggak tahaan”.

Dengan cepat kumasukkan mulut dan lidahku ke dalam vaginanya sambil kujilati dan kusedot-sedot dan ini menyebabkan ibu mulai menaik-turunkan pantatnya serta bersuara, “ssshh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, adduuuhh…, enaak…, Suuur”, Lalu kukecup clitorisnya berulang kali hingga mengeras, hal ini membuat ibu mertuaku menggelinjang hebat, “Aahh…, ooohh…, Suuur…, betuuul…, yang itu…, Suuur…, enaak…, aduuuh…, Suuur…, teruskaan…, aahh”, sambil kedua tangannya menjambak rambutku serta menekan kepalaku lebih dalam masuk ke vaginanya. Kecupan demi kecupan di vagina ibu ini kuteruskan sehingga gerakan badan ibu mertuaku semakin menggila dan tiba-tiba kudengar suara ibu setengah mengerang, “aahh…, oooh…, duuuh…, Suuur…, ibuu…, mau.., mauuu…, sampaiii…, Naak…, oooh”, disertai dengan gerakan pantatnya naik turun secara cepat.

Gerakan badannya terhenti dan yang kudengar adalah nafasnya yang menjadi terengah-engah dengan begitu cepatnya dan tangannyapun sudah tidak meremas-remas rambutku lagi, sementara itu jilatan lidahku di vagina ibu hanya kulakukan sekedarnya di bagian bibirnya saja. Dengan nafasnya yang masih memburu itu, tiba-tiba ibu mertuaku bangun dan duduk serta berusaha menarik kepalaku seraya berkata, “Naak Suuur…, ke siniii…, saayaang”, dan tanpa menolak kuikuti saja tarikan tangan ibu, ketika kepalaku sudah di dekat kepalanya, ibu mertuaku langsung saja memelukku seraya berkata dengan suara terputus-putus karena nafasnya yang masih memburu, “Suuur…, Ibu puas dengan apa yang Nak Suuur…, lakukan tadi, terima kasiih…, Naak”. Ibu mertuaku bertubi-tubi mencium wajahku dan kubalas juga ciumannya dengan menciumi wajahnya sambil kukatakan untuk menyenangkan hatinya, “Buuu…, saya sayang Ibuuu…, saya ingin ibu menjadi…, puu..aas”.

Setelah nafas ibu sudah kembali normal dan tetap saja masih menciumi seluruh wajahku dan sesekali bibirku, dia berkata, “Naak Suuur…, Ibu masih belum puas sekali…, Suuur…, tolooong puasin ibu sampai benar-benar puaas…, Naak”, seraya kurasakan ibu merenggangkan kedua kakinya. Karena aku masih belum memberikan reaksi atas ucapannya itu, karena tiba-tiba aku terpikir akan istriku dan yang kugeluti ini adalah ibu kandungnya, aku menjadi tersadar ketika ibu bersuara kembali, “Sayaang…, ayooo…, tolooong Ibu dipuasin lagi Suuur, tolong masukkan punyamu yang besar itu ke punya ibu”.
“Buuu…, seharusnya saya tidak boleh melakukan ini…, apalagi kepada Ibuu”,sahutku di dekat telinganya.
“Suuur…, nggak apa-apa…, Naak…, Ibu yang kepingin, lakukanlah Naak…, lakukan sampai Ibu benar-benar puas Suuur”, katanya dengan suara setengah mengiba.

“aahh…, biarlah, kenapa kutolak”, pikirku dan tanpa membuang waktu lagi aku lalu mengambil ancang-ancang dan kupegang penisku serta kuusap-usapkan di belahan bibir vagina ibu mertuaku yang sudah sedikit terbuka. Sambil kucium telinga ibu lalu kubisikkan, “Buuu…, maaf yaa…., saya mau masukkan sekarang, boleh?”.
“Suur…, cepat masukkan, Ibu sudah kepingin sekali Naak”, sahutnya seperti tidak sabar lagi dan tanpa menunggu ibu menyelesaikan kalimatnya aku tusukkan penisku ke dalam vaginanya, mungkin entah tusukan penisku terlalu cepat atau karena ibu katanya sudah lama tidak pernah digauli oleh suaminya langsung saja beliau berteriak kecil, “Aduuuh…, Suuur…, pelan-pelan saayaang…, ibu agak sakit niiih”, katanya dengan wajah yang agak meringis mungkin menahan rasa kesakitan. Kuhentikan tusukan penisku di vaginanya, “Maaf Buu…, saya sudah menyakiti Ibu…, maaf ya Bu”. Ibu mertuaku kembali menciumku, “Tidak apa-apa Suuur…, Ibu cuma sakit sedikit saja kok, coba lagi Suur..”, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungungku.

“Buuu…, saya mau masukkan lagi yaa dan tolong Ibu bilang yaa…, kalau ibu merasa sakit”, sahutku. Tanpa menunggu jawaban ibu segera saja kutusukkan kembali penisku tetapi sekarang kulakukan dengan lebih pelan. Ketika kepala penisku sudah menancap di lubang vaginanya, kulihat ibu sedikit meringis tetapi tidak mengeluarkan keluhan, “Buuu…, sakit.., yaa?”. Ibu hanya menggelengkan kepalanya serta menjawab, “Suuur…, masukkan saja sayaang”, sambil kurasakan kedua tangan ibu menekan punggungku. Aku segera kembali menekan penisku di lubang vaginanya dan sedikit terasa kepala penisku sudah bisa membuka lubang vaginanya, tetapi kembali kulihat wajah ibu meringis menahan sakit. Karena ibu tidak mengeluh maka aku teruskan saja tusukan penisku dan, “Bleess”, penisku mulai membongkar masuk ke liang vaginanya diikuti dengan teriakan kecil, “Aduuuh…, Suuur”, sambil menengkeramkan kedua tangannya di punggungku dan tentu saja gerakan penisku masuk ke dalam vaginanya segera kutahan agar tidak menambah sakit bagi ibu.
“Buuu…, sakit yaa..? maaf ya Buuu”. Ibu mertuaku hanya menggelengkan kepalanya.
“Enggak kok sayaang…, ibu hanya kaget sedikit saja”, lalu mencium wajahku sambil berucap kembali, “Suuur…, besar betul punyamu itu”.

Pelan-pelan kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku yang terjepit di dalam vaginanya keluar masuk dan ibupun mulai menggoyang-goyangkan pantatnya pelan-pelan sambil berdesah, “ssshh…, oooh…, aahh…, sayaang…, nikmat…, teruuuskan…, Naak”, katanya seraya mempercepat goyangan pantatnya. Akupun sudah mulai merasakan enaknya vaginan ibu dan kusahut desahannya, “Buuu…, aahh…, punyaa Ibu juga nikmat, buuu”, sambil kuciumi pipinya.

Makin lama gerakanku dan ibu semakin cepat dan ibupun semakin sering mendesah, “Aah…, Suuurr…, ooh…, teruus…, Suur”. Ketika sedang nikmat-enaknya menggerakkan penisku keluar masuk vaginanya, ibu menghentikan goyangan pantatnya. Aku tersentak kaget, “Buuu…, kenapa? apa ibu capeeek?”, Ibu hanya menggelengkan kepalanya saja, sambil mencium leherku ibu berucap, “Suuur…, coba hentikan gerakanmu itu sebentar”.
“Ada apa Buuu”, sahutku sambil menghentikan goyangan pantatku naik turun.
“Suuur…, kamu diam saja dan coba rasakan ini”, kata ibu tanpa menjelaskan apa maksudnya dan tidak kuduga tiba-tiba terasa penisku seperti tersedot dan terhisap di dalam vagina ibu mertuaku, sehingga tanpa sadar aku mengatakan, “Buuu…, aduuuh…, enaak…, Buu…, teruus Bu, oooh…, nikmat Buu”, dan tanpa sadar, aku kembali menggerakkan penisku keluar masuk dengan cepat dan ibupun mulai kembali menggoyangkan pantatnya.
“oooh…, aah…, Suuur…, enaak Suuur”, dan nafasnya dan nafaskupun semakin cepat dan tidak terkontrol lagi.

Mengetahui nafas Ibu serta goyangan pantat Ibu sudah tidak terkontrol lagi, aku tidak ingin ibu cepat-cepat mencapai orgasmenya, lalu segera saja kuhentikan gerakan pantatku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya yang menyebabkan ibu mertuaku protes, “Kenapa…, Suuur…, kok berhenti?”, tapi protes ibu tidak kutanggapi dan aku segera melepaskan diri dari pelukannya lalu bangun.

Tanpa bertanya, lalu badan ibu mertuaku kumiringkan ke hadapanku dan kaki kirinya kuangkat serta kuletakkan di pundakku, sedangkan ibu mertuaku hanya mengikuti saja apa yang kulakukan itu. Dengan posisi seperti ini, segera saja kutusukkan kembali penisku masuk ke dalam vagina ibu mertuaku yang sudah sangat basah itu tanpa kesulitan. Ketika seluruh batang penisku sudak masuk semua ke dalam vaginanya, segera saja kutekan badanku kuat-kuat ke badan ibu sehingga ibu mulai berteriak kecil, “Suuur…, aduuuh…, punyamu masuk dalam sekali…, naak…, aduuuh…, teruuus sayaang…, aah”, dan aku meneruskan gerakan keluar masuk penisku dengan kuat. Setiap kali penisku kutekan dengan kuat ke dalam vagina ibu mertuaku, ibu terus saja berdesah, “Ooohh…, aahh…, Suuur…, enaak…, terus, tekan yang kuaat sayaang”.

Aku tidak berlama-lama dengan posisi seperti ini. Kembali kehentikan gerakanku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya. Kulihat ibu hanya diam saja tanpa protes lagi dan lalu kukatakan pada ibu, “Buuu…, coba ibu tengkurap dan nungging”, kataku sambil kubantu membalikkan badan dan mengatur kaki ibu sewaktu nungging, “Aduuh…, Suuur…, kamu kok macem-macem sih”, komentar Ibu mertuaku. Aku tidak menanggapi komentarnya dan tanpa kuberi aba-aba penisku kutusukkan langsung masuk ke dalam vagina ibu serta kutekan kuat-kuat dengan memegang pinggangnya sehingga ibu berteriak, “Aduuuh Suuur, oooh”, dan tanpa kupedulikan teriakan ibu, langsung saja kukocok penisku keluar masuk vaginanya dengan cepat dan kuat hingga membuat badan ibu tergetar ketika sodokanku menyentuh tubuhnya dan setiap kali kudengar ibu berteriak, “oooh…, oooh…, Suuur”, dan tidak lama kemudian ibu mengeluh lagi, “Suuur…, Ibu capek Naak…, sudaah Suuur…, Ibuu capeeek”, dan tanpa kuduga ibu lalu menjatuhkan dirinya tertidur tengkurap dengan nafasnya yang terengah-engah, sehingga mau tak mau penisku jadi keluar dari vaginanya.

Tanpa mempedulikan kata-katanya, segera saja kubalik badan ibu yang jatuh tengkurap. Sekarang sudah tidur telentang lagi, kuangkat kedua kakinya lalu kuletakkan di atas kedua bahuku. Ibu yang kulihat sudah tidak bertenaga itu hanya mengikuti saja apa yang kuperbuat. Segera saja kumasukkan penisku dengan mudah ke dalam vagina ibu mertuaku yang memang sudah semakin basah itu, kutekan dan kutarik kuat sehingga payudaranya yang memang sudah aggak lembek itu terguncang-guncang. Ibu mertuaku nafasnya terdengar sangat cepat, “Suuur…, jangaan…, kuat-kuat Naak…, badan ibu sakit semua”, sambil memegang kedua tanganku yang kuletakkan di samping badannya untuk menahan badanku.

Mendengar kata-kata ibu mertuaku, aku menjadi tersadar dan teringat kalau yang ada di hadapanku ini adalah ibu mertuaku sendiri dan segera saja kehentikan gerakan penisku keluar masuk vaginanya serta kuturunkan kedua kaki ibu dari bahuku dan langsung saja kupeluk badan ibu serta kuucapkan, “Maaf…, Buu…, kalau saya menyakiti Ibu, saya akan mencoba untuk pelan-pelan”, segera saja ibu berucap, “Suuur nggak apa-apa Nak, tapi Ibu lebih suka dengan posisi seperti ini saja, ayoo…, Suuur mainkan lagi punyamu agar ibu cepat puaas”.
“Iyaa…, Buuu…, saya akan coba lagi”, sahutku sambil kembali kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku keluar masuk vagina ibu dan kali ini aku lakukan dengan hati-hati agar tidak menyakiti badan ibu, dan ibu mertuakupun sekarang sudah mulai menggoyangkan pantatnya serta sesekali mempermainkan otot-otot di vaginanya, sehingga kadang-kadang terasa penisku terasa tertahan sewaktu memasuki liang vaginanya.

Ketika salah satu payudara ibu kuhisap-hisap puting susunya yang sudah mengeras itu, ibu mertuaku semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan terdengar desahannya yang agak keras diantara nafasnya yang sudah mulai memburu, “ooohh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, oooh”, seraya meremas-remas rambutku lebih keras. Akupun ikut mempercepat keluar masuknya penisku di dalam vaginanya.

Goyangan pinggul ibu mertuakupun semakin cepat dan sepertinya sudah tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Disertai nafasnya yang semakin terengah-engah dan kedua tangannya dirangkulkan ke punggungku kuat-kuat, ibu mengatakan dengan terbata-bata, “Nak Suuur…, aduuuh…, Ibuuu…, sudaah…, oooh…, mauuu kelluaar”. Aku sulit bernafas karena punggungku dipeluk dan dicengkeramnya dengan kuat dan kemudian ibu mertuaku menjadi terdiam, hanya nafasnya saja yang kudengar terengah-engah dengan keras dan genjotan penisku keluar masuk vaginanya. Untuk sementara aku hentikan untuk memberikan kesempatan pada ibu menikmati orgasmenya sambil kuciumi wajahnya, “Bagaimana…, Buuu?, mudah-mudahan ibu cukup puas.

Ibu mertuaku tetap masih menutup matanya dan tidak segera menjawab pertanyaanku, yang pasti nafas ibu masih memburu tetapi sudah mulai berkurang dibanding sebelumnya. Karena ibu masih diam, aku menjadi sangat kasihan dan kusambung pertanyaanku tadi di dekat telinganya, “Buu…, saya tahu ibu pasti capek sekali, lebih baik ibu istirahat dulu saja.., yaa?”, seraya aku mulai mengangkat pantatku agar penisku bisa keluar dari vagina ibu yang sudah sangat basah itu. Tetapi baru saja pantatku ingin kuangkat, ternyata ibu mertuaku cepat-cepat mencengkeram pinggulku dengan kedua tangannya dan sambil membuka matanya, memandang ke wajahku, “Jangaan…, Suuur…, jangan dilepas punyamu itu, ibu diam saja karena ingin melepaskan lelah sambil menikmati punyamu yang besar itu mengganjal di tempat ibuuu, jangaan dicabut dulu…, yaa…, sayaang”, terus kembali menutup matanya.

Mendengar permintaan ibu itu, aku tidak jadi mencabut penisku dari dalam vagina ibu dan kembali kujatuhkan badanku pelan-pelan di atas badan ibu yang nafasnya sekarang sudah kelihatan mulai agak teratur, sambil kukatakan, “Tidaak…, Buuu…, saya tidak akan mencabutnya, saya juga masih kepingin terus seperti ini”, sambil kurangkul leher ibu dengan tangan kananku. Ibu hanya diam saja dengan pernyataanku itu, tetapi tiba-tiba penisku yang sejak tadi kudiamkan di dalam vaginanya terasa seperti dijepit dan tersedot vagina ibu mertuaku, dan tanpa sadar aku mengaduh, “Aduuuh…, oooh…, Buuu”.
“Kenapa…, sayaang…, enaak yaa?”, sahut ibu sambil mencium bibirku dengan lembut dan sambil kucium hidungnya kukatakan, “Buuu…, enaak sekaliii”, dan seperti tadi, sewaktu ibu mertuaku mula-mula menjepit dan menyedot penisku dengan vaginanya, secara tidak sengaja aku mulai menggerakkan lagi penisku keluar masuk vaginanya dan ibu mertuakupun kembali mendesah, “oooh…, aah…, Suuur…, teruuus…, naak…, aduuuh…, enaak sekali”.

Semakin lama gerakan pinggul ibu semakin cepat dan kembali kudengar nafasnya semakin lama semakin memburu. Gerakan pinggul ibu kuimbangi dengan mempercepat kocokan penisku keluar masuk vaginanya. Makin lama aku sepertinya sudah tidak kuat untuk menahan agar air maniku tetap tidak keluar, “Buuu…, sebentar lagi…, sayaa…, sudaah…, mau keluaar”, sambil kupercepat penisku keluar masuk vaginanya dan mungkin karena mendengar aku sudah mendekati klimaks, ibu mertuakupun semakin mempercepat gerakan pinggulnya serta mempererat cengkeraman tangannya di punggungku seraya berkata, “Suuur…, teruuuss…, Naak…, Ibuuu…, jugaa…, sudah dekat, ooohh…, ayooo Suuur…, semprooot Ibuu dengan airmuu…, sekaraang”.
“Iyaa…, Buuu…, tahaan”, sambil kutekan pantatku kuat-kuat dan kami akhiri teriakan itu dengan berpelukan sangat kuat serta tetap kutekan penisku dalam-dalam ke vagina ibu mertuaku. Dalam klimaksnya terasa vagina ibu memijat penisku dengan kuat dan kami terus terdiam dengan nafas terengah-engah.

Setelah nafas kami berdua agak teratur, lalu kucabut penisku dari dalam vagina ibu dan kujatuhkan badanku serta kutarik kepala ibu mertuaku dan kuletakkan di dadaku.Setelah nafasku mulai teratur kembali dan kuperhatikan nafas ibupun begitu, aku jadi ingat akan tugas yang diberikan oleh istriku.
“Buuu…, apa ini yang menyebabkan ibu selalu marah-marah pada Bapak..?”, tanyaku.
“Mungkin saja Suuur…, kenapa Suuur?”, Sahutnya sambil tersenyum dan mencium pipiku.
“Buuu…, kalau benar, tolong ibu kurangi marah-marahnya kepada Bapak, kasihan dia”, ibu hanya diam dan seperti berfikir.
Setelah diam sebentar lalu kukatakan, “Buuu…, sudah siang lho, seraya kubangunkan tubuh ibu serta kubimbing ke kamar mandi.

Setelah peristiwa ini terjadi, ibu seringkali mengunjungi rumah kami dengan alasan kangen cucu dan anaknya Mur, tetapi kenyataannya ibu mertuaku selalu mengontakku melalui telepon di kantor dan meminta jatahnya di suatu motel, sebelum menuju ke rumahku. Untungnya sampai sekarang Istriku tidak curiga, hanya saja dia merasa aneh, karena setiap bulannya ibunya selalu mengunjung rumah kami.

Cerita Dewasa : Tante Yani : Persetubuhan Pertamaku (1)

Tags: Cerita Dewasa, Cerita Seru, Cerita Panas, Cerita 17 Tahun, tante girang

Jakarta ! Ya, akhirnya jadi juga aku ke Jakarta. Kota impian semua orang, paling tidak bagi orang sedesaku di Gumelar, Kabupaten Banyumas, 23 Km ke arah utara Purwokerto, Jawa Tengah. Aku memang orang desa. Badanku tidak menggambarkan usiaku yang baru menginjak 16 tahun, bongsor berotot dengan kulit sawo gelap. Baru saja aku menamatkan ST (Sekolah Teknik) Negeri Baturaden, sekitar 5 Km dari Desa Gumelar, atau 17 Km utara Purwokerto. Kegiatanku sehari-hari selama ini kalau tidak sekolah, membantu Bapak dan Emak berkebun. Itulah sebabnya badanku jadi kekar dan kulit gelap. Kebunku memang tak begitu luas, tapi cukup untuk menopang kehidupan keluarga kami sehari-hari yang hanya 5 orang. Aku punya 2 orang adik laki-laki semua, 12 dan 10 tahun.

Boleh dikatakan aku ini orangnya ‘kuper’. Anak dari desa kecil yang terdiri dari hanya belasan rumah yang terletak di kaki Gunung Slamet. Jarak antar rumahpun berjauhan karena diselingi kebun-kebun, aku jadi jarang bertemu orang. Situasi semacam ini mempengaruhi kehidupanku kelak. Rendah diri, pendiam dan tak pandai bergaul, apalagi dengan wanita. Pengetahuanku tentang wanita hampir dapat dikatakan nol, karena lingkungan bergaulku hanya seputar rumah, kebun, dan sekolah teknik yang muridnya 100% lelaki.

Pembaca yang budiman, kisah yang akan Anda baca ini adalah pengalaman nyata kehidupanku sekitar 9 sampai 6 tahun lalu. Pengalaman nyata ini aku ceritakan semuanya kepada Mas Joko, kakak kelasku, satu-satunya orang yang aku percayai yang hobinya memang menulis. Dia sering menulis untuk majalah dinding, buletin sekolah, koran dan majalah lokal yang hanya beredar di seputar Purwokerto. Mas Joko kemudian meminta izinku untuk menulis kisah hidupku ini yang katanya unik dan katanya akan dipasang di internet. Aku memberinya izin asalkan nama asliku tidak disebutkan. Jadi panggil saja aku Tarto, nama samaran tentu saja.

Aku ke Jakarta atas seizin orang tuaku, bahkan merekalah yang mendorongnya. Pada mulanya aku sebenarnya enggan meninggalkan keluargaku, tapi ayahku menginginkan aku untuk melanjutkan sekolah ke STM. Aku lebih suka kerja saja di Purwokerto. Aku menerima usulan ayahku asalkan sekolah di SMA (sekarang SMU) dan tidak di kampung. Dia memberi alamat adik misannya yang telah sukses dan tinggal di bilangan Tebet, Jakarta. Ayahku sangat jarang berhubungan dengan adik misannya itu. Paling hanya beberapa kali melalui surat, karena telepon belum masuk ke desaku. Kabar terakhir yang aku dengar dari ayahku, adik misannya itu, sebut saja Oom Ton, punya usaha sendiri dan sukses, sudah berkeluarga dengan satu anak lelaki umur 4 tahun dan berkecukupan. Rumahnya lumayan besar. Jadi, dengan berbekal alamat, dua pasang pakaian, dan uang sekedarnya, aku berangkat ke Jakarta. Satu-satunya petunjuk yang aku punyai: naik KA pagi dari Purwokerto dan turun di stasiun Manggarai. Tebet tak jauh dari stasiun ini.

Stasiun Manggarai, pukul 15.20 siang aku dicekam kebingungan. Begitu banyak manusia dan kendaraan berlalu lalang, sangat jauh berbeda dengan suasana desaku yang sepi dan hening. Singkat cerita, setelah “berjuang” hampir 3 jam, tanya ke sana kemari, dua kali naik mikrolet (sekali salah naik), sekali naik ojek yang mahalnya bukan main, sampailah aku pada sebuah rumah besar dengan taman yang asri yang cocok dengan alamat yang kubawa.

Berdebar-debar aku masuki pintu pagar yang sedikit terbuka, ketok pintu dan menunggu. Seorang wanita muda, berkulit bersih, dan .. ya ampun, menurutku cantik sekali (mungkin di desaku tidak ada wanita cantik), berdiri di depanku memandang dengan sedikit curiga. Setelah aku jelaskan asal-usulku, wajahnya berubah cerah. “Tarto, ya ? Ayo masuk, masuk. Kenalkan, saya Tantemu.” Dengan gugup aku menyambut tangannya yang terjulur. Tangan itu halus sekali. “Tadinya Oom Ton mau jemput ke Manggarai, tapi ada acara mendadak. Tante engga sangka kamu sudah sebesar ini. Naik apa tadi, nyasar, ya ?” Cecarnya dengan ramah. “Maaar, bikin minuman !” teriaknya kemudian. Tak berapa lama datang seorang wanita muda meletakkan minuman ke meja dengan penuh hormat. Wanita ini ternyata pembantu, aku kira keponakan atau anggota keluarga lainnya, sebab terlalu ‘trendy’ gaya pakaiannya untuk seorang pembantu.

Sungguh aku tak menduga sambutan yang begitu ramah. Menurut cerita yang aku dengar, orang Jakarta terkenal individualis, tidak ramah dengan orang asing, antar tetangga tak saling kenal. Tapi wanita tadi, isteri Oomku, Tante Yani namanya (”Panggil saja Tante,” katanya akrab) ramah, cantik lagi. Tentu karena aku sudah dikenalkannya oleh Oom Ton.

Aku diberi kamar sendiri, walaupun agak di belakang tapi masih di rumah utama, dekat dengan ruang keluarga. Kamarku ada AC-nya, memang seluruh ruang yang ada di rumah utama ber-AC. Ini suatu kemewahan bagiku. Dipanku ada kasur yang empuk dan selimut tebal. Walaupun AC-nya cukup dingin, rasanya aku tak memerlukan selimut tebal itu. Mungkin aku cukup menggunakan sprei putih tipis yang di lemari itu untuk selimut. Rumah di desaku cukup dingin karena letaknya di kaki gunung, aku tak pernah pakai selimut, tidur di dipan kayu hanya beralas tikar. Aku diberi “kewenangan” untuk mengatur kamarku sendiri.

Aku masih merasa canggung berada di rumah mewah ini. Petang itu aku tak tahu apa yang musti kukerjakan. Selesai beres-beres kamar, aku hanya bengong saja di kamar. “Too, sini, jangan ngumpet aja di kamar,” Tante memanggilku. Aku ke ruang keluarga. Tante sedang duduk di sofa nonton TV. “Sudah lapar, To ?” “Belum Tante.” Sore tadi aku makan kue-kue yang disediakan Si Mar. “Kita nunggu Oom Ton ya, nanti kita makan malam bersama-sama.” Oom Ton pulang kantor sekitar jam 19 lewat. “Selamat malam, Oom,” sapaku. “Eh, Ini Tarto ? Udah gede kamu.” “Iya Oom.” “Gimana kabarnya Mas Kardi dan Yu Siti,” Oom menanyakan ayah dan ibuku. “Baik-baik saja Oom.” Di meja makan Oom banyak bercerita tentang rencana sekolahku di Jakarta. Aku akan didaftarkan ke SMA Negeri yang dekat rumah. Aku juga diminta untuk menjaga rumah sebab Oom kadang-kadang harus ke Bandung atau Surabaya mengurusi bisnisnya. “Iya, saya kadang-kadang takut juga engga ada laki-laki di rumah,” timpal Tante. “Berapa umurmu sekarang, To ?” “Dua bulan lagi saya 16 tahun, Oom.” “Badanmu engga sesuai umurmu.”

***

Hari-hari baruku dimulai. Aku diterima di SMA Negeri 26 Tebet, tak jauh dari rumah Oom dan Tanteku. Ke sekolah cukup berjalan kaki. Aku memang belum sepenuhnya dapat melepas kecanggunganku. Bayangkan, orang udik yang kuper tamatan ST (setingkat SLTP) sekarang sekolah di SMA metropolitan. Kawan sekolah yang biasanya lelaki melulu, kini banyak teman wanita, dan beberapa diantaranya cantik-cantik. Cantik ? Ya, sejak aku di Jakarta ini jadi tahu mana wanita yang dianggap cantik, tentunya menurut ukuranku. Dan tanteku, Tante Yani, isteri Oom Ton menurutku paling cantik, dibandingkan dengan kawan-kawan sekolahku, dibanding dengan tante sebelah kiri rumah, atau gadis (mahasiswi ?) tiga rumah ke kanan. Cepat-cepat kuusir bayangan wajah tanteku yang tiba-tiba muncul. Tak baik membayangkan wajah tante sendiri. Pada umumnya teman-teman sekolahku baik, walaupun kadang-kadang mereka memanggilku ‘Jawa’, atau meledek cara bicaraku yang mereka sebut ‘medok’. Tak apalah, tapi saya minta mereka panggil saja Tarto. Alasanku, kalau memanggil ‘Jawa’, toh orang Jawa di sekolah itu bukan hanya aku. Mereka akhirnya mau menerima usulanku. Terus terang aku di kelas menjadi cepat populer, bukan karena aku pandai bergaul. Dibandingkan teman satu kelas tubuhku paling tinggi dan paling besar. Bukan sombong, aku juga termasuk murid yang pintar. Aku memang serius kalau belajar, kegemaranku membaca menunjang pengetahuanku.

Kegemaranku membaca inilah yang mendorongku bongkar-bongkar isi rak buku di kamarku di suatu siang pulang sekolah. Rak buku ini milik Oom Ton. Nah, di antara tumpukan buku, aku menemukan selembar majalah bergambar, namanya Popular.

Rupanya penemuan majalah inilah merupakan titik awalku belajar mandiri tentang wanita. Tidak sendiri sebetulnya, sebab ada “guru” yang diam-diam membimbingku. Kelak di kemudian hari aku baru tahu tentang “guru” itu.

Majalah itu banyak memuat gambar-gambar wanita yang bagus, maksudnya bagus kualitas fotonya dan modelnya. Dengan berdebar-debar satu-persatu kutelusuri halaman demi halaman. Ini memang majalah hiburan khusus pria. Semua model yang nampang di majalah itu pakaiannya terbuka dan seronok. Ada yang pakai rok demikian pendeknya sehingga hampir seluruh pahanya terlihat, dan mulus. Ada yang pakai blus rendah dan membungkuk memperlihatkan bagian belahan buah dada. Dan, ini yang membuat jantungku keras berdegup : memakai T-shirt yang basah karena disiram, sementara dalamnya tidak ada apa-apa lagi. Samar-samar bentuk sepasang buah kembar kelihatan. Oh, begini tho bentuk tubuh wanita. Dasarnya aku sangat jarang ketemu wanita. Kalau ketemu-pun wanita desa atau embok-embok, dan yang aku lihat hanya bagian wajah. Bagaimana aku tidak deg-deg-an baru pertama kali melihat gambar tubuh wanita, walaupun hanya gambar paha dan sebagian atas dada.

Sejak ketemu majalah Popular itu aku jadi lain jika memandang wanita teman kelasku. Tidak hanya wajahnya yang kulihat, tapi kaki, paha dan dadanya “kuteliti”. Si Rika yang selama ini aku nilai wajahnya lumayan dan putih, kalau ia duduk menyilangkan kakinya ternyata memiliki paha mulus agak mirip foto di majalah itu. Memang hanya sebagian paha bawah saja yang kelihatan, tapi cukup membuatku tegang. Ya tegang. “Adikku” jadi keras! Sebetulnya penisku menjadi tegang itu sudah biasa setiap pagi. Tapi ini tegang karena melihat paha mulus Rika adalah pengalaman baru bagiku. Sayangnya dada Rika tipis-tipis saja. Yang dadanya besar si Ani, demikian menonjol ke depan. Memang ia sedikit agak gemuk. Aku sering mencuri pandang ke belahan kemejanya. Dari samping terkadang terbuka sedikit memperlihatkan bagian dadanya di sebelah kutang. Walau terlihat sedikit cukup membuatku “ngaceng”. Sayangnya, kaki Ani tak begitu bagus, agak besar. Aku lalu membayangkan bagaimana bentuk dada Ani seutuhnya, ah ngaceng lagi ! Atau si Yuli. Badannya biasa-biasa saja, paha dan kaki lumayan berbentuk, dadanya menonjol wajar, tapi aku senang melihat wajahnya yang manis, apalagi senyumnya. Satu lagi, kalau ia bercerita, tangannya ikut “sibuk”. Maksudku kadang mencubit, menepuk, memukul, dan, ini dia, semua roknya berpotongan agak pendek. Ah, aku sekarang punya “wawasan” lain kalau memandang teman-teman cewe.

Ah ! Tante Yani ! Ya, kenapa selama ini aku belum “melihat dengan cara lain”? Mungkin karena ia isteri Oomku, orang yang aku hormati, yang membiayai hidupku, sekolahku. Mana berani aku “menggodanya” meskipun hanya dari cara memandang. Sampai detik ini aku melihat Tante Yani sebagai : wajahnya putih bersih dan cantik. Tapi dasar setan selalu menggoda manusia, bagaimana tubuhnya ? Ah, aku jadi pengin cepat-cepat pulang sekolah untuk “meneliti” Tanteku. Jangan ah, aku menghormati Tanteku.

Aduh ! Kenapa begini ? Apanya yang begini ? Tante Yani ! Seperti biasa, kalau pulang aku masuk dari pintu pagar langsung ke garasi, lalu masuk dari pintu samping rumah ke ruang keluarga di tengah-tengah rumah. Melewati ruang keluarga, sedikit ke belakang sampai ke kamarku. Isi ruang keluarga ini dapat kugambarkan : di tengahnya terhampar karpet tebal yang empuk yang biasa digunakan tante untuk membaca sambil rebahan, atau sedang dipijit Si Mar kalau habis senam. Agak di belakang ada satu set sofa dan pesawat TV di seberangnya. Sewaktu melewati ruang keluarga, aku menjumpai Tante Yani duduk di kursi dekat TV menyilang kaki sedang menyulam, berpakaian model kimono. Duduknya persis si Rika tadi pagi, cuma kaki Tante jauh lebih indah dari Rika. Putih, bersih, panjang, di betis bawahnya dihiasi bulu-bulu halus ke atas sampai paha. Ya, paha, dengan cara duduk menyilang, tanpa disadari Tante belahan kimononya tersingkap hingga ke bagian paha agak atas. Tanpa sengaja pula aku jadi tahu bahwa tante memiliki paha selain putih bersih juga berbulu lembut. Sejenak aku terpana, dan lagi-lagi tegang. Untung aku cepat sadar dan untung lagi Tante begitu asyik menyulam sehingga tidak melihat ulah keponakannya yang dengan kurang ajar “memeriksa” pahanya. Ah, kacau.

Sebenarnya tidak sekali ini aku melihat Tante memakai kimono. Kenapa aku tadi terangsang mungkin karena “penghayatan” yang lain, gara-gara majalah itu. Selesai makan ada dorongan aku ingin ke ruang tengah, meneruskan “penelitianku” tadi. Aku ada alasan lain tentu saja, nonton TV swasta, hal baru bagiku. Mungkin aku mulai kurang ajar : mengambil posisi duduk di sofa nonton TV tepat di depan Tante, searah-pandang kalau mengamati pahanya ! “Gimana sekolahmu tadi To ?” tanya Tante tiba-tiba yang sempat membuatku kaget sebab sedang memperhatikan bulu-bulu kakinya. “Biasa-biasa saja Tante.” “Biasa gimana ? Ada kesulitan engga ?” “Engga Tante.” “Udah banyak dapat kawan ?” “Banyak, kawan sekelas.” “Kalau kamu pengin main lihat-lihat kota, silakan aja.” “Terima kasih, Tante. Saya belum hafal angkutannya.” “Harus dicoba, yah nyasar-nyasar dikit engga apa-apa, toh kamu tahu jalan pulang.” “Iya Tante, mungkin hari Minggu saya akan coba.” “Kalau perlu apa-apa, uang jajan misalnya atau perlu beli apa, ngomong aja sama Tante, engga usah malu-malu.” Gimana kurang baiknya Tanteku ini, keponakannya saja yang nakal. Nakal ? Ah ‘kan cuma dalam pikiran saja, lagi pula hanya “meneliti” kaki yang tanpa sengaja terlihat, apa salahnya. “Terima kasih Tante, uang yang kemarin masih ada kok.” “Emang kamu engga jajan di sekolah ?” Berdesir darahku. Sambil mengucapkan ‘jajan’ tadi Tante mengubah posisi kakinya sehingga sekejap, tak sampai sedetik, sempat terlihat warna merah jambu celana dalamnya ! Aku berusaha keras menenangkan diri. “Jajan juga sih, hanya minuman dan makanan kecil.” Akupun ikut-ikutan mengubah posisi, ada sesuatu yang mengganjal di dalam celanaku. Untung Tante tidak memperhatikan perubahan wajahku. Sepanjang siang ini aku bukannya nonton TV. Mataku lebih sering ke arah Tante, terutama bagian bawahnya!

Hari-hari berikutnya tak ada kejadian istimewa. Rutin saja, sekolah, makan siang, nonton TV, sesekali melirik kaki Tante. Oom Ton pulang kantor selalu malam hari. Saat ketemu Oomku hanya pada makan malam, bertiga. Si Luki, anak lelakinya 4 tahun biasanya sudah tidur. Kalau Luki sudah tidur, Tinah, pengasuhnya pamitan pulang. Pada acara makan malam ini, sebetulnya aku punya kesempatan untuk menikmati” (cuma dengan mata) paha mulus berbulu Tante, sebab malam ini ia memakai rok pendek, biasanya memakai daster. Tapi mana berani aku menatap pemandangan indah ini di depan Oom. Betapa bahagianya mereka menurut pandanganku. Oom tamat sekolahnya, punya usaha sendiri yang sukses, punya isteri yang cantik, putih, mulus. Anak hanya satu. Punya sopir, seorang pembantu, Si Mar dan seorang baby sitter Si Tinah. Sopir dan baby sitter tidak menginap, hanya pembantu yang punya kamar di belakang. Praktis Tante Yani banyak waktu luang. Anak ada yang mengasuh, pekerjaan rumah tangga beres ditangan pembantu. Oh ya, ada seorang lagi, pengurus taman biasa di panggil Mang Karna, sudah agak tua yang datang sewaktu-waktu, tidak tiap hari.

Keesokkan harinya ada kejadian ‘penting’ yang perlu kuceritakan. Pagi-pagi ketika aku sedang menyusun buku-buku yang akan kubawa ke sekolah, ada beberapa lembar halaman yang mungkin lepasan atau sobekan dari majalah luar negeri terselip di antara buku-buku pelajaranku. Aku belum sempat mengamati lembaran itu, karena buru-buru mau berangkat takut telat. Di sekolah pikiranku sempat terganggu ingat sobekan majalah berbahasa Inggris itu, milik siapa ? Tadi pagi sekilas kulihat ada gambarnya wanita hanya memakai celana jean tak berbaju. Inilah yang mengganggu pikiranku. Sempat kubayangkan, bagaimana kalau Ani hanya memakai jean. Kaki dan pahanya yang kurang bagus tertutup, sementara bulatan dadanya yang besar terlihat jelas. Ah.. nakal kamu To !

Pulang sekolah tidak seperti biasa aku tidak langsung ke meja makan, tapi ngumpet di kamarku. Pintu kamar kukunci dan mulai mengamati sobekan majalah itu. Ada 4 lembar, kebanyakan tulisan yang tentu saja tidak kubaca. Aku belum paham Bahasa Inggris. Di setiap pojok bawah lembaran itu tertulis: Penthouse. Langsung saja ke gambar. Gemetaran aku dibuatnya. Wanita bule, berpose membusungkan dadanya yang besar, putih, mulus, dan terbuka seluruhnya ! Paha dan kakinya meskipun tertutup jean ketat, tapi punya bentuk yang indah, panjang, persis kaki milik Tante. Hah, kenapa aku jadi membandingkan dengan tubuh Tante ? Peduli amat, tapi itulah yang terbayang. Kenapa aku sebut kejadian penting, karena baru sekaranglah aku tahu bentuk utuh sepasang buah dada, meskipun hanya dari foto. Bulat, di tengah ada bulatan kecil warna coklat, dan di tengah-tengah bulatan ada ujungnya yang menonjol keluar. Segera saja tubuhku berreaksi, penisku tegang, dada berdebar-debar. Halaman berikutnya membuatku lemas, mungkin belum makan. Masih wanita bule yang tadi tapi sekarang di close-up. Buah dadanya makin jelas, sampai ke pori-porinya. Ini kesempatanku untuk “mempelajari” anatomi buah kembar itu. Dari atas kulit itu bergerak naik, sampai puting yang merupakan puncaknya, kemudian turun lagi “membulat”. Ya, beginilah bentuk buah dada wanita. Putingnya, apakah selalu menonjol keluar seperti menunjuk ke depan ? Jawabannya baru tahu kelak kemudian hari ketika aku “praktek”. Tiba-tiba terlintas pikiran nakal, Tante Yani ! Bagaimana ya bentuk buah dada Tanteku itu ? Ah, kenapa selama ini aku tak memperhatikannya. Asyik lihat ke bawah terus sih ! Memang kesempatannya baru lihat paha. Kimono Tante waktu itu, kalau tak salah, tertutup sampai dibawah lehernya. Tapi ‘kan bisa lihat bentuk luarnya. Ah, memang mataku tak sampai kesitu. Melihat bentuk paha dan kaki cewe bule ini mirip milik Tante, aku rasa bentuk dadanyapun tak jauh berbeda, begitu aku mencoba memperkirakan. Begitu banyak aku berdialog dengan diri sendiri tentang buah dada. Begitu banyak pertanyaan yang bermuara pada pertanyaan inti : Bagaimana bentuk buah dada Tanteku yang cantik itu ? Untungnya, atau celakanya, pertanyaanku itu segera mendapat jawaban, di meja makan. Di pertengahan makan siangku, Tante muncul istimewa. Mengenakan baju-mandi, baju mirip kimono tapi pendek dari bahan seperti handuk tapi lebih tipis warna putih dan ada pengikat di pinggangnya. Tante kelihatan lain siang itu, segar, cerah. Kelihatannya baru selesai mandi dan keramas, sebab rambutnya diikat handuk ke atas mirip ikat kepala para syeh. “Oh, kamu sudah pulang, engga kedengaran masuknya,” sapanya ramah sambil berjalan menuju ke tempatku. “Dari tadi Tante,” jawabku singkat. Ia berhenti, berdiri tak jauh dari dudukku. Kedua tangannya ke atas membenahi handuk di rambutnya. Posisi tubuh Tante yang beginilah memberi jawaban atas pertanyaanku tadi. Luar biasa ! Besar juga buah dada Tante ini, persis seperti perkiraanku tadi, bentuknya mirip punya cewe bule di Penthouse tadi.

Meskipun aku melihatnya masih “terbungkus” baju-mandi, tapi jelas alurnya, bulat menonjol ke depan. Di bagian kanan baju mandinya rupanya ada yang basah, ini makin mempertegas bentuk buah indah itu. Samar-samar aku bisa melihat lingkaran kecil di tengahnya. Sehabis mandi mungkin hanya baju-mandi itu saja yang membungkus tubuhnya sekarang. Bawahnya aku tak tahu. Bawahnya ! Ya, aku melupakan pahanya. Segera saja mataku turun. Kini lebih jelas, bulu-bulu lembut di pahanya seperti diatur, berbaris rapi. Ah aku sekarang lagi tergila-gila buah dada. Pandanganku ke atas lagi. Mudah-mudahan ia tak melihatku melahap (dengan mata) tubuhnya. Memang ia tidak memperhatikanku, pandangannya ke arah lain masih terus asyik merapikan rambutnya. Tapi aku tak bisa berlama-lama begini, disamping takut ketahuan, lagipula aku ‘kan sedang makan. Kuteruskan makanku. Bagaimana reaksi tubuhku, susah diceritakan. Yang jelas kelaminku tegang luar biasa. Tiba-tiba ia menarik kursi makan di sebelahku dan duduk. Ah, wangi tubuhnya terhirup olehku. “Makan yang banyak, tambah lagi tuh ayamnya.” Bagaimana mau makan banyak, kalau “diganggu” seperti ini. Aku mengiakan saja. Rupanya “gangguan nikmat” belum selesai. Aku duduk menghadap ke utara. Di dekatku duduk si Badan-sintal yang habis mandi, menghadap ke timur. Aku bebas melihat tubuhnya dari samping kiri. Ia menundukkan kepalanya dan mengurai rambutnya ke depan. Dengan posisi seperti ini, badan agak membungkuk ke depan dan satu-satunya pengikat baju ada di pinggang, dengan serta merta baju mandinya terbelah dan menampakkan pemandangan yang bukan main. Buah dada kirinya dapat kulihat dari samping dengan jelas. Ampun.. putihnya, dan membulat. Kalau aku menggeser kepalaku agak ke kiri, mungkin aku bisa melihat putingnya. Tapi ini sih ketahuan banget. Jangan sampai. Betapa tersiksanya aku siang ini. Tersiksa tapi nikmat ! Oh Tuhan, janganlah aku Kau beri siksa yang begini. Aku khawatir tak sanggup menahan diri. Rasa-rasanya tanganku ingin menelusup ke belahan baju mandi ini lalu meremas buah putih itu… Kalau itu terjadi, bisa-bisa aku dipulangkan, dan hilanglah kesempatanku meraih masa depan yang lebih baik. Apa yang kubilang pada ayahku ? Dapat kupastikan ia marah besar, dan artinya, kiamat bagiku.

Untung, atau sialnya, Tante cepat bangkit menuju ke kamar sambil menukas: “Teruskan ya makannya.” “Ya Tante,” sahutku masih gemetaran. Aah., aku menemukan sesuatu lagi. Aku mengamati Tante berjalan ke kamarnya dari belakang, gerakan pinggulnya indah sekali. Pinggul yang tak begitu lebar, tapi pantatnya demikian menonjol ke belakang. Tubuh ideal, memang.

Malamnya aku disuruh makan duluan sendiri. Tante menunggu Oom yang telat pulang malam ini. Masih terbayang kejadian siang tadi bagaimana aku menikmati pemandangan dada Tante yang membuat aku tak begitu selera makan. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh kedatangan Tante yang muncul dari kamarnya. Masih mengenakan baju-mandi yang tadi, rambutnya juga masih diikat handuk. Langsung ia duduk disebelahku persis di kursi yang tadi. Belum habis rasa kagetku, tiba-tiba pula ia pindah dan duduk di pangkuanku ! Bayangkan pembaca, bagaimana nervous-nya aku. Yang jelas penisku langsung mengeras merasakan tindihan pantat Tante yang padat. Disingkirkannya piringku, memegang tangan kiriku dan dituntunnya menyelinap ke belahan baju-mandinya. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Kuremas dadanya dengan gemas. Hangat, padat dan lembut.
Tantepun menggoyang pantatnya, terasa enak di kelaminku. Goyangan makin cepat, aku jadi merasa geli di ujung penisku. Rasa geli makin meningkat dan meningkat, dan .. Aaaaah, aku merasakan nikmat yang belum pernah kualami, dan eh, ada sesuatu terasa keluar berbarengan rasa nikmat tadi, seperti pipis dan… aku terbangun. Sialan ! Cuma mimpi rupanya. Masa memimpikan Tante, aku jadi malu sendiri. Kejadian siang tadi begitu membekas sampai terbawa mimpi. Eh, celanaku basah. Mana mungkin aku ngompol. Lalu apa dong ? Cepat-cepat aku periksa. Memang aku ngompol ! Tapi tunggu dulu, kok airnya lain, lengket-lengket agak kental. Ah, kenapa pula aku ini ? Apa yang terjadi denganku ? Besok coba aku tanya pada Oom. Gila apa ! Jangan sama Oom dong. Lalu tanya kepada Tante, tak mungkin juga. Coba ada Mas Joko, kakak kelasku di ST dulu. Mungkin teman sekolahku ada yang tahu, besok aku tanyakan.

***

Esoknya aku ceritakan hal itu kepada Dito teman paling dekat. Sudah barang tentu kisahnya aku modifikasi, bukan Tante yang duduk di pangkuanku, tapi “seseorang yang tak kukenal”. “Kamu baru mengalami tadi malam ?” “Ya, tadi malam.” “Telat banget. Aku sudah mengalami sewaktu kelas 2 SMP, dua tahun lalu. Itu namanya mimpi basah.” “Mimpi basah ?” “Ya. Itu tandanya kamu mulai dewasa, sudah aqil-baliq. Lho, emangnya kamu belum pernah dengar ?” Malu juga aku dibilang telat dan belum tahu mimpi basah. Tapi juga ada rasa sedikit bangga, aku mulai dewasa! “Rupanya kamu badan aja yang gede, pikiran masih anak-anak.” Ah biar saja. Beberapa hari sebelum mimpi basah itu toh aku sudah “menghayati” wanita sebagai orang dewasa! “Kamu punya pacar ?” “Engga.” “Atau pernah pacaran ?” “Engga juga.” “Pantesan telat kalau begitu. Waktu kelas 3 SMP aku punya pacar, teman sekelas. Enak deh, sekolah jadi semangat.” “Kalau pacaran ngapain aja sih ?” tanyaku lugu. Memang betul aku belum tahu tentang pacaran. Tentang wanitapun aku baru tahu beberapa hari lalu. “Ha.. ha.. ha.! Kampungan lu ! Ya tergantung orangnya. Kalau aku sih paling-paling ciuman, raba-raba, udah. Kalau si Ricky kelewatan, sampai pacarnya hamil.” Ciuman, raba-raba. Aku pernah lihat orang ciuman di filem TV, enak juga kelihatannya, belum pernah aku membayangkan. Kalau meraba, pernah kubayangkan meremas dada Tante. “Hamil ?” Pelajaran baru nih. “Ada juga yang sampai ‘gitu’ tapi engga hamil. Engga tahu aku caranya gimana.” “Gitu gimana ?” “Kamu betul-betul engga tahu ?” Lalu ia cerita bagaimana hubungan kelamin itu. Dengan bisik-bisik tentunya. Aku jadi tegang. Pantaslah aku dibilang kampungan, memang betul-betul baru tahu saat ini. Kelamin lelaki masuk ke kelamin wanita, keluar bibit manusia, lalu hamil. Bibit ! Mungkin yang keluar dari kelaminku semalam adalah bibit manusia. Bagaimana mungkin kelaminku sebesar ini bisa masuk ke lubang pipis wanita ? Sebesar apa lubangnya, dan di mana ? Yang pernah aku lihat kelamin wanita itu kecil, berbentuk segitiga terbalik dan ada belahan kecil di ujung bawahnya. Tapi yang kulihat dulu itu di desa adalah kelamin anak-anak perempuan yang sedang mandi di pancuran. Kelamin wanita dewasa sama sekali aku belum pernah lihat. Bagaimana bentuknya ya ? Mungkin segitiganya lebih besar. Ah, pikiranku terlalu jauh. Ciuman saja dulu. Aku sependapat dengan Dito, kalau pacaran ciuman dan raba-raba saja. Aku jadi ingin pacaran, tapi siapa yang mau pacaran sama aku yang kuper ini ? Ya dicari dong! Si Rika, Ani atau Yuli ? Siapa sajalah, asal mau jadi pacarku, buat ciuman dan diraba-raba. Sepertinya sedap.

Dalam perjalanan pulang aku membayangkan bagaimana seandainya aku pacaran sama Rika. Pahanya yang lumayan mulus enak dielus-elus. Tanganku terus ke atas membuka kancing bajunya, lalu menyelusup dan… sopir Bajaj itu memaki-maki membuyarkan lamunanku. Tanpa sadar aku berjalan terlalu ke tengah. Di balik kutang Rika hanya ada sedikit tonjolan, tak ada “pegangan”, kurang enak ah. Tiba-tiba Rika berubah jadi Ani. Melamun itu memang enak, bisa kita atur semau kita. Ketika membuka kancing baju Ani aku mulai tegang. Kususupkan empat jariku ke balik kutang Ani. Nah ini, montok, keras walau tak begitu halus. Telapak tanganku tak cukup buat “menampung” dada Ani. Aku berhenti, menunggu lampu penyeberangan menyala hijau. Sampai di seberang jalan kusambung khayalanku. Ani telah berubah menjadi Yuli. Anak ini memang manis, apalagi kalau tersenyum, bibirnya indah, setidaknya menurutku. Aku mulai mendekatkan mulutku ke bibir Yuli yang kemudian membuka mulutnya sedikit, persis seperti di film TV kemarin. Kamipun berciuman lama. Kancing baju seragam Yulipun mulai kulepas, dua kancing dari atas saja cukup. Kubayangkan, meski dari luar dada Yuli menonjol biasa, tak kecil dan tak besar, ternyata dadanya besar juga. Kuremas-remas sepuasnya sampai tiba di depan rumah.

Aku kembali ke dunia nyata. Masuk melalui pintu garasi seperti biasa, membuka pintu tengah sampai ke ruang keluarga. Juga seperti biasa kalau mendapati Tante sedang membaca majalah sambil rebahan di karpet, atau menyulam, atau sekedar nonton TV di ruang keluarga. Yang tidak biasa adalah, kedua bukit kembar itu. Tante membaca sambil tengkurap menghadap pintu yang sedang kumasuki. Posisi punggungnya tetap tegak dengan bertumpu pada siku tangannya. Mengenakan daster dengan potongan dada rendah, rendah sekali. Inipun tak biasa, atau karena aku jarang memperhatikan bagian atas. Tak ayal lagi, kedua bukit putih itu hampir seluruhnya tampak. Belahannya jelas, sampai urat-urat lembut agak kehijauan di kedua buah dada itu samar-samar nampak. Aku tak melewatkan kesempatan emas ini. Tante melihat sebentar ke arahku, senyum sekejap, terus membaca lagi. Akupun berjalan amat perlahan sambil mataku tak lepas dari pemandangan amat indah ini…

Hampir lengkap aku “mempelajari” tubuh Tanteku ini. Wajah dan “komponen”nya mata, alis, hidung, pipi, bibir, semuanya indah yang menghasilkan : cantik. Walaupun dilihat sekejap, apalagi berlama-lama. Paha dan kaki, panjang, semuanya putih, mulus, berbulu halus. Pinggul, meski baru lihat dari bentuknya saja, tak begitu lebar, proporsional, dengan pantat yang menonjol bulat ke belakang. Pinggang, begitu sempit dan perut yang rata. Ini juga hanya dari luar. Dan yang terakhir buah dada. Hanya puting ke bawah saja yang belum aku lihat langsung. Kalau daerah pinggul, bagian depannya saja yang aku belum bisa membayangkan. Memang aku belum pernah membayangkan, apalagi melihat kelamin wanita dewasa. Aku masih penasaran pada yang satu ini.

***
BERSAMBUNG

Cerita Dewasa : Tante Yani : Persetubuhan Pertamaku (2)

Tags: Cerita Dewasa, Cerita Seru, Cerita Panas, Cerita 17 Tahun, tante girang

Keesokan harinya, siang-siang, Dito memberiku sampul warna coklat agak besar, secara sembunyi-sembunyi.

“Nih, buat kamu.”

“Apa nih ?”

“Simpan aja dulu, lihatnya di rumah, Hati-hati.” Aku makin penasaran. “Lanjutan pelajaranku kemarin. Gambar-gambar asyik,” bisiknya.

Sampai di rumah aku berniat langsung masuk kamar untuk memeriksa benda pemberian Dito. Tante lagi membaca di karpet, kali ini terlentang, mengenakan daster dengan kancing di tengah membelah badannya dari atas ke bawah. Kancingnya yang terbawah lepas sebuah yang mengakibatkan sebagian pahanya tampak, putih. “Suguhan” yang nikmat sebenarnya, tapi kunikmati hanya sebentar saja, pikiranku sedang tertuju ke sampul coklat. Dengan tak sabaran kubuka sampul itu, sesudah mengunci pintu kamar, tentunya. Wow, gambar wanita bule telanjang bulat! Sepertinya ini lembaran tengah suatu majalah, sebab gambarnya memenuhi dua halaman penuh. Wanita bule berrambut coklat berbaring terlentang di tempat tidur. Segera saja aku mengeras. Buah dadanya besar bulat, putingnya lagi-lagi menonjol ke atas warna coklat muda. Perutnya halus, dan ini dia, kelaminnya! Sungguh beda jauh dengan apa yang selama ini kuketahui. Aku tak menemukan “segitiga terbalik” itu. Di bawah perut itu ada rambut-rambut halus keriting. Ke bawah lagi, lho apa ini ? Sebelah kaki cewe itu dilipat sehingga lututnya ke atas dan sebelahnya lagi menjuntai di pinggir ranjang memperlihatkan selangkangannya. Inilah rupanya lubang itu. Bentuknya begitu “rumit”. Ada daging berlipat di kanan kirinya, ada tonjolan kecil di ujung atasnya, lubangnya di tengah terbuka sedikit. Mungkin di sinilah tempat masuknya kelamin lelaki. Tapi, mana cukup ? Oo, seperti inilah rupanya wujud kelamin wanita dewasa. Tiba-tiba pikiran nakalku kambuh : begini jugakah punya Tante? Pertanyaan yang jelas-jelas tak mungkin mendapatkan jawaban! Bagaimana dengan punya Rika, Ani, atau Yuli? Sama susahnya untuk mendapatkan jawaban. Lupakan saja. Tunggu dulu, barangkali Si Mar pembantu itu bisa memberikan “jawaban”. Orangnya penurut, paling tidak dia selalu patuh pada perintah majikannya, termasuk aku. Bahkan dulu itu tanpa aku minta membantuku beres-beres kamarku, dengan senang pula. Orangnya lincah dan ramah. Tidak terlalu jelek, tapi bersih. Kalau sudah dandan sore hari ngobrol dengan pembantu sebelah, orang tak menyangka kalau ia pembantu. Dulu waktu pertama kali ketemu pun aku tak mengira bahwa ia pembantu. Setiap pagi ia menyapu dan mengepel seluruh lantai, termasuk lantai kamarku. Kadang-kadang aku sempat memperhatikan pahanya yang tersingkap sewaktu ngepel, bersih juga. Yang jelas ia periang dan sedikit genit. Tapi masa kusuruh ia membuka celana dalamnya, “Coba Mar aku pengin lihat punyamu, sama engga dengan yang di majalah.” Gila ! Jangan langsung begitu, pacari saja dulu. Ah, pacaran kok sama pembantu. Apa salahnya? Dari pada tidak pacaran sama sekali. Okey, tapi bagaimana ya cara memulainya ? Ah, dasar kuper!

Aku jadi lebih memperhatikan Si Mar. Mungkin ia setahun atau dua tahun lebih tua dariku, sekitar 18 lah. Wajahnya biasa-biasa saja, bersih dan selalu cerah, kulit agak kuning, dadanya tak begitu besar, tapi sudah berbentuk. Paha dan kaki bersih. Mulai hari ini aku bertekat untuk mulai menggoda Si Mar, tapi harus hati-hati, jangan sampai ketahuan oleh siapapun. Seperti hari-hari lainnya ia membersihkan kamarku ketika aku sedang sarapan. Pagi ini aku sengaja menunda makan pagiku menunggu Si Mar. Tante masih ada di kamarnya. Si Mar masuk tapi mau keluar lagi ketika melihat aku ada di dalam kamar.

“Masuk aja mbak, engga apa-apa,” kataku sambil pura-pura sibuk membenahi buku-buku sekolah. Masuklah dia dan mulai bersih-bersih. Tanganku terus sibuk berbenah sementara mataku melihatnya terus. Sepasang pahanya nampak, sudah biasa sih lihat pahanya, tapi kali ini lain. Sebab aku membayangkan apa yang ada di ujung atas paha itu. Aku mengeras. Sekilas tampak belahan dadanya waktu ia membungkuk-bungkuk mengikuti irama ngepel. Tiba-tiba ia melihatku, mungkin merasa aku perhatikan terus.

“Kenapa, Mas.” Kaget aku.

“Ah, engga. Apa mbak engga cape tiap hari ngepel.”

“Mula-mula sih capek, lama-lama biasa, memang udah kerjaannya,” jawabnya cerah.

“Udah berapa lama mbak kerja di sini ?”

“Udah dari kecil saya di sini, udah 5 tahun.”

“Betah ?”

“Betah dong, Ibu baik sekali, engga pernah marah. Mas dari mana sih asalnya ?” tanyanya tiba-tiba. Kujelaskan asal-usulku.

“Oo, engga jauh dong dari desaku. Saya dari Cilacap.”

Pekerjaannya selesai. Ketika hendak keluar kamar aku mengucapkan terima kasih.

“Tumben,” katanya sambil tertawa kecil. Ya, tumben biasanya aku tak bilang apa-apa.

***

“Mana, yang kemarin ?” Dito meminta gambar cewe itu.

“Lho, katanya buat aku.”

“Jangan dong, itu aku koleksi. Kembaliin dulu entar aku pinjamin yang lain, lebih serem !”

“Besok deh, kubawa.”

Sampai di rumah Si Luki sedang main-main di taman sama pengasuhnya. Sebentar aku ikut bermain dengan anak Oomku itu. Tinah sedikit lebih putih dibanding Si Mar, tapi jangan dibandingkan dengan Tante, jauh. Orangnya pendiam, kurang menarik. Dadanya biasa saja, pinggulnya yang besar. Tapi aku tak menolak seandainya ia mau memperlihatkan miliknya. Pokoknya milik siapa saja deh, Rika, Ani, Yuli, Mar, atau Tinah asal itu kelamin wanita dewasa. Penasaran aku pada “barang” yang satu itu. Apalagi milik Tante, benar-benar suatu karunia kalau aku “berhasil” melihatnya ! Di dalam ada Si Mar yang sedang nonton telenovela buatan Brazil itu. Aku kurang suka, walaupun pemainnya cantik-cantik. Ceritanya berbelit. Duduk di karpet sembarangan, lagi-lagi pahanya nampak. Rasanya si Mar ini makin menarik.

“Mau makan sekarang, Mas ?”

“Entar aja lah.”

“Nanti bilang, ya. Biar saya siapin.”

“Tante mana mbak?”

“Kan senam.” Oh ya, ini hari Rabu, jadwal senamnya. Seminggu Tante senam tiga kali, Senin, Rabu dan Jumat. Ketika aku selesai ganti pakaian, aku ke ruang keluarga, maksudku mau mengamati Si Mar lebih jelas. Tapi Si Mar cepat-cepat ke dapur menyiapkan makan siangku. Biar sajalah, toh masih banyak kesempatan. Kenapa tidak ke dapur saja pura-pura bantu ? Akupun ke dapur.

“Masak apa hari ini ?” Aku berbasa-basi.

“Ada ayam panggang, oseng-oseng tahu, sayur lodeh, pilih aja.”

“Aku mau semua,” candaku. Dia tertawa renyah. Lumayan buat kata pembukaan.

“Sini aku bantu.”

“Ah, engga usah.” Tapi ia tak melarang ketika aku membantunya. Ih, pantatnya menonjol ke belakang walau pinggulnya tak besar. Aku ngaceng. Kudekati dia. Ingin rasanya meremas pantat itu. Beberapa kali kusengaja menyentuh badannya, seolah-olah tak sengaja. ‘Kan lagi membantu dia. Dapat juga kesempatan tanganku menyentuh pantatnya, kayaknya sih padat, aku tak yakin, cuma nyenggol sih. Mar tak bereaksi. Akhirnya aku tak tahan, kuremas pantatnya. Kaget ia menolehku.

“Iih, Mas To genit, ah,” katanya, tapi tidak memprotes.

“Habis, badanmu bagus sih.” Sekarang aku yakin, pantatnya memang padat.

“Ah, biasa saja kok.”

Akupun berlanjut, kutempelkan badan depanku ke pantatnya. Barangku yang sudah mengeras terasa menghimpit pantatnya yang padat, walaupun terlapisi sekian lembar kain. Aku yakin iapun merasakan kerasnya punyaku. Berlanjut lagi, kedua tanganku ke depan ingin memeluk perutnya. Tapi ditepisnya tanganku.

“Ih, nakal. Udah ah, makan dulu sana !”

“Iya deh makan dulu, habis makan terus gimana ?”

“Yeee !” sahutnya mencibir tapi tak marah. Tangannya berberes lagi setelah tadi berhenti sejenak kuganggu. Walaupun penasaran karena aksiku terpotong, tapi aku mendapat sinyal bahwa Si Mar tak menolak kuganggu. Hanya tingkat mau-nya sampai seberapa jauh, harus kubuktikan dengan aksi-aksi selanjutnya !

Kembali aku menunda sarapanku untuk “aksi selanjutnya” yang telah kukhayalkan tadi malam. Ketika ia sedang menyapu di kamarku, kupeluk ia dari belakang. Sapunya jatuh, sejenak ia tak bereaksi. Amboi .. dadanya berisi juga! Jelas aku merasakannya di tanganku, bulat-bulat padat. Kemudian Si Mar pun meronta.

“Ah, Mas, jangan !” Protesnya pelan sambil melirik ke pintu. Aku melepaskannya, khawatir kalau ia berteriak. Sabar dulu, masih banyak kesempatan.

“Terima kasih,” kataku waktu ia melangkah keluar kamar. Ia hanya mencibir memoncongkan mulutnya lucu. Mukanya tetap cerah, tak marah. Sekarang aku selangkah lebih maju !

***

Aku ingat janjiku hari ini untuk mengembalikan foto porno milik Dito. Tapi di mana foto itu ? Jangan-jangan ada yang mengambilnya. Aku yakin betul kemarin aku selipkan di antara buku Fisika dan Stereometri (kedua buku itu memang lebar, bisa menutupi). Nah ini dia ada di dalam buku Gambar. Pasti ada seseorang yang memindahkannya. Logikanya, sebelum orang itu memindahkan, tentu ia sempat melihatnya. Tiba-tiba aku cemas. Siapa ya ? Si Mar, Tinah, atau Tante ? Atau lebih buruk lagi, Oom Ton ? Aku jadi memikirkannya. Siapapun orang rumah yang melihat foto itu, membuatku malu sekali! Yang penting, aku harus kembalikan ke Dito sekarang.

Siangnya pulang sekolah ketika aku masuk ke ruang keluarga, Si Mar sedang memijit punggung Tante. Tante tengkurap di karpet, Si Mar menaiki pantat Tante. Punggung Tante itu terbuka 100 %, tak ada tali kutang di sana. Putihnya mak..! Si Mar cepat-cepat menutup punggung itu ketika tahu mataku menjelajah ke sana, sambil melihatku dengan senyum penuh arti. Sialan! Si Mar tahu persis kenakalanku. Aku masuk kamar. Hilang kesempatan menikmati punggung putih itu. Tadi pagi aku lupa membawa buku gambar gara-gara mengurus foto si Dito. Aku berniat mempersiapkan dari sekarang sambil berusaha melupakan punggung putih itu. Sesuatu jatuh bertebaran ke lantai ketika aku mengambil buku gambar. Seketika dadaku berdebar kencang setelah tahu apa yang jatuh tadi. Lepasan dari majalah asing. Di tiap pojok bawahnya tertulis “Hustler” edisi tahun lalu. Satu serial foto sepasang bule yang sedang berhubungan kelamin! Ada tiga gambar, gambar pertama Si Cewe terlentang di ranjang membuka kakinya sementara Si Cowo berdiri di atas lututnya memegang alatnya yang tegang besar (mirip punyaku kalau lagi tegang cuma beda warna, punyaku gelap) menempelkan kepala penisnya ke kelamin Cewenya. Menurutku, dia menempelnya kok agak ke bawah, di bawah “segitiga terbalik” yang penuh ditumbuhi rambut halus pirang.

Gambar kedua, posisi Si Cewe masih sama hanya kedua tangannya memegang bahu si Cowo yang kini condong ke depan. Nampak jelas separoh batangnya kini terbenam di selangkangan Si Cewe. Lho, kok di situ masuknya ? Kuperhatikan lebih saksama. Kayaknya dia “masuk” dengan benar, karena di samping jalan masuk tadi ada “yang berlipat-lipat”, persis gambar milik Dito kemarin. Menurut bayanganku selama ini, “seharusnya” masuknya penis agak lebih ke atas. Baru tahu aku, khayalanku selama ini ternyata salah! Gambar ketiga, kedua kaki Si Cewe diangkat mengikat punggung Si Cowo. Badan mereka lengket berimpit dan tentu saja alat Si Cowo sudah seluruhnya tenggelam di “tempat yang layak” kecuali sepasang “telornya” saja menunggu di luar. Mulut lelaki itu menggigit leher wanitanya, sementara telapak tangannya menekan buah dada, ibujari dan telunjuk menjepit puting susunya. Gemetaran aku mengamati gambar-gambar ini bergantian. Tanpa sadar aku membuka resleting celanaku mengeluarkan milikku yang dari tadi telah tegang. Kubayangkan punyaku ini separoh tenggelam di tempat si Mar persis gambar kedua. Kenyataannya memang sekarang sudah separoh terbenam, tapi di dalam tangan kiriku. Akupun meniru gambar ketiga, tenggelam seluruhnya, gambar kedua, setengah, ketiga, seluruhnya.. geli-geli nikmat… terus kugosok… makin geli.. gosok lagi.. semakin geli… dan.. aku terbang di awan.. aku melepas sesuatu… hah.. cairan itu menyebar ke sprei bahkan sampai bantal, putih, kental, lengket-lengket. Enak, sedap seperti waktu mimpi basah. Sadar aku sekarang ada di kasur lagi, beberapa detik yang lalu aku masih melayang-layang. He! Kenapa aku ini? Apa yang kulakukan ? Aku panik. Berbenah. Lap sini lap sana. Kacau ! Kurapikan lagi celanaku, sementara si Dia masih tegang dan berdenyut, masih ada yang menetes. Aku menyesal, ada rasa bersalah, rasa berdosa atas apa yang baru saja kulakukan. Aku tercenung. Gambar-gambar sialan itu yang menyebabkan aku begini. Masturbasi. Istilah aneh itu baru aku ketahui dari temanku beberapa hari sesudahnya. Si Dito menyebutnya ‘ngeloco’. Aneh. Ada sesuatu yang lain kurasakan, keteganganku lenyap. Pikiran jadi cerah meski badan agak lemas..

***

Sehari itu aku jadi tak bersemangat, ingat perbuatanku siang tadi. Rasanya aku telah berbuat dosa. Aku menyalahkan diriku sendiri. Bukan salahku seluruhnya, aku coba membela diri. Gambar-gambar itu juga punya dosa. Tepatnya, pemilik gambar itu. Eh, siapa yang punya ya ? Tahu-tahu ada di balik buku-bukuku. Siapa yang menaruh di situ ? Ah, peduli amat. Akan kumusnahkan. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi, tidak akan masturbasi lagi. Perasaan seperti ini masih terbawa sampai keesokkan harinya lagi. Sehingga kulewatkan kesempatan untuk meraba dada Mar seperti kemarin. Ia telah memberi lampu hijau untuk aku “tindaklanjuti”. Tapi aku lagi tak bersemangat. Masih ada rasa bersalah.

Hari berikutnya aku “harus” tegang lagi. Bukan karena Si Mar yang (menurutku) bersedia dijamah tubuhnya. Tapi lagi-lagi karena Si Putih molek itu, Tante Yani. Siang itu aku pulang agak awal, pelajaran terakhir bebas. Sebentar aku melayani Luki melempar-lempar bola di halaman, lalu masuk lewat garasi, seperti biasa. Hampir pingsan aku ketika membuka pintu menuju ruang keluarga. Tante berbaring terlentang, mukanya tertutupi majalah “Femina”, terdengar dengkur sangat halus dan teratur. Rupanya ketiduran sehabis membaca. Mengenakan baju-mandi seperti dulu tapi ini warna pink muda, rambut masih terbebat handuk. Agaknya habis keramas, membaca terus ketiduran. Model baju mandinya seperti yang warna putih itu, belah di depan dan hanya satu pengikat di pinggang. Jelas ia tak memakai kutang, kelihatan dari bentuk buah dadanya yang menjulang dan bulat, serta belahan dadanya seluruhnya terlihat sampai ke bulatan bawah buah itu. Sepasang buah bulat itu naik-turun mengikuti irama dengkurannya. Berikut inilah yang membuatku hampir pingsan. Kaki kirinya tertekuk, lututnya ke atas, sehingga belahan bawah baju-mandi itu terbuang ke samping, memberiku “pelajaran” baru tentang tubuh wanita, khususnya milik Tante. Tak ada celana dalam di sana. Tanteku ternyata punya bulu lebat. Tumbuh menyelimuti hampir seluruh “segitiga terbalik”. Berwarna hitam legam, halus dan mengkilat, tebal di tengah menipis di pinggir-pinggirnya. “Arah” tumbuhnya seolah diatur, dari tengah ke arah pinggir sedikit ke bawah kanan dan kiri. Berbeda dengan yang di gambar, rambut Tante yang di sini lurus, tak keriting. Wow, sungguh “karya seni” yang indah sekali ! Kelaminku tegang luar biasa. Aku lihat sekeliling. Si Tinah sedang bermain dengan anak asuhnya di halaman depan. Si Mar di belakang, mungkin sedang menyetrika. Kalau Tante sedang di ruang ini, biasanya Si Mar tidak ke sini, kecuali kalau diminta Tante memijit. Aman !

Dengan wajah tertutup majalah aku jadi bebas meneliti kewanitaan Tante, kecuali kalau ia tiba-tiba terbangun. Tapi aku ‘kan waspada. Hampir tak bersuara kudekati milik Tante. Kini giliran bagian bawah rambut indah itu yang kecermati. Ada “daging berlipat”, ada benjolan kecil warna pink, tampaknya lebih menonjol dibanding milik bule itu. Dan di bawah benjolan itu ada “pintu”. Pintu itu demikian kecil, cukupkah punyaku masuk ke dalamnya ? Punyaku ? Enak saja ! Memangnya lubang itu milikmu ? Bisa saja sekarang aku melepas celanaku, mengarahkan ujungnya ke situ, persis gambar pertama, mendorong, seperti gambar kedua, dan … Tiba-tiba Tante menggerakkan tangannya. Terbang semangatku. Kalau ada cermin di situ pasti aku bisa melihat wajahku yang pucat pasi. Dengkuran halus terdengar kembali. Untung, nyenyak benar tidurnya. Bagian atas baju-mandinya menjadi lebih terbuka karena gerakan tangannya tadi. Meski perasaanku tak karuan, tegang, berdebar, nafas sesak, tapi pikiranku masih waras untuk tidak membuka resleting celanaku. Bisa berantakan masa depanku. Aku “mencatat” beberapa perbedaan antara milik Tante dengan milik bule yang di majalah itu. Rambut, milik Tante hitam lurus, milik bule coklat keriting. Benjolan kecil, milik Tante lebih “panjang”, warna sama-sama pink. Pintu, milik Tante lebih kecil. Lengkaplah sudah aku mempelajari tubuh wanita. Utuhlah sudah aku mengamati seluruh tubuh Tante. Seluruhnya ? Ternyata tidak, yang belum pernah aku lihat sama sekali : puting susunya. Kenapa tidak sekarang ? Kesempatan terbuka di depan mata, lho ! Mataku beralih ke atas, ke bukit yang bergerak naik-turun teratur. Dada kanannya makin lebar terbuka, ada garis tipis warna coklat muda di ujung kain. Itu adalah lingkaran kecil di tengah buah, hanya pinggirnya saja yang tampak. Aku merendahkan kepalaku mengintip, tetap saja putingnya tak kelihatan. Ya, hanya dengan sedikit menggeser tepi baju mandi itu ke samping, lengkaplah sudah “kurikulum” pelajaran anatomi tubuh Tante. Dengan amat sangat hati-hati tanganku menjangkau tepi kain itu. Mendadak aku ragu. Kalau Tante terbangun bagaimana ? Kuurungkan niatku. Tapi pelajaran tak selesai dong ! Ayo, jangan bimbang, toh dia sedang tidur nyenyak. Ya, dengkurannya yang teratur menandakan ia tidur nyenyak. Kembali kuangkat tanganku. Kuusahakan jangan sampai kulitnya tersentuh. Kuangkat pelan tepi kain itu, dan sedikit demi sedikit kugeser ke samping. Macet, ada yang nyangkut rupanya. Angkat sedikit lagi, geser lagi. Kutunggu reaksinya. Masih mendengkur. Aman. Terbukalah sudah.. Puting itu berwarna merah jambu bersih. Berdiri tegak menjulang, bak mercusuar mini. Amboi, indahnya buah dada ini. Tak tahan aku ingin meremasnya. Jangan, bahaya. Aku harus cepat-cepat pergi dari sini. Bukan saja khawatir Tante terbangun, tapi takut aku tak mampu menahan diri, menubruk tubuh indah tergolek hampir telanjang bulat ini.

***

Aku jadi tak tenang. Berulang kali terbayang rambut-rambut halus kelamin dan puting merah jambu milik Tante itu. Apalagi menjelang tidur. Tanpa sadar aku mengusap-usap milikku yang tegang terus ini. Tapi aku segera ingat janjiku untuk tidak masturbasi lagi. Mendingan praktek langsung. Tapi dengan siapa ?

Hari ini aku pulang cepat. Masih ada dua mata pelajaran sebetulnya, aku membolos, sekali-kali. Toh banyak juga kawanku yang begitu. Percuma di kelas aku tak bisa berkonsentrasi. Di garasi aku ketemu Tante yang siap-siap mau pergi senam. Dibalut baju senam yang ketat ini Tante jadi istimewa. Tubuhnya memang luar biasa. Dadanya membusung tegak ke depan, bagian pinggang menyempit ramping, ke bawah lagi melebar dengan pantat menonjol bulat ke belakang, ke bawah menyempit lagi. Sepasang paha yang nyaris bulat seperti batang pohon pinang, sepasang kaki yang panjang ramping. Walaupun tertutup rapat aku ngaceng juga. Lagi-lagi aku terangsang. Diam-diam aku bangga, sebab di balik pakaian senam itu aku pernah melihatnya, hampir seluruhnya ! Justru bagian tubuh yang penting-penting sudah seluruhnya kulihat tanpa ia tahu ! Salah sendiri, teledor sih. Ah, salahku juga, buktinya kemarin aku menyingkap putingnya.

“Lho, kok udah pulang, To,” sapanya ramah. Ah bibir itu juga menggoda.

“Iya Tante, ada pelajaran bebas,” jawabku berbohong. Kubukakan pintu mobilnya. Sekilas terlihat belahan dadanya ketika ia memasuki mobil. Uih, dadanya serasa mau “meledak” karena ketatnya baju itu.

“Terima kasih,” katanya. “Tante pergi dulu ya.” Mobilnya hilang dari pandanganku.

***

Selasai mandi hari sudah hampir gelap. Di ruang keluarga Tante sedang duduk di sofa nonton TV sendiri.

“Senamnya di mana Tante ?” Aku coba membuka percakapan. Aku memberanikan diri duduk di sofa yang sama sebelah kanannya.

“Dekat, di Tebet Timur Dalam.” Malam ini Tante mengenakan daster pendek tak berlengan, ada kancing-kancing di tengahnya, dari atas ke bawah.

“Tumben, kamu tidur siang.”

“Iya Tante, tadi main voli di situ,” jawabku tangkas.

“Kamu suka main voli ?”

“Di kampung saya sering olah-raga Tante.” Aku mulai berani memandangnya langsung, dari dekat lagi. Ih, bahu dan lengan atasnya putih banget !

“Pantesan badanmu bagus.” Senang juga aku dipuji Tanteku yang rupawan ini.

“Ah, Kalau ini mungkin saya dari kecil kerja keras di kebun, Tante.” Wow, buah putih itu mengintip di antara kancing pertama dan kedua di tengah dasternya. Ada yang bergerak di celanaku.

“Kerja apa di kebun ?”

“Mengolah tanah, menanam, memupuk, panen.” Buah dada itu rasanya mau meledak keluar.

“Apa saja yang kamu tanam ?” tanyanya lagi sambil mengubah posisi duduknya, menyilangkan sebelah kakinya.

Kancing terakhir daster itu sudah terlepas. Waktu sebelah pahanya menaiki pahanya yang lain, ujung kain daster itu tidak “ikut”, jadi 70 % paha Tante tersuguh di depan mataku. Putih licin. Yang tadi bergerak di celanaku, berangsur membesar.

“Macam-macam tergantung musimnya, Tante. Kentang, jagung, tomat.” Hampir saja aku ketahuan mataku memelototi pahanya.

“Kalau kamu mau makan, duluan aja.”

“Nanti aja Tante, nunggu Oom.” Aku memang belum lapar. Adikku mungkin yang “lapar”

“Oom tadi nelepon ada acara makan malam sama tamu dari Singapur, pulangnya malam.”

“Saya belum lapar,” jawabku supaya aku tidak kehilangan momen yang bagus ini.

“Kamu betah di sini ?” Ia membungkuk memijit-mijit kakinya. Betisnya itu…

“Kerasan sekali, Tante. Cuman saya banyak waktu luang Tante, biasa kerja di kampung, sih. Kalau ada yang bisa saya bantu Tante, saya siap.”

“Ya, kamu biasakan dulu di sini, nanti Tante kasih tugas.”

“Kenapa kakinya Tante ?” Sekedar ada alasan buat menikmati betisnya.

“Pegel, tadi senamnya habis-habisan.”

Di antara kancing daster yang satu dengan kancing lainnya terdapat “celah”. Ada yang sempit, ada yang lebar, ada yang tertutup. Celah pertama, lebar karena busungan dadanya, menyuguhkan bagian kanan atas buah dada kiri. Celah kedua memperlihatkan kutang bagian bawah. Celah ketiga rapat, celah keempat tak begitu lebar, ada perutnya. Celah berikutnya walaupun sempit tapi cukup membuatku tahu kalau celana dalam Tante warna merah jambu. Ke bawah lagi ada sedikit paha atas dan terakhir, ya yang kancingnya lepas tadi.

“Mau bantu Tante sekarang ?”

“Kapan saja saya siap.”

“Betul ?”

“Kewajiban saya, Tante. Masa numpang di sini engga kerja apa-apa.”

“Pijit kaki Tante, mau ?”

Hah ? Aku tak menyangka diberi tugas mendebarkan ini.

“Biasanya sama Si Mar, tapi dia lagi engga ada.”

“Tapi saya engga bisa mijit Tante, cuma sekali saya pernah mijit kaki teman yang keseleo karena main bola.” Aku berharap ia jangan membatalkan perintahnya.

“Engga apa-apa. Tante ambil bantal dulu.” Goyang pinggulnya itu…

Sekarang ia tengkurap di karpet. Hatiku bersorak. Aku mulai dari pergelangan kaki kirinya. Aah, halusnya kulit itu. Hampir seluruh tubuh Tante pernah kulihat, tapi baru inilah aku merasakan mulus kulitnya. Mataku ke betis lainnya mengamati bulu-bulu halus.

“Begini Tante, kurang keras engga ?”

“Cukup segitu aja, enak kok.”

Tangan memijit, mata jelalatan. Lekukan pantat itu bulat menjulang, sampai di pinggang turun menukik, di punggung mendaki lagi. Indah. Kakinya sedikit membuka, memungkinkan mataku menerobos ke celah pahanya. Tanganku pindah ke betis kanannya aku menggeser dudukku ke tengah, dan.. terobosan mataku ke celah paha sampai ke celana dalam merah jambu itu. Huuuh, sekarang aku betul-betul keras.

“Aah,” teriaknya pelan ketika tanganku menjamah ke belakang lututnya.

“Maaf Tante.”

“Engga apa-apa. Jangan di situ, sakit. Ke atas saja.”

Ke atas ? Berarti ke pahanya ? Apa tidak salah nih ? Jelas kok, perintahnya. Akupun ke paha belakangnya. Ampuuun, halusnya paha itu. Kulit Tante memang istimewa. Kalau ada lalat hinggap di paha itu, mungkin tergelincir karena licin ! Aku mulai tak tenang. Nafas mulai tersengal, entah karena mijit atau terangsang, atau keduanya. Aku tak hanya memijit, terkadang mengelusnya, habis tak tahan. Tapi Tante diam saja.

Kedua paha yang diluar, yang tak tertutup daster selesai kupijit. Entah karena aku sudah “tinggi” atau aku mulai nakal, tanganku terus ke atas menerobos dasternya.

“Eeeh,” desahnya pelan. Hanya mendesah, tidak protes ! Kedua tanganku ada di paha kirinya terus memijit. Kenyal, padat. Tepi dasternya dengan sendirinya terangkat karena gerakan pijitanku. Kini seluruh paha kirinya terbuka gamblang, bahkan sebagian pantatnya yang melambung itu tampak. Pindah ke paha kanan aku tak ragu-ragu lagi menyingkap dasternya.

“Enak To, kamu pintar juga memijit.”

Aku hampir saja berkomentar, “Paha Tante indah sekali.” Untung aku masih bisa menahan diri. Terus memijit, sekali-kali mengelus.

“Ke atas lagi To.” Suaranya jadi serak.

Ini yang kuimpikan ! Sudah lama aku ingin meremas pantat yang menonjol indah ke belakang itu, kini aku disuruh memijitnya ! Dengan senang hati Tante ! Aku betul-betul meremas kedua gundukan itu, bukan memijit, dari luar daster tentunya. Dengan gemas malah ! Keras dan padat. Ah, Tante. Tante tidak tahu dengan begini justru menyiksa saya ! kataku dalam hati. Rasanya aku ingin menubruk, menindihkan kelaminku yang keras ini ke dua gundukan itu. Pasti lebih nikmat dibandingkan ketika memeluk tubuh mbak Mar dari belakang.

“Ih, geli To. Udah ah, jangan di situ terus,” ujarnya menggelinjang kegelian. Barusan aku memang meremas pinggir pinggulnya, dengan sengaja !

“Cape, To ?” tanyanya lagi.

“Sama sekali engga, Tante,” jawabku cepat, khawatir saat menyenangkan ini berakhir.

“Bener nih ? Kalau masih mau terus, sekarang punggung, ya ?” Aha, “daerah jamahan” baru ! Bahunya kanan dan kiri kupencet.

“Eeh,” desahnya pelan.

Turun ke sekitar kedua tulang belikat. Lagi-lagi melenguh. Daster tak berlengan ini menampakkan keteknya yang licin tak berbulu. Rajin bercukur, mungkin. Ah, di bawah ketek itu ada pinggiran buah putih. Dada busungnya tergencet, jadi buah itu “terbuang” ke samping. Nakalku kambuh. Ketika beroperasi di bawah belikat, tanganku bergerak ke samping.

Jari-jariku menyentuh “tumpahan” buah itu. Tidak langsung sih, masih ada lapisan kain daster dan kutang, tapi kenyalnya buah itu terasa. Punggungnya sedikit berguncang, aku makin terangsang. Ke bawah lagi, aku menelusuri pinggangnya.

“Cukup, To..” Kedua tangannya lurus ke atas. Ia tengkurap total. Nafasnya terengah-engah.

“Depannya Tante ?” usulku nakal. Lancang benar kau To. Tante sampai menoleh melihatku, kaget barangkali atas usulku yang berani itu.

“Kaki depannya ‘kan belum Tante.” Aku cepat-cepat meralat usulku. Takut dikiranya aku ingin memijit “depannya punggung” yang artinya buah dada !

“Boleh aja kalau kamu engga cape.” Ya jelas engga dong ! Tante berbalik terlentang. Sekejap aku sempat menangkap guncangan dadanya ketika ia berbalik. Wow ! Guncangan tadi menunjukkan “eksistensi” kemolekan buah dadanya ! Aduuh, bagaimana aku bisa bertahan nih ? Tubuh molek terlentang dekat di depanku. Ia cepat menarik dasternya ke bawah, sebagai reaksi atas mataku yang menatap ujung celana dalamnya yang tiba-tiba terbuka, karena gerakan berbalik tadi. Silakan ditutup saja Tante, toh aku sudah tahu apa yang ada dibaliknya, rambut-rambut halus agak lurus, hitam, mengkilat, dan lebat. Lagi pula aku masih bisa menikmati “sisanya”: sepasang paha dan kaki indah ! Aku mulai memijit tulang keringnya. Singkat saja karena aku ingin cepat-cepat sampai ke atas, ke paha. Lutut aku lompati, takut kalau ia kesakitan, langsung ke atas lutut, kuremas dengan gemas.

“Iih, geli.” Aku tak peduli, terus meremas. Paha selesai, untuk mencapai paha atas aku ragu-ragu, disingkap atau jangan. Singkap ? Jangan ! Ada akal, diurut saja. Mulai dari lutut tanganku mengurut ke atas, menerobos daster sampai pangkal paha.

“Aaaah, Tooo ….” Biar saja. Kulihat wajahnya, matanya terpejam. Aku makin bebas. Dengan sendirinya tepi daster itu terangkat karena terdorong tanganku. Samar-samar ada bayangan hitam di celana dalam tipis itu. Jelas rambut-rambut itu. Ke bawah lagi, urut lagi ke atas. Aaah lagi. Dengan cara begini, sah-sah saja kalau jempol tanganku menyentuh selangkangannya. Sepertinya basah di sana. Ah masak. Coba ulangi lagi untuk meyakinkan. Urut lagi. Ya, betul, basah ! Kenapa basah ? Ngompol ? Aku tidak mengerti.

“To …” panggilnya tiba-tiba. Aku memandangnya, kedua tanganku berhenti di pangkal pahanya. Matanya sayu menantang mataku, nafasnya memburu, dadanya naik-turun.

“Ya, Tante.” Mendadak suaraku serak. Dia tak menyahut, matanya tetap memandangiku, setengah tertutup. Ada apa nih ? Apakah Tante ….. ? Ah, mana mungkin. Kalau Tante terangsang, mungkin saja, tapi kalau mengajak ? Jangan terlalu berharap, To ! Aku meneruskan pekerjaanku. Kini tak memijit lagi, tapi menelusuri lengkungan pinggulnya yang indah itu, membelai. Habis tak tahan.

“Uuuuh,” desahnya lagi menanggapi kenakalanku. Keterlaluan aku sekarang, kedua tanganku ada di balik dasternya, mengelus mengikuti lengkungan samping pinggul.

“Too …. ” panggilnya lagi. Kulepas tanganku, kudekati wajahnya dengan merangkak di atas tubuhnya bertumpu pada kedua lutut dan telapak tanganku, tidak menindihnya.

“Ada apa, Tante,” panggilku mesra. Mukaku sudah dekat dengan wajahnya. Matanya kemudian terpejam, mulut setengah terbuka. Ini sih ajakan. Aku nekat, sudah kepalang, kucium bibir Tante perlahan.

“Ehhmmmm.” Tante tidak menolak, bahkan menyambut ciumanku. Tangan kirinya memeluk punggungku dan tangan kanannya di belakang kepalaku. Nafasnya terdengar memburu. Aku tidak lagi bertumpu pada lututku, tubuhku menindih tubuhnya. Menekan. Ia membuka kakinya. Aku menggeser tubuhku sehingga tepat di antara pahanya yang baru saja ia buka. Kelaminku yang keras tepat menindih selangkangannya. Kutekan. Nikmatnya !

“Ehhhmmmmmm,” reaksinya atas aksiku.

Kami saling bermain lidah. Sedapnya !

Aku terengah-engah.

Dia tersengal-sengal.

Tangan kananku meremas dada kirinya. Besar, padat, dan kenyal ! Ooooohhhh, aku melayang. He ! Ini Tantemu, isteri Oommu !

Iya, benar. Memangnya kenapa.

Mengapa kamu cium, kamu remas dadanya.

Habis enak, dan ia tak menolak.

Dua kancing dasternya telah kulepas, tanganku menyusup ke balik kutangnya. Selain besar, padat, dan kenyal, ternyata juga halus dan hangat ! Tiba-tiba Tante melepas ciumanku.

“Jangan di sini, To,” katanya terputus-putus oleh nafasnya.

Tanpa menjawab aku mengangkat tubuhnya, kubopong ia ke kamarnya. “Uuuuuhhh,” lenguhnya lagi.

“Ke kamarmu saja.”

Sebelum sampai ke dipanku, Tante minta turun. Berdiri di samping dipan. Aku memeluknya, dia menahan dadaku.

“Kunci dulu pintunya.” Okey, beres.

Kulepas seluruh kancingnya, dasternya jatuh ke lantai. Tinggal kutang dan celana dalam. Buah dada itu serasa mau meledak mendesak kutangnya ! Kupeluk lagi dia. Dadanya merapat di dadaku.

“Tooo, hhehhhhhhh,” katanya gemas seperti menahan sesuatu.

Kami berciuman lagi. Main lidah lagi. Tangannya menyusup ke celanaku, meremas-remas kelaminku di balik celana.

“Eehhmmmmmm,” dengusnya.

Dengan kesulitan ia membuka ikat pinggangku, membuka resleting celanaku, merogoh celana dalamku, dan mengeluarkan “isinya”.

“Eehhh.” Ia melepas ciuman, melihat ke bawah.

“Ada apa Tante,” tanyaku di sela-sela dengus nafasku.

“Besar sekali.”

Ia mempermainkan penisku. Menggenggam, meremas. Geli, geliii sekali. Stop Tante, jangan sampai keluar. Aku ingin pengalaman baru, Tante. Ingin memasuki kelaminmu.. sekarang ! Kutarik tangannya dari penisku.
Untung Tante menurut. Aku tak jadi “keluar”. Kulepas tali kutangnya, tapi yang belakang susah dilepas. Tante membantu. Buah dada itu terbuka. Wow.luar biasa indahnya. Belum sempat aku menikmat buah itu, Tante memelukku. Meraih tangan kananku, dituntunnya menyelip ke celana dalamnya. Di bawah rambut-rambut itu terasa basah. Diajarinya aku bagaimana jariku harus bermain di sana : menggesek-gesek antara benjolan dan pintu basah itu.

“Uuuuuuhhhhhh, Tooo..”

Dilepasnya bajuku, singletku, celanaku luar dalam. Aku telanjang bulat. Kutarik juga celana dalamnya. Ia telanjang bulat juga. Luar biasa. Pinggang itu ramping, perut itu rata, ke bawah melebar lengkungannya indah. Rambut-rambut halus itu menggemaskan, diapit oleh sepasang paha yang nyaris bulat. Seluruhnya dibalut kulit yang putih dan mulusnya bukan main !

Cerita Dewasa : Bu Ning Mentor Sex ku

Tags: Cerita Dewasa, Cerita Seru, Cerita Panas, Cerita 17 Tahun

Sebenarnya cerita ini akan saya kirimkan ke rubrik ‘Oh Mama.. Oh Papa’ di majalah Kartini, namun karena ketahuan istri saya, baru sekarang saya menemukan rubrik yang cocok untuk berbagi cerita pada pembaca lainnya.

Bermula dari 25 tahun silam, ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Surabaya. Sebagai seorang pemuda perantau yang masih lugu, saya ke pulau Jawa untuk melanjutkan studi dan mengadu nasib. Paman dan Bibi yang tinggal di sebuah kota kecil LM sebelah timur Surabaya sudah dikirimi telegram untuk menjemput saya, namun karena komunikasi yang kurang lancar, sehingga kami tidak bertemu. Dengan berbekal alamat rumah Paman, saya memutuskan untuk langsung berangkat ke kota LM dengan menggunakan bis kota.

Tiba di kota LM sudah menjelang sore hari, dan dalam keadaan lapar saya menuju ke rumah Paman, namun ternyata Paman dan Bibi sudah sejak pagi berangkat ke Surabaya untuk menjemput saya. Berkat kebaikan tetangga (karena sudah diberitahu Bibi mengenai kedatangan saya) Pak Edy dan istrinya Bu Ning (keduanya berusia sekitar 45 tahunan), saya diberitahu untuk tinggal sementara di rumah mereka. Disinilah awal dari inti kisah nyata saya.

Bu Ning sebagai umumnya wanita Jawa setengah baya dan kebetulan belum dikarunia momongan selalu memakai kebaya dan rambutnya disanggul, sehingga penampilan selalu anggun. Bertubuh sekal, pinggul dan pantatnya yang besar, suka tersenyum dan sangat baik.

Malam itu kira-kira jam 19:00 Pak Edy sebagai petugas kantor pos harus lembur malam karena akhir Desember banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Sementara saya karena kecapaian setelah menempuh perjalanan panjang tertidur pulas di kamar yang telah disediakan Bu Ning.

Kira-kira jam 11 malam saya terbangun untuk ke kamar kecil yang ada di belakang rumah, dan saya harus melewati ruang tamu. Di ruang tamu saya melihat Bu Ning sedang menonton TV sendirian sambil rebahan di kursi panjang.
“Mau kemana Dik..? Mau keluar maksudnya..?” tanya Bu Ning lagi.
Karena rupanya Bu Ning tidak mengerti, akhirnya saya katakan bahwa saya mau kencing.
“Ohh.., kalau begitu biar Ibu antarkan.” katanya.

Waktu mengantar saya, Bu Ning (mungkin pura-pura) terjatuh dan memegang pundak saya. Dengan sigap saya langsung berbalik dan memeluk Bu Ning, dan rupanya Bu Ning langsung memeluk dan mencium saya, namun saya berpikir bahwa ini hanya tanda terima kasih.

Setelah kencing saya balik ke kamar, namun Bu Ning mengajak saya untuk nonton TV. Posisi Bu Ning sekarang tidak lagi berbaring, namun duduk selonjor sehingga kainnya terangkat ke atas dan kelihatan betisnya yang putih bulat. Sebagai pemuda desa yang masih lugu dalam hal sex, saya tidak mempunyai pikiran yang aneh-aneh, dan hanya menonton sampai acara selesai dan kembali ke kamar untuk tidur lagi.

Pagi-pagi saya bangun menimba air di sumur mengisi bak mandi dan membantu Bu Ning untuk mencuci, sementara Paman dan Tante belum kembali dari Surabaya karena mereka sedang mencari saya disana. Om Edy sudah berangkat lagi ke kantor, tinggal saya dan Bu Ning di rumah. Bu Ning tetap mengenakan sanggul. Beliau tidak berkebaya melainkan memakai daster yang longgar, duduk di atas bangku kecil sambil mencuci. Rupanya Bu Ning tidak memakai CD, sehingga terlihat pahanya yang gempal, dan ketika tahu bahwa saya sedang memperhatikannya, Bu Ning sengaja merenggang pahanya, sehingga kelihatan jelas bukit vaginanya yang ditumbuhi bulu yang cukup lebat, namun hingga selesai mencuci saya masih bersikap biasa.

Setelah mencuci, Bu Ning memasak, saya asyik mendengarkan radio, waktu itu belum ada siaran TV pagi dan siang hari. Siangnya kami makan bersama Om Edy yang memang setiap hari pulang ke rumah untuk makan siang.

Malam harinya Om Edy kembali lembur, dan Bu Ning seperti biasa kembali mengenakan kebaya dan sanggul, sambil nonton TV. Di luar hujan sangat lebat, sehingga membuat kami kedinginan, dan Bu Ning meminta saya untuk mengunci semua pintu dan jendela.

Pada saat saya kembali ke ruang tamu, rupanya Bu Ning tidak kelihatan. Saya menjadi bingung, saya cek apakah dia ada di kamarnya, juga ternyata tidak ada. Saya balik ke kamar saya, ternyata Bu Ning sedang berbaring di kamar saya, dan pura-pura tidur dengan kain yang tersingkap ke atas, sehingga hampir semua pahanya yang putih mulus terlihat jelas.

Saya membangunkan Bu Ning, namun bukannya bangun, malah saya ditarik ke samping ranjang, dipeluk dan bibir saya diciuminya. Karena saya masih bersikap biasa, Bu Ning membuka kebayanya dan meminta saya untuk mencium buah dadanya yang sangat besar dengan puting hitam yang sangat menantang. Saya menuruti dengan perasaan takut, dan ternyata ketakutan saya membuat Bu Ning semakin penasaran dan meminta saya untuk membuka baju dan celana panjang, sehingga tinggal CD, sementara Bu Ning mulai membuka kainnya.

Bu Ning mulai mencium adik kecil saya, dan meminta saya melakukan hal yang sama, dengan mencium vaginanya yang wangi dan merangsang secara bergantian. Sambil mencium vaginanya, tangan saya disuruh meremas buah dadanya yang masih keras dan kadang memilin putingnya yang mulai mengeras, nafas Bu Ning mulai terasa cepat, dan meminta saya untuk membuka CD dan mencium tonjolan daging yang tersembul di mulut vagina. Saya melakukan sesuai perintah Bu Ning, dan ternyata terasa basah di hidung saya karena banyaknya cairan yang keluar dari vagina Bu Ning, sementara Bu Ning mendesis dan mendesah keenakan dan kadang-kadang mengejangkan kakinya.

“Uhhh.. ohhh.. ahhh.. ohhh.., terus Dik..!” desahnya tidak menentu.
Meriam saya berdiri tegang dan Bu Ning masih mempermainkan dengan tangannya. Sesekali Bu Ning meminta saya untuk mengulum bibir dan putingnya. Setelah puas dengan permainan cumbu-cumbu kecil ini, Bu Ning kembali ke kamarnya dan saya pun teridur dengan pulasnya.

Pagi-pagi Paman dan Bibi yang rupanya telah kembali dini hari menjemput saya, dan rumah Paman dan rumah Om Edy ternyata bersambungan dan hanya dibatasi sumur yang dipergunakan bersama. Setelah berbasa-basi sebentar, dan Bu Ning katakan bahwa saya sudah dianggap anak sendiri, jadi kalau Paman dan Bibi berpergian, saya bisa tidur di rumah Om Edy. Kebetulan Paman pada saat itu sedang menyelesaikan tugas akhirnya di PTN di kota ML.

Kehidupan hari-hari selanjutnya kami lalui dengan biasa, namun kalau sedang berpapasan di sumur kami selalu senyum penuh arti, dan makin lama membuat saya mulai jatuh cinta kepada Bu Ning, senang melihat penampilannya yang anggun. Sebulan kemudian Paman dan Bibi harus ke Ml, dan saya dititipkan lagi pada Om Edy.

Hari itu adalah hari Jumat. Setelah selesai sarapan, Om Edy pamitan untuk ke BTR karena ada acara dari kantor sampai minggu sore, dan meminta saya untuk menjaga Bu Ning. Setelah Om Edy berangkat, saya dan Bu Ning mulai tugas rutin, yaitu mencuci, dan seperti biasanya Bu Ning selalu mengenakan daster, tanpa CD. Saya diminta Bu Ning agar cukup memakai CD.

Sambil mencuci kami bercengkrama, ciuman bibir dan mengulum putingnya. Saya berdiri menimba air dan Bu Ning jongkok sambil mencium adik kecil saya, atau Bu Ning yang menimba air saya yang jongkok sambil mencium klitorisnya yang sudah mulai mengeluarkan cairan. Ketika kami saling birahi dan sudah mencapai puncak, Bu Ning saya gendong ke kamar. Di ranjang, Bu Ning saya pangku. Sambil mencium leher, samping kuping dan mengulum putingnya (menurutnya kuluman puting cepat membuatnya horny), kemudian Bu Ning mengambil posisi telentang dan meminta saya untuk memasukkan meriam saya yang memang sudah tegang sejak masih berada di sumur.

Karena Bu Ning jarang melakukannya, maka meriam saya perlu dioleskan baby oil agar mudah masuk ke vaginanya yang sudah basah dengan cairan yang beraroma khas wanita. Pahanya dilebarkan, dilipatkan di belakang betis saya, pantatnya yang bahenol bergoyang naik turun. Sambil mencium keningnya, samping kupingnya, mengulum bibirnya, tangan kiri saya mengusap dan kadang menggigit kecil putingnya atau menjilat leher dan dadanya.

“Teruss.. Dikk..! Tekan..! Huh.. hah.. huh.. hahhh.. ditekan.. enakkk sekali.. Ibu rasanya.. nikmattt… terusss.., Ibu udah mau nyampen nih.. peluk Ibu yang erat Dikkk..!” desahnya mengiringi gerakan kami.
Sementara itu saya merasakan makin kencang jepitan vagina Bu Ning.
“Saya udahhh.. mauu.. jugaaa.. Bu..! Goyang.. Bu.., goyang..!”
Dan akhir.., pembaca dapat merasakannya sendiri. Akhirnya kami terkulai lemas sambil tidur berpelukan.

Jam 4 sore kami bangun, dan kemudian mandi bersama. Saya meminta Bu Ning menungging, dan saya mengusap pantat dan vaginanya dengan baby oil. Rupanya usapan saya tersebut membuat Bu Ning kembali horny, dan meminta saya untuk memasukkan kembali adik kecil saya dengan posisi menungging. Tangan saya mempermainkan kedua putingnya.
“Terusss.. ohhh.. terusss.. yang dalam Dik..! Kok begini Ibu rasa lebih enak..!” katanya.
“Ibu goyang dong..!” pinta saya.

Sambil pantatnya digoyangkan ke kiri dan ke kanan, saya melakukan gerakan tarik dan masuk.
“Oohhh.. ahh.. uhhh.. nikmat Dikkk.. terus..!” desahnya.
Akhirnya Bu Ning minta ke kamar, dan mengganti posisi saya telentang. Bu Ning duduk sambil menghisap putingnya.
“Ohhh.. uhhh.. nikmat Dikkk..!” katanya.
Kadang dia menunduk untuk dapat mencium bibir saya.

“Ibu.. udahhh.. mau nyampe lagi Dikk.. uhh.. ahhh..!” katanya menjelang puncak kenikmatannya.
Dan akhirnya saya memuntahkan sperma saya, dan kami nikmati orgasme bersama. Hari itu kami lakukan sampai 3 kali, dan Bu Ning benar-benar menikmatinya.

Malamnya kami hanya tidur tanpa mengenakan selembar benang pun sambil berpelukan. Dan keesokan harinya kami lakukan hal yang sama seperti kemarin, dan serasa kami sedang berbulan madu, sampai kedatangan Om Edy.

Pengalaman dengan mentor sex saya ini ternyata dikemudian hari ada juga manfaatnya untuk menghilangkan kejenuhan, karena mengajarkan bagaimana melakukan “foreplay” dengan pasangan sebelum sampai pada puncak permainan. Selain itu timbul suatu kelainan dalam kehidupan sex saya, karena hanya menikmati sex setelah melihat atau membayangkan atau melakukan dengan wanita STW yang berkebaya/sanggul atau rambut disasak.

Akhir bulan Februari tahun berikutnya saya harus berangkat ke Jakarta karena akan melanjutkan kuliah disana. Setiap liburan saya menyempatkan diri untuk berlibur di rumah Paman dan bertemu dengan kekasih saya, dan Mentor sex saya Bu Ning yang selalu mengenakan kebaya dan bersanggul. Dan juga apabila ada kesempatan, kami mengulangi permainan sex dengan pola permainan yang sama.

Demikian kisah nyata ini saya persembahkan untuk para pembaca dan akan bersambung pada kesempatan berikutnya, yaitu perjalanan kehidupan sex saya selanjutnya.

Adik Iparku

Filed under Daun Muda

saya seorang sopir truk.tapi saya gak suka jajan.tapi bukan berarti saya seorang yang gak suka ABG.begini ceritanya,ketika saya tinggal di rumah mertua,saya sudah menduga adik ipar saya kelak bila sudah remaja akan tumbuh menjadi gadis yg manis dan menggairahkan.ketika itu ia masih kelas 3 SD.setelah 3 tahun numpang dirumah mertua,saya pindah,ngontrak rumah,kira kira 3 km jauhnya.saya tinggal bersama istri dan anak saya yg 1, ketika itu istri saya lagi hamil 7 bulan.sebulan dirmh kontrakkan,saya di titipin adik ipar yg saat itu duduk di bangku SMP kelas 1.namanya tusrini atau panggilan akrabnya C2S alias situs.Di mulut saya menolak,tapi dalam hati,inilah saat saat yg kutunggu tunggu. Setiap ku pandangi dadanya,makin hari makin membesar aza.Tapi aku berusaha cuek dan gak peduli.setelah 1 tahun berlalu dadanya benar benar membentuk 2 gunung kembar yg benar benar wow walau tertutup kaos.sering aku mengambil kesempatan mengambil CDnya saat dia selesai mandi,buru buru aku masuk pura pura mo beol.Di KM kuambil dan kuciummi CDnya sampai puas sambil membayangkan memeknya walaupun aku belum pernah melihatnya.Bahkan kujilati bagian yg terkena cairan putih kental yg kemungkinan itu adalah cairan keputihan.tapi aku tak peduli bahkan kunikmati bagai susu kental kaleng.setelah puas lalu kutempelkan CDnya kebagian kepala penisku yg sudah menegang & berdenyut denyut sejak tadi.lalu kuambil BHnya yang mini itu,dan kuciummi sambil kukocok kocok penisku yang sudah dibalut CDnya yg berwarna putih kusam itu.sesaat aku terbuai tubuh & wajahnya dalam khayalan.setelah sekian lama kutahan air syurgaku untuk tidak keluar akhirnya muncrat dan tumpah di CDnya,kira kira kalau dikiloin air syurgaku sekitar 1 0n”s kayaknya kalau masuk ke lubang Vagina dan mengisi ruang rahimnya sudah bisa dipastikan bakal buncit besar perutnya kekenyangan. setelah 1 jam di KM akupun keluar yg sebelumnya kucuci bersih CDnya agar tak ketauan agar supaya bisa tubicontinu he he he he Tapi keliatannya ia tak curiga walau setiap hari kupakai CDnya untuk masturbasi.Lama lama aku penasaran jua,kayak apa sich bentuk teteknya,hingga suatu kali istriku lagi berkunjung kedesa dgn anakku.Yg membuat ada kesempatan ngintip dia mandi di rumah.Pura pura aku pergi,jadi seolah olah Dia kutinggal dirumah sendirian.selang setengah jam kemudian aku pulang dan kudengar musik rock berdengung keras,aku yakin dalam hati Dia lagi mandi.lalu aku mutar lewat belakang ,benar dugaanku,terdengar suara air berdebur keras dari KM.serta merta kubuka gembok pintu belakang dan berhasil masuk rumah.lalu aku berbaring dilantai dekat pintu KM.kudekatkan mataku dicelah celah lubang pintu bagian bawah engsel pintu KM ,yg memang sebelumnya lubang celah itu sudah ku perlebar.Aku benar benar takjub pada teteknya yang benar benar buesar dan berukuran 36B dengan puting susu yang kecil berwarna coklat kemerahan dengan kulit payudara berwarna kuning langsat dan terlihat halus mengkilap.lalu kutelusuri ke bagian bawah dan terlihatlah pantatnya,sepasang pantat halus mulus kuning langsat.lalu mendadak ia membalikkan tubuh dan berjongkok tepat di depan mataku yang kira kira berjarak 25 cm.maka terlihatlah rambut tipis halus berwarna kemerahan walau belum terlihat lebat tapi aku yakin kelak pasti akan terlihat sangat lebat dan hitam seperti milik kakaknya.jantungku berdebar keras ,air liurku berkali kali menetes celana dalamku mulai basah.,saat dari lubang Vaginanya tersembur keras air seninya,jadi aku melihat persis detik detik memeknya merekah.mungkin bagi kalian memeknya yg lebar itu tidak menggiurkan,tapi bagiku memeknya bagaikan belahan bibir ayu ashari yg tebal merah jambu.kuakui memang lebarnya seperti memek istriku yg sudah melahirkan 2 anak,namun justru aku sangat menyukainya apa sebab,Dia masih PRA ONE.dan sangat sulit untuk di intip bahkan dirayu.membuat aku penasaran, kalo dibanding wajahnya dgn wajah istriku jelas jauh lebih cantik istriku.hanya saja wajahnya memancarkan ke angkuhan dan gairah sex yg tidak mudah padam .saat memeknya merekah gairahkupun memuncak.kubayangkan saat ia cebok,andai boleh aku cebokin memeknya,maka akan kuceboki memeknya dengan lidah & bibirku,dan akan kulumat habis takkan ku lepas hingga puas.itulah yg tersirat dalam benakku saat itu.setelah itu ia berdiri dan mengangkangkan kakinya,dan memasukkan jari tengah tangannya kedalam lubang kenikmatannya perlahan tapi pasti.aku berpikir pasti ia akan masturbasi,tapi ternyata tidak .ternyata ia hendak membuang sisa keputihannya.sekali lagi otakku dan hatiku berkhayal ” jangan kau lakukan itu,perintahlah aku untuk melakukan itu !”Pasti!!! dengan senang hati akan kulakukan,tapi bukan dengan jari tanganku melainkan dengan lidah dan bibirku dijamin lebih terasa lembut , hangat , dan super bersih,karena dibantu dengan hisapan yg kuat namun lembut.dan akan kutelan.Hingga kau merasa puas dan bangga.” setelah itu ia mengguyur kepalanya dengan air, buru buru aku berdiri dan secepat kilat naik keatap langit langit km, melalui lubang langit langit yg ada di sebelah km.sedikit gemetar aku merangkak dan merayap dibawah kolong atap.gemetar menahan birahi serta takut ketauan.namun akhirnya sampai jua di celah celah lubang bekas paku.ku dekatkan mataku pd celah itu.OUH asiknya ia,saat mengusapkan sabun di payudaranya yg menyembul setelah itu ia mengguyurkan air pertanda finishing.Pada saat ia mengambil handuk kulihat tidak ada CD ataupun BHnya, itu berarti ia nanti keluar dari km dalam keadaan bugil namun hanya dibalut handuk yg ujungnya disangkutkan pd belahan dadanya.Spontan aku bergegas turun dan masuk kedalam kamar tidurnya serta melepas semua pakaianku’ hingga aku telanjang bulat dan menyamarkan diri.saat ia masuk ke kamarnya aku langsung membekap mulutnya dan berkata ‘ngak usah pakai handuklah.toh aku sudah melihat semuanya sekarang giliranmu sayang melihat tongkat ajaibku,sembari kulepas bekapan tanganku dan membalikkan tubuhnya , sehingga ia kaget, menjerit, serta meronta saat matanya melihat penisku yg besar berdiri tegak seolah sedang menodongnya.lalu ia berteriak minta tolong,namun teriakkannya seolah ditelan musik rock yg nonstop itu yg ia stel volumenya terlalu keras hingga membuat para tetangga saya,tak mendengar teriakkannya,sambil meronta ia mencakar, menendangku dan menggigit tanganku.namun semua itu membuat aku semakin bergairah lalu kurebahkan & kutindih tubuhnya secara paksa di pembaringan.Lalu kedua kakiku melilit kuat kedua kakinya dan merentangkan pahanya yg berusaha mengempit memeknya itu guna melindungi serangan tongkat syurgaku yg sudah tegang mengeras bagai baja membara.kedua payudaranya kuremas gemas dan kukulum kulum putingnya.sehingga kedua tangannya sibuk berusaha mendorong kepalaku saat itulah ia lengah , konsentrasinya terpecah.serta merta kedua tanganku membelah bibir kemaluannya dan serangan rudalku tepat mengenai sasarannya lalu kulepas kedua tanganku lalu kudekapkan kepunggungnya erat erat , sementara bibir dan lidahku berkelana kelehernya.yang membuat ia merasakan gairahnya bergejolak namun disisi lain ia merasa sedang diperkosa kakak iparnya yg sangat ia hormati,namun sangat ia benci saat ini.ber ulang kali ia memohon untuk melepaskannya sembari menggeser pantatnya kekanan dan kekiri untuk melepaskan diri.namun goyangannya itu justru membuat semakin dalam kepala rudalku masuk dan terasa agak licin pertanda ia terangsang pula,lalu kubisikan di telinganya ,kataku “usah kau takut apa yg telah kuperbuat padamu,karena ini semua sudah ditakdirkan olehNYA . Dan aku sangat mencintaimu dari kau kecil hingga saat ini dan sampai akhir hayatku kelak, percayalah sayang aku pasti akan melamarmu karena aku yakin kaulah yang sejatinya tulang rusukku yg hilang satu.Aku tau kau takut pada mbak yu mu.Tapi jika kau menuruti apa kataku segalanya pasti akan beres.sesaat ia tersadar dan berusaha melepaskan lilitan kakiku dengan menyentakkan kakinya namun justru itu membuat tubuhku bergeser maju mundur dengan keras hingga ujung kepala penisku menerjang selaput daranya dengan keras dan fatal akibatnya.Ia mendekapku erat erat serta menjerit tak kuasa air matanya menitik lagi. hingga saat air surgaku muncrat membasahi dinding dinding vaginanya,ia berkata “ini bukan cinta tapi nafsu”.lalu kujawab perkataannya “justru ini dapat mengikatmu agar kau tak lepas dariku,karna aku takut ke hilanganmu, sayangku”.saat akan kucabut penisku,justru ia memegangi pantatku erat erat, sambil berkata” jangan cabut dulu,anuku terasa ngilu dan perih,please…wajahnya memelas.hilanglah C2Sku yg angkuh dan sombongnya dulu.Walau sebenarnya dalam hati kecilku merasa menyesal telah menodai kesuciannya tapi apalah arti sesal yang tlah terjadi.setelah peluruku mengendur barulah kucopot dari anunya.Aku &Dia sama sama duduk terdiam.entahlah apa yg dipikirkannya.Sedangkan Aku berfikir bagaimana kalau kelak ia hamil,atau cerita dgn tetangga atau teman temannya,atau bahkan ia lapor polisi,iii…ngeri…..Tiba tiba ia menutup mukanya dengan kedua belah telapak tangannya sambil menangis sesenggukan.Buru buru kupeluk tubuhnya erat erat sambil ku elus punggungnya dan kukatakan ‘Sayang aku pasrah dan bersalah pdmu,aku siap memikul semua dosaku pdmu,jika kau ingin melaporkan pd polisi dan lebih senang aku di penjara,aku siap!!,ato bila kau ingin aku menikahimu,hari ini juga,aku akan melamarmu.asal kau bahagia,ato kau ingin merobek dadaku dan kau ambil jantungku aku siap,aku pasrah.”lalu kusodorkan belati pdnya.lalu spontan ia mendorongku dan meraih belati tadi.Dan hendak HARAKIRI .Aku tercengang dan secepat kilat kurampas belati itu dari tangannya.belati dapat kuraih tapi wajahku terasa tebal dan pedas,rupanya tangan kanannya telah melayang dan mendarat tepat di pipiku.sambil membentak “bedebah,laknat,kenapa kau halangi aku,hah.”puaskah bila aku hidup merana,hanya karena nafsu kau tega memperkosaku,mencabik cabik harga diriku”?!matanya berkilat kilat penuh dendam.hatiku jadi kecut juga saat melihatnya marah,Tapi aku berusaha menghiburnya dengan rayuan gombal yg pernah dulu ku katakan pd mbak yunya.kini ku ulang lagi pd adiknya.akhirnya luluh juga.Ia setuju dengan usulku untuk menikahinya setelah lulus SMU.tak lama kemudian lagu rock itu padam.sekali lagi ku cium bibirnya penuh kasih sayang namun kali ini ia membalasnya penuh nafsu.sesaat birahinya dan birahiku timbul.tapi tiba tiba pintu depan di ketuk,spontan kami mengambil pakaian masing masing dan memakainya.Dan kain putih yg memang sudah kusiapkan untuk alas sperma dan darah ke PRA ONEnya.ku ambil.lalu kusuruh dia tiduran dan mengunci pintunya dari dalam.lalu aku membuka pintu depan dan dgn tenang ku sapa istriku.dan pura pura aku kebelakang mengambil pakan ayam dan memberi makan ayam ayam kami.Hari itu istriku tidak curiga sama sekali.aman aman aza coy… Singkat cerita,selang 2 minggu kemudian Aku bercinta dengan istriku di siang bolong.namun yg terbayangkan wajah adik iparku itu.sehingga nafsuku berkobar hebat.Rupanya sepasang mata mengawasi adegan hot kami bisa di tebak, siapa lagi kalau bukan C2S.kiranya ia pulang lebih awal,dan sudah menjadi kebiasaannya masuk lewat pintu belakang,mungkin ia penasaran mendengar desahan dan erangan nikmat istriku.saat itu istriku melakukan segala gaya bahkan oral sex tak ketinggalan.hampir 1jam kami melakukannya.dan muncratlah cairan kami berdua secara bersamaan.Tiba tiba pintu belakang rumah dibanting keras keras.kami segera beringsut dan gugup.sampai sampai aku lupa tidak mengenakan celana luar.hanya berpakaian dancelana dalam sajadan keluar mencari asal suara itu.rupanya Dia … mukanya merah padam,malu melihat anuku yg terlihat panjang dan besar yg hanya tertutup CDku saja.juga cemburu melihat adegan kami tadi rupanya.air matanya berlinang seolah tak rela aku bercinta dengan mba yunya.tapi aku segera masuk saat terdengar langkah kaki istriku,untuk menghalaunya.dan kukatakan pdnya bahwasannya C2S sedang ada masalah di sekolah.legalah istriku…. Dua malam kemudian C2S minta izin pd mba yunya akan pergi kerumah teman sekolah prianya,spontan aku jadi gusar dan cemburu berat,untung saja istriku malah menyuruhku untuk mengantarkannya.lega rasanya aku…sepanjang jalan ia mengomel “Dasar laki laki pengecut,munafik,dll.”namun tak kugubris ocehannya, malah aku balik bertanya” siapa dan dimanakah PIL yg telah beruntung menjatuhkan hatimu???”sindirku, padahal dlm hatiku berkobar api cemburu yg sangat dahsyat.jawabnya “nanti kau akan tau.yg jelas.ia tampan.sopan,mempesona,pengertian dan membuatku bahagia”Kata kata terakhirlah yg membuat aku semakin penasaran.setelah tiba di tempat itu.ternyata apa yang dikatakannya adalah benar adanya,badannya tinggi wajahnya tampan,tindak tanduknya ramah dan sopan,sempurnalah ia bak DEWA turun dari langit.tapi aku berusaha tenang dan menjabat tangannya.Dan C2S pun mengenalkan “ini temanku yg tadi kuceritakan dan ini kakak iparku.”setelah itu aku ditinggalkan sendiri di dalam ruang tamunya dan di suruh menunggu.mereka pergi kebelakang rumah dan entah apa yg mereka bicarakan.yg jelas aku cemburu,gusar,malu,marah,dsbnya.setelah urusan mereka selesai.maka kami pamit pulang.sepanjang jalan kami diam seribu bahasa .sesampainya di rumah kami tidur dimasing masing kamar kami.sepanjang malam kami tidak dapat tidur.pagi hari kemudian istriku pamit mo ke desa, ada hajatan dirumah sodaranya,pagi pagi benar jam 5 pagi istriku sudah berangkat naik mobil saudaranya.jam 6 pagi C2S mandi, biasa hobby rutinitasku mengintipnya mandi kujalankan.sambil kukocok anuku,kutelusuri setiap jengkal bagian tubuhnya,hebatnya ia tak menyadari hal ini ia terlihat cuek ato memang tak tahu.yg jelas anuku sudah bengkak meradang menahan nafsu birahi.lalu aku lepas pakaian telanjang bulat.dan ngumpet dikamarnya lagi untuk ke 2 Xnya.tapi sebelumnya aku memutar lagu senam nonstop agak keras.Tak lama kemudian ia keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian rapi walau bagian bawahnya masih dibalut handuk.saat hendak masuk kekamarnya,buru buru aku menarik dan mendekapkan telapak tangannya ke anuku.ia terperanjat kaget.dan berkata.”Ouw beginikah caramu menyesali perbuatanmu kemarin dulu?!?.”Tapi aku tak peduli omongannya.dengan segera kulucuti handuknya lalu CDnya.dan dalam posisi berdiri ku jilati memeknya,ku sedot sedot penuh nafsu.hebatnya ia tidak menghindar malah menjambak rambutku serta mengerang erang dan merentangkan kedua pahanya.Dan membenamkan wajahku diantara selangkangannya.seraya bergumam”terus mas,aku kangen sekali..”lalu ia mundur perlahan dan akupun maju terus.sehingga sampailah ia di tepi bibir pembaringannya. rupanya ia hendak duduk.lalu perlahan ia mengocok anuku sambil bergumam,”seharusnya benda ini hanya milikku saja,tak ada yg boleh menyentuhnya kecuali aku.”lalu ia mendorongku dan menyuruhku berdiri dan tangannya meraih ******ku dan menjilatinya.serta menelan bulat bulat kepala ******ku.tak terasa tempurung lututku terasa lemas dan kakiku gemetar,luar biasa.akhirnya ia merebahkan diri dan menelentangkan kakinya,membuka lebar lebar pahanya.pertanda ia menginginkannya.serta merta dengan cekatan kutusuk anunya.teman teman taukah anda.sungguh fantastis liang vaginanya !?!penuh lendir dan membuat ******ku lancar maju mundur,rupanya ia benar benar bergairah.hanya dalam hitungan menit memeknya sudah muntah muntah dan mengerang erang.rupanya ia merasa nikmat luar biasa.kini giliranku mengerang dan menekan memeknya,luar biasa.setelah selesai ia hendak melepaskan diri tapi justru kutindih Dia dan ku dekap erat.lalu kubisikkan pdnya,” memekmu hebat,walaupun lebar minta ampun”.jawabnya sewot”udah tau lebar masih doyan,lagian kalau emang lebar kenapa belum di copot juga???!!sambil berusaha melepaskan diri,dan semakin ku pererat jepitan kakiku.dan akupun tersenyum puas.lalu aku berkata”Tus, aku ingin secepatnya menikahimu agar aku bisa menyetubuhimu setiap hari sampai kau jadi nenek nenek.”"agar aku nggak terus terusan ngintipin kamu mandi,juga ngocok dan membayangkan dirimu”.Aku akanterus terang pd mba yumu dan melamarmu.direstui ato tidak aku akan menikahimu,bila perlu kita kawin lari.’”jujur,aku cemburu ama atta teman priamu itu.”aku tak peduli bila kau pernah di sentuh olehnya ato belum.yg penting saat ini dan kelak kau hanya milikku.”lalu jawabnya”aku juga cemburu pd mbayuku saat kemarin dulu kau setubuhi.kelihatannya kau sangat bergairah saat itu dan sangat menikmatinya,seolah olah tubuh dan permainan ranjangnya lebih hot dariku”.lalu ku jawab”jangan salah tafsir,sayang dan perlu kau ingat ,setiap kali aku menyetubuhi mbayumu aku selalu membayangkan Dia adalah dirimu.”tersenyum dan legalah hatinya kini.”Dengarlah sayang,aku memang sudah mengincarmu sedari kecil,bahkan aku punya saksi hidup,bila kau tidak percaya.Aku punya bukti otentik dalam diariku yg berisi hayalan hidup bersamamu.maka dengan sangat terpaksa aku sering mengintipmu saat mandi,dan semakin dalam ego ku untuk memilikimu se utuhnya.maka aku sudah merencanakan untuk memperkosamu dengan harapan kau akan merasa malu,dan tidak ada keberanian mencari pria lain selain yang merenggut ke PRA ONEnanmu yakni AKU.C2S terdiam menyimak semua pernyataanku dan terlihat berseri seri di wajahnya.Lalu kutanya “apakah kau juga merasakan hal yg sama seperti aku??sejenak ia terdiam lalu berkata”lebih kurang begitulah,hanya saja apakah mungkin aku,tega merebut suami mba yuku sendiri”??!!.setelah kudengar pernyataan polosnya itu akupun terasa lega.lalu perlahan kucopot anuku tapi ke dua kakinya justru saling mengait dan menindih pantatku dan iapun menggelengkan kepalanya isyarat tak ingin berakhir satu ronde.dalam hatiku “busyet nambah ni ye…rupanya ia belum puas maka ia ganti menindihku dan menggoyang goyangkan pinggulnya dan melumat bibirku penuh nafsu sambil berkata”mas,ingin punya anak berapa? 4 cukup.”jawabku “enak saja 4,aku sudah punya program dan cita cita bila kelak kau jadi istriku ,aku ingin punya anak yg lahir dari rahimmu sebanyak 35 anak.itu artinya kau tidak punya kesempatan menyusui dan satu tahun se X kau akan mengandung.dan kamu tidak boleh keluar kamar karena kamu akan telanjang bulat di kamar dan tidur telentang untuk ku setubuhi. setiap24 jam 4 kali sampai anumu peot dan wajahmu juga peot.supaya atta kagak doyan lagi.kau boleh keluar tapi seluruh tubuhmu harus tertutup rapat kulitmu tak boleh nampak dimuka umum.”"Dan pekerjaanmu hanya berdoa dan bersenggama denganku saja”terlihat banggalah ia saat kalimat kalimat itu terdengar olehnya.seakan akan Dia di peluk erat dan bermandikan cinta.sementara memeknya yang lebar itu terus melahap habis rudalku yg kini mulai membengkak.lalu ia berkata”mulai saat ini anumu nggak boleh masuk kekandang mbakyuku lagi,awas kamu,sementara itu goyangannya semakin kencang,nafasnya mulai tersenggal senggal,dan bicaranyapun tak keruan,apalagi saat kupilin putingnya dan kuisap isap serta ku putar putar dengan lidahku.memeknya semakin keras menekan kemaluanku,kakinya mengejang,nafasnya terengah engah memburu cepat,tangan kanannya membekap dan membenamkan kepalaku diantara dua gunung kembarnya yg kenyal namun mengeras.serta tangan kirinya meremas kulit punggungku erat erat hingga terasa perih.namun semua itu tak kuhiraukan.Dalam hati aku mencibirnya,”rasain lhu,baru tau yach?!.kalau bercinta itu nikmat?!makanya jadi cewe jangan munafik,angkuh,seolah olah tak butuh bercinta.mentang mentang pakai kerudung,kuajak bercinta malah menolak bahkan bersetubuh dgnku menjijikkan dan hanya kenikmatan sesaat,seperti yang tertulis dalam buku hariannya. “lalu ia melumat bibirku penuh nafsu.bersamaan dengan itu didalam kemaluannya melelehlah cairan hangat yang melilit keluar melalui celah celah antara batang kemaluanku dan kepala penisku,yg akhirnya menyelubungi seluruh batang kemaluanku.yg pada akhirnya tubuhnya ambruk menindih tubuhku,detak jantungnya masih berdegub keras,serta vaginanya berdenyut denyut,rasanya seperti dipijit pijit.sementara batang kemaluanku masih tegar siap menggempur lagi.sambil kubelai belai rambutnya aku bertanya”puaskah kau bercinta denganku kali ini??! ” namun sesaat ia terdiam hanya menganggukkan kepalanya saja.lalu aku bertanya lagi”apakah ini kenikmatan sesaat”?? ia mengangkat kepalanya dan kulit wajahnya memerah ia hendak melepaskan diri dan berusaha mencopot anunya dariku.tapi dgn sigap kutindih balik tubuhnya dan kutekan keras anuku menusuk anunya,namun ia meronta dan memakiku,”lepaskan aku bandot”penghianat!!!!” namun aku tak menghiraukannya malah kujawab,”enak saja,kamu sudah keluar dua kali,aku baru sekali,bagaimana mungkin kamu bisa hamil kalau cairan surga duniaku tidak sering sering ku muntahkan di liang vaginamu yg menggiurkan ini ? yang sudah lama ku idamkan,hah??”tiba tiba tangannya hendak menamparku tapi berhasil kutangkap dan ke dua tangannya ku pegang erat erat sambil ku gerakkan pantatku maju mundur secara cepat.sambil aku bertanya lagi”mengapa kau marah marah nona manis?”dia balik bertanya”mengapa kau membaca buku harianku”?!jawabku singkat “penasaran”sambil terus kulancarkan serangan rudalku ke gawangnya dgn gencar dan ku beri tanda merah pd lehernya dgn kecupan nikmat.ada 14 tanda merah di lehernya yg berarti saat itu usianya 14 th.saat gerakan berontaknya melemah mulailah ku gunakan strategi baru,2 butir telur anuku,berusaha kuikut sertakan masuk ke dalam vaginanya,ku gesek gesekan pada bibir bagian bawah vaginanya secara perlahan,tekan angkat tekan angkat dstnya.lalu dia diam melemah tak ada perlawanan lagi,seolah ia menyerah dan pasrah karena lelah ato bisa juga ia sedang ikut menikmatinya.yg jelas saat ini aku sedang berada di ujung kenikmatan yg luar biasa,pasalnya penisku berdenyut kencang dan aku berusaha menahannya.tapi akhirnya menyembur juga walau tidak sebanyak yg pertama tapi nikmatnya tak jauh beda dengan yang pertama.tubuhnya kudekap erat dan kulumat bibirnya penuh nafsu bahkan ia ikut mengimbangi dengan menggoyangkan pantatnya dan membalas lumatan ciumanku.setelah hampir 3 jam kami bercinta akhirnya burungku pun mengendur dan copot dengan sendirinya dari sarang.ia merasa risih dengan cairan yg ada di dalam vaginanya dan hendak beranjak dari sisiku,namun kucegah,sebab justru cairan itu adalah ovum dan sperma kami yg mungkin sedang bereaksi.maka ku anjurkan agar dia istirahat sejenak.sambil istirahat kami berbincang bincang mengenai sex dan tanggungjawabku pdnya.to be continue……… dalam keadaan telanjang bulat ku dekap bagian belakang tubuhnya.setelah nafasnya normal kembali teratur,iapun beranjak dari ranjang dan masuk ke kamar mandi membersihkan diri dan akupun menguntitnya mengikuti dia masuk.kami mandi bersama.sekali lagi anuku berdiri dan aku mengajaknya dgn isyarat kugesek gesekan anuku ke pantatnya.namun ia menolak halus karena kecapaian.tapi ia janji esok lusa bersedia.tapi ia sempat mengulum dan menjilati anuku,walau anuku tak keluar tapi cukup bagiku.2 hari kemudian aku pergi karena ada carteran ke jakarta,aku pamit pd istriku dan c2s,sebelum berangkat secara sembunyi sembunyi kutemui c2s dikamarnya dan meminta CD yg sedang di pakainya dgn alasan supaya selamat di jalan karena selalu teringat dia di rumah yg menunggu kepulanganku.awalnya ia menolak karena ia malu dan jengah.tapi setelah kurayu rayu,akhirnya ia tanggalkan juga,dan langsung kuciumi CDnya itu di depan matanya setelah puas lalu aku menyuruhnya membungkusa anuku yg tegak berdiri dgn CDnya dan kuajarkan cara membungkus yang benar.mula mula bagian CDnya yg menempel pd lubang memeknya di tempelkan ke kepala penisku,lalu sisanya untuk membungkus batang dan 2 buah zakarku.lalu ia membekap mulutnya untuk menahan tawanya,sambil berbisik” kamu gila”.”bukan gila,tapi tergila gila pdmu sayang.!.!”jawabku mesra.wajahnya nampak bahagia saat kutinggalkan serta terlihat bangga.3 hari kemudian aku sudah sampai di rumah dan yg pertama kutemui adalah kekasih gelapku.yg saat itu ia sedang mendengarkan musik SHEILA on 7 di kamarnya yg dari depan rumah ku dengar lamat lamat,…slamat tinggal kekasih gelapku,moga saja kau lupakan aku….kekasih sejati…dstnya.lalu kubuka pintu kamarnya perlahan.serta merta ia bangkit dari ranjangnya dan memelukku serta melumat bibirku dan berbisik “aku kangen sekali,pah.” ” Akupun begitu sayang.”jawabku.lalu terdengar teriakkan istriku yg memanggilku.buru buru kulepas dekapannya dan kukecup keningnya,serta kubisikkan “tunggu saja kelak,setelah kita syah jadi suami istri.”lalu ku pegang jemari tangannya dan ku berikan ring sebagai oleh oleh.aku pun keluar dari kamarnya dan buru buru menemui istriku yg ada di belakang rumah.dan menyambutku dengan pelukan mesra.malam harinya aku tertidur pulas.dan tak di sangka sangka istriku melucuti pakaianku serta membuka celana dalamku dan hendak meremas anuku.bukan main kagetnya ia saat melihat anuku terbungkus CD yg bukan miliknya.dengan kasar ia membangunkanku dari tidur.dan serta merta membentakku dan bertanya” CD siapa ini ?”lalu ia menyalakan lampu dan memandangi CD itu.lalu ia berkata “bukankah ini milik adikku?”lalu ku jawab terus terang “ya,begitulah kira kira,tapi itu hanya untuk iseng dan selingan saja.aku berusaha menenangkannya,namun rupanya ia marah besar,marah yg di bumbui oleh perasaan cemburu.ia meronta ronta saat aku berusaha melucuti pakaian dan CDnya.dengan buas aku merobek long dressnya hingga terlihatlah payudaranya yg putih itu yg sebagian tertutup oleh BHnya.lalu kutindih dia dan kuremas remas payudaranya dan kukulum putingnya sementara ku gosok gosok memeknya yg masih terbungkus CD.lalu ku jilati perutnya dan merambat ke bawah perutnya,memeknya yg masih terbungkus CD itu kulumat dgn bibirku dan kedua tanganku meremas jemari tangannya.ia mulai terangsang dan sejenak menikmatinya dan aku sudah hafal betul ciri khas istriku saat terangsang,ia pasti akan melebarkan ke dua pahanya.lalu tangannya akan meremas rambut kepalaku dan membenamkan wajahku pd memeknya.melihat gelagat ini buru buru ku lucuti CDnya dan ku masukkan jari tengah tanganku ke dalam liang vaginanya untuk mengecek gairahnya.ternyata memeknya sudah sangat becek tapi aku tak buru buru menusuknya dgn anuku.tapi malah kujilati dan ku sedot sedot memeknya.ia mengerang dan menggelinjang tak keruan.lalu ia bangkit dan menarik anuku dan melumat anuku penuh nafsu,di sedot sedot dan di kulumnya,kini posisi kami jadi 69.wajahku di tindih oleh memeknya sedangkan dgn brutal ia mencabik cabik anuku dengan mulutnya.kira kira setengah jam kemudian ia bangkit dan memegangi anuku dan berusaha memasukkannya ke memeknya yg sudah basah kuyub itu.keruan saja anuku langsung amblas tak bersisa lalu ia mulai menggoyangkan pinggulnya berputar seperti sedang main holahop.rambutnya yg hitam panjang terurai turun menutupi wajah dan payudaranya yg bergoyang goyang.dengan gemas ku remas payudaranya,kupilin pilin putingnya sambil ku pandangi wajahnya yg cantik itu,pikiranku melayang membandingkan dia dan adiknya,kalo di lihat dari wajah istriku jauh lebih unggul.istriku berwajah ceria,anggun,cantik tentunya,serta berwibawa.kalau adiknya,berwajah kalem,angkuh,menggairahkan,serta galak,seperti macan betina sedang menyusui.ke 2 kalo diliat dari payudaranya c2s jelas lebih buesar karena berukuran 36 b dan putingnya sangat kecil,ke 3 kalo di liat dari pantat dan pinggulnya C2S juga 1 tingkat diatas istriku.ke 4 kalo diliat dari memek dan rambut kemaluannya sama sama lebar,becek,dan hitam lebat,serta halus kalo di liat dari kulitnya sama sama halus mulus tanpa cacat dari ujung kaki sampai ujung rambutnya,hanya warna kulitnya agak berbeda sedikit,yakni kalo istriku,luar dalam kuning langsat,tapi kalo C2S bagian luar berwarna kuning langsat ke coklatan tapi bagian dalamnya berwarna kuning langsat seperti mbakyunya.Dan yg membuat aku penasaran pd c2s,ia selalu memakai ******.Tiba tiba istriku mengerang dan menyuruhku menjilati lehernya serta menyuruhku mengangkat pantatku tinggi tinggi.lalu ia bergerak maju mundur dgn cepat dan mendekapku erat erat yang akhirnya muntahlah sudah cairan ovumnya lalu ia melumat bibirku sekali lagi.lalu aku berpura pura hendak mencopot anuku tapi ia malah menekan anuku keras keras serta me mijit mijit anuku dgn memeknya yg berdenyut denyut itu.seakan akan ia enggan melepaskannya.lalu aku bertanya,”sudah puas sayang?”ia hanya menganggukkan kepalanya saja.lalu aku berkata”mari sini,biarlah kujebolkan gawangmu ini,gawang yg telah membuat anuku meradang,sambil kubalik posisi kami,tanpa melepaskan kemaluan kami yang berdempetan.lalu giliranku menggasaknya dengan kasar dan brutal maju mundur secara cepat dan kebiasaanku selalu mengikut sertakan dua buah biji zakarku menggesek gesekkan pd bagian bawah kemaluannya yang mengakibatkan orgasmeku memuncak,sementara mulutku memanggil manggil nama istriku namun dalam hatiku memanggil nama kekasih gelapku,Tusrini ohhhh tus…. oh…..sayangku.cintaku,nafsuku…..oh…..tusssss ……kakiku yg melilit kakinya mengejang serta serangan rudalku semakin gencar dan terdengar istriku mengerang kesakitan dan perih. yg akhirnya muncratlah sudah air syurgaku.lalu istriku mengusap usap punggungku berulang kali serta bertanya” apakah tadi saat kau bercinta denganku,kau membayangkan sedang bercinta dengan adikku ? jujurlah sayang ? ato kau hanya berusaha melayaniku dan menyenangkanku saja ? dengan jawaban yg munafik,kujawab pertanyaan istriku itu,”tidak,sayang!itu tidak benar!”sambil ku copot anuku dari memeknya dan bangkit dari ranjang.serta berpura pura belum puas menyetubuhinya, jari tengah tanganku ku masukkan ke dalam memeknya yg sangat becek itu dan memutarnya perlahan sambil menciumi pipi dan lehernya,terlihat redamlah api cemburunya,lalu ia bertanya lagi “jawablah dgn jujur dan terbuka ,buatlah aku cemburu dan buatlah aku ingin bercinta selalu.”pancingnya “apakah kau sudah menidurinya”dan “apakah kau mencintainya?”sejenak aku terdiam dan ku putar otakku mengolah jawaban yg tepat.lalu aku menjawab,jangan marah bila aku terus terang ,sayang.berjanjilah!!!!!ia mengangguk serta tersenyum dan mengangkat dua jari tangan kanannya serta mengucapkan janjinya “aku janji ndak akan marah walau sepahit apapun nantinya.!!”lalu aku mulai mengarang cerita yakni saat aku secara tidak sengaja melihat payudaranya yg bergelantungan saat dia mengepel lantai ruang tamu.akhirnya membuat aku penasaran dan membuat aku ingin mengintipnya saat ia mandi serta ku ceritakan CDnya sebagai alat ngocok,semua itu kulakukan demi menahan terjadinya tindak perkosaan.Tiba tiba ia memelukku dan menciumku mesra.Lalu aku berjanji pdnya untuk tidak mengulangi perbuatanku itu lagi,tapi ia malah menjawab di luar dugaanku,”teruskan saja hobimu itu dan salurkanlah hasratmu itu pdku saja,kecuali bila aku lagi M,kau boleh gunakan CDnya untuk menyalurkan hasratmu itu,dan sesekali aku ingin menontonnya.”Bukan main”,istriku memang penuh pengertian,sampai aku bengong tak percaya mendengarnya.

Istri Kakakku Yang Kesepian

Filed under Setengah baya

Sebut namaku Dede, semasa kuliah aku tinggal bersama kakakku Deni dan
istrinya Dina. Aku diajak tinggal bersama mereka, karena kampusku
dekat dengan rumah mereka, daripada aku kost. Usiaku dengan Kak Deni
selisih 5 tahun dan Dina 2 tahun lebih tua dariku.

Karena Kak Deni bertugas di kapal, ia sering jarang di rumah. Sering
kulihat Dina kelihatan kesepian karena ditinggal kakakku. Kuhibur dia
dan akhirnya kami sering bercanda. Lama-lama Terkesan kalau Dina
lebih dekat ke aku dibanding Kak Deni. Karena Kak Deni jarang pulang
akhirnya kami sering keluar jalan-jalan. Dan terkadang kami nonton
bioskop berdua untuk menghilangkan rasa sepi Dina. Sering Dina dikira
pacarku, tentu aku jadi bangga jalan dengannya. Seluk beluk di
dirinya membuat mata terpikat dan tak lepas melirik. Keesokan harinya
sepulang kuliah kulihat rumah sepi. Sesaat aku bingung ada apa dan
kemana Dina. Sesaat kulihat di celah pintu kamarnya ada cahaya TV.
Segera kucek apa ia ada di kamar. Kubuka pintunya, sesaat kuterdiam,
terlihat di TV kamarnya adegan yang merangsang, sekilas kulihat Dina
sedang terlentang dan ia kaget akan kehadiranku. “Maaf Mbak!” sahutku
dengan tidak enak.

Lalu kututup pintu kamar dan keluar. Sekilas teringat yang sekilas
kulihat tadi. Dina sedang asyik memainkan buah dadanya yang besar dan
daerahnya yang indah dengan sebagian kulit yang tak tertutup sehingga
memamerkan beberapa bagian tubuhnya. Sesaat beberapa lama di dalam
kamar. Rasanya kuingin menonton yang Dina tonton tadi. Lalu kusetel
CD simpanan di kamarku. Tampaknya birahiku muncul melihat adegan-
adegan itu, sesaat terlintas yang dilakukan Dina di kamarnya.
Tubuhnya merangsang pikiranku untuk berkhayal. Akhirnya seiring
adegan film aku berkhayal bercinta. Kukeluarkan penisku dan
kumainkan. Sesaat aku kaget, Dina masuk ke kamarku. Rupanya aku lupa
mengunci pintu. Ia terlihat terdiam melihat milikku. Wajahnya tegang
dan bingung. Sesaat kami sama-sama terdiam dan bingung.

“Ma.. maaf, ganggu ya,” tanya Dina dengan matanya yang menatap
milikku.
“Eh.. enggak Mbak, a.. ada apa Mbak,” sahutku dengan tanganku yang
masih memegang milikku.
“Nggak, tadi ada apa kamu kekamar?” tanya Dina dengan bingung karena
kejadian ini.
“Oh itu, sangkain aku rumah kosong, aku nyari Mbak,” sahutku sambil
kumasukkan milikku lagi.
“Kamu nonton apa?” tanya Dina lalu melihat film yang kusetel.
“I.. itu.. sama yang tadi,” sahutku dengan isyarat yang ditonton Dina
di kamarnya.
Dina terdiam sesaat sambil melihat film.
“Maaf Mbak, boleh pinjem yang tadi nggak?” tanyaku dengan malu.
“Boleh, kenapa enggak?” jawab Dina.
“Mau minjem Mbak… apa mau nonton di sini?” tawarku kepada Dina.
“Sekalian aja deh, biar rame,” jawabnya.

Adegan demi adegan difilm kami lewati, dan beberapa kali kami
mengganti film. Kami juga berbincang dan mengobrol tentang yang
berhubungan di film. Mungkin karena kami sering berdua dan bicara
dari hati ke hati akhirnya kami merasakan ada kesamaan dan kecocokan.
Kami tidak canggung lagi. Rasanya kami sama-sama menyukai tapi kami
sadari Dina milik kakakku. Kami akhirnya biasa duduk berduaan dengan
dekat. Sering dan banyak film kami tonton bersama. Kami akhirnya
mulai sering melirik dan bertatapan mata. Sesaat saat film berputar
tanpa kami sadari, tatapan mata kami membuat bibir kami bersentuhan.
Tampaknya gairah kami sama dan tak bisa dibendung dan kami tergerak
mengikuti iringan gairah dan birahi. Aku pikir ciuman tak apalah,
akhirnya bibir dan lidah kami saling bersaing. Nafsu membuat kami
terus berebutan air liur.

Beberapa lama kami nikmati kejadian ini, kemudian kami tersadar dan
berhenti. Kami hanya bisa diam dalam pelukan. Mata kami tak sanggup
bertatapan. Rasanya bingung. Cukup lama kami berpelukan sampai
akhirnya kami duduk biasa lagi. Kehangatan tubuh dan sikap Dina
memancing birahiku. Beberapa lama kami tak bisa mengeluarkan kata-
kata. Perlahan kubuai rambut panjang Dina. Tampaknya ia menyukainya.
Perlahan tanganku mengelus pundaknya. Sesaat kami bertatapan lagi.
Wajahnya dewasa dan cantik, kurasakan wajah yang mengharapkan
sentuhan dan kehangatan. Kurasakan isyarat dari Dina untuk berciuman
lagi. Tanpa basa-basi kulahap bibirnya, ahh nikmat rasanya. Bibirnya
terasa lembut di bibirku. Lalu dada kami saling berhadapan. Sekilas
kulihat buah dadanya yang besar. Lalu kupeluk Dina dengan maksud
ingin menyentuh dan merasakan miliknya.

Sesaat kurasakan miliknya di dadaku, besar, empuk dan besar. Perlahan
tanganku mengelus-elus pahanya yang lembut dan halus. Sebagai
penjajakan kuelus selangkangannya, tampaknya ia menikmatinya.
Kurasakan tanganku ia elus sebagai tanda ia menyukainya. Tanpa
menunggu aku segera meraba-raba daerah sensitifnya. Sesaat tanganku
ia raih dan ia giring ke dadanya. Ahh, akhirnya kurasakan buah dada
yang besar di dekapan tanganku. Sesaat kurasakan milikku didekap
tangan Dina, ahh rasanya aku menikmatinya. Perlahan tangannya
memainkan, nikmat rasanya. Perlahan kulepaskan tangan Dina dari
milikku. Kubuka sebagian celanaku sehingga milikku menghunus tegap.
Kuraih tangannya dan kuarahkan ke milikku. Sesaat tangannya mendekap
milikku, ia mainkan lalu beberapa lama kemudian wajahnya menuju ke
milikku dan ia hisap. Ah, lembutnya mulut Dina. Rupanya ia suka
menghisap milikku. milikku keluar masuk di mulutnya secara perlahan
seiring tangannya yang mengayun-ayun milikku.

Perlahan kuangkat kaosnya sehingga terlihat buah dada yang tertutup
bra. Kuraih kaitannya dan kulepas. Perlahan tanganku menyusup di
branya lalu meraba dan meremas buah dadanya yang besar, halus dan
lembut. Kurasakan putingnya yang kenyal mengeras, dadanya pun
mengeras. Lalu tanganku menuju celana pendeknya dan kubuka bersama
celana dalamnya. Ahh, indah tubuhnya bila tanpa pakaian dan sangat
merangsang. Pinggangnya yang ramping dan pinggul yang lumayan,
kulitnya putih bersih dan mulus. Kuelus-elus bokongnya yang halus dan
lembut. Pahanya kuraba lalu bulunya dan tonjolan sensitifnya. Seiring
hisapannya kumainkan bibir vagina yang sudah basah perlahan jariku
masuk ke liang vaginanya. Kurasakan lembut di jemariku, nikmat
rasanya.”Dede.. oouuhhh…” ucapnya seiring jariku yang tertancap di
liangnya. Sesaat kemudian kurasakan gerakan mulut dan nafasnya tambah
cepat. Kurasakan air liur Dina membasahi milikku.

Cukup lama mulutnya bermain sampai ku tak tahan menahan
maniku. “Mmmhhh…” ucap Dina seiring semburanku di dalam mulutnya.
Kurasakan mulutnya tetap menghisap milikku, lalu maniku dan terus
sampai beberapa lama. Kemudian bibirnya selesai bermain. “Udah De?”
sahutnya dengan isyarat apakah aku puas. Aku tersenyum melihat wajah
cantiknya yang memucat dan merangsang. Rasanya milikku belum puas
masuk di mulutnya. Kemudian ia terbaring dengan jariku yang masih
masuk di liangnya. “Mbak yang ini belom,” sahutku dengan isyarat
jariku yang keluar masuk di liangnya.”Emang kenapa?” tanyanya dengan
isyarat wajah yang menanyakan apa keinginanku. Kemudian kubuat posisi
bersetubuh. Kaki Dina mengangkang lebar dan terangkat seakan siap
bermain. Bibir vagina yang agak merah terlihat jelas olehku. Milikku
yang terhunus akhirnya menyentuh bibir vaginanya yang lembut yang
sudah basah. Perlahan kumasukkan dan akhirnya hilang tertelan di
liang Dina yang lembut.

“Mmhhh….” desah Dina dengan dagunya yang perlahan terangkat dan
telapak kakinya memeluk pinggulku. Milikku keluar-masuk diliangnya
dan dada Dina membusung seakan tidak kuat merasakan kenikmatan
sentuhanku. “Ooouuhh… ooouuhhh…” berulang desahan itu Dina
keluarkan. Beberapa lama kurasakan nikmatnya tubuh Dina. Perlahan
kurasakan pinggul Dina bergerak sehingga mempercepat gesekan penis
dan liangnya. Sessat ia dekap tubuhku. Tubuhnya menegang. “Dede…”
ucapnya dengan getaran kenikmatan. Aahhh Kurasakan penisku didekap
kuat liang Dina. “Ooouuuhh,” desah nikmat Dina. Kulihat Dina mulai
melemas pasrah. Melihat ini gairahku meningkat seakan tubuhnya
santapanku. Nafsuku membuat milikku keluar masuk dengan cepat. Ahh,
puncakku disaat penisku masih di dalam liang Dina. Aku tak dapat
menahan semburanku karena nikmatnya tubuh Dina. “Ooouuuhhh…” desah
Dina mengiringi setiap semburanku. Milikku kubiarkan tertancap terus.
Tampaknya Dina tak menolaknya. Tubuhku belum puas menikmati tubuhnya.
Terkadang tanganku menikmati dada dan putingnya. Dan beberapa kali
kami berciuman lagi. Aku tak peduli walaupun bibirnya bekas milik dan
maniku karena benar-benar nikmat.

Sampai tenaga kami pulih, kurasakan dekapan liang Dina yang agak
mengering basah lagi. Lalu kami bermain lagi. Ini terus kami lakukan
sampai kami tak kuat dan tidur kelelahan. Esoknya kami tersadar dan
kami mandi bersama. Tampaknya kami menyukai kejadian kemarin. Rasa
bersalah hilang karena Kami rasakan kecocokan, dan kami teruskan
hubungan ini. Karena kakakku jarang di rumah kami sering berdua,
tidur bersama dan mandi bersama dengan sentuhan-sentuhan yang nikmat.
Ini menjadi rahasia kami berdua seterusnya. sampai aku memiliki istri
dan sama-sama mempunyai anak kami terus berhubungan.

Permainan Terlarang

Filed under Setengah baya

Ini pengalamanku sekitar 5 tahun yg lalu. Saat ini aku sudah berusia 38 tahun dan bekerja di salah satu instansi pemerintahan. Dan aku menikah sejak 9 tahun yg lalu dgn 2 anak. Aku berasal dr salah satu kota di Kalimantan dan kuliah di salah satu kota di Jawa. Selepas kuliah aku sempat kerja di perusahaan swasta setahun dan akhirnya diterima di instansi pemerintahan tempat aku bekerja skrg. Tuntutan pekerjaan membuat aku harus beberapa kali pindah kota dan pada 5 tahun yg lalu aku sempat ditempatkan di salah satu kota di propinsi asalku di Kalimantan yg berjarak sekitar 1-1,5 jam dari kota asalku. Pada saat itu istri dan anakku tidak ikut serta karena istriku harus bekerja dan terikat kontrak kerja yg tidak memperkenankannnya mengundurkan diri atau bermohon pindah sebelum 5 tahun masa kerjanya. Sehingga jadilah aku sendiri di sana dan tinggal di salah satu rumah orang tuaku yg mereka beli untuk investasi. Krn kebutulan aku pindah ke sana maka aku tinggal sendiri. Rumah tersebut berada di kompleks perumahan yg cukup luas namun cenderung sepi krn kebanyakan hanya menjadi tempat investasi alternatif saja, dan kalau ada yg tinggal adalah para pendatang yg mengontrak rumah di sana. Jadi lingkungan relatif apatis di sana.
Pada beberapa kesempatan aku kadang-kadang berkunjung ke tempat nenekku yg tinggal di suatu kabupaten (sekitar 4 jam dari kota tempat aku tinggal sekarang) utk sekedar silaturahmi dengan famili di sana. Pada salah satu kunjungan saya ke sana, saya sempat bertemu dengan salah seorang yg dalam hubungan kekerabatan bisa disebut nenekku juga di rumah salah satu famili, sebetulnya bukan nenek langsung. Persisnya ia adalah adik bungsu dari istri adik kakekku (susah ya ngurutnya). Usianya lebih tua sekitar 8-9 tahunan dariku. Profil mukanya seperti Yati Octavia (tentu Yati Octavia betulan lebih cantik), dengan kulit cenderung agak gelap, dan badannya sekarang sedikit agak gemuk. Walaupun terhitung nenekku, ia biasanya saya panggil bibi saja krn usianya ia risih dipanggil nenek. Pertemuan tsb sebetulnya biasa saja, tapi sebetulnya ada beberapa hal yg sedikit spesial terkait pertemuan tersebut. Pertama, saya baru tau kalau suaminya baru meninggal sekitar 1 tahunan yg lalu. Ia yg berstatus honorer di sebuah instansi pemerintah sedikit mengeluhkan kondisi kehidupannya (untung ia hidup di kota kabupaten yg kecil) dengan 2 anak perempuannya yg berusia 12 dan 8 tahun. Saat itu aku bilang akan mencoba utk membantu memperbaiki status honorernya dgn mencoba menghubungi beberapa relasi/kolegaku. Hal spesial yg lain adalah sedikit pengalamanku di masa lalu dgn dia yg sebetulnya agak memalukan bila diingat (saat itu saya berharap ia lupa). Wkt saya masih di bangku SMA, ia dan kadang bersama famili yg lain sering berkunjung ke rumahku krn ia pernah kuliah di kota kelahiranku namun kost di tempat lain. Ia kadang2 menginap di rumahku. Pada waktu ia nginap dengan beberapa famili yg lain, aku sering ngintip mereka mandi dan tidur. Sialnya sekali waktu, saat malam2 aku menyelinap ke kamarnya (di rumahku kamar tidur jarang di kunci), dan menyingkap kelambunya (dulu kelambu masih sering digunakan). Saya menikmati pemandangan di mana ia tidur telentang dan dasternya tersingkap sampai keliatan celana dalam dan sedikit perutnya. Saat itu saya mencoba mengusap tumpukan vaginanya yg terbungkus celana dalam dan pahanya. Setelah beberapa kali usapan ia tiba2 terbangun dan saya pun cepat2 menyingkir keluar kamar. Sepertinya ia sempat melihat saya, hanya saja ia tidak berteriak. Hari2 berikutnya saya selalu merasa risih bertemu dia, namun iapun bersikap seolah2 tdk terjadi apa2. Sejak saat itu saya tdk pernah coba2 lagi ngintip ia mandi dan tidur. Hal itu akhirnya seperti terlupakan setelah saya kuliah ke Jawa, ia menikah dan sayapun akhirnya menikah juga. Inilah pertemuan saya yg pertama sejak saya kuliah meninggalkan kota kelahiran saya.
Beberapa wkt kemudian pada beberapa instansi ada program perekrutan pegawai termasuk yg eks honorer termasuk pada instansi nenek mudaku tersebut. Pada suatu pembicaraan seperti yg pernah saya singgung sebelumnya, nenek mudaku tersebut sempat minta tolong agar ia bisa diangkat sbg pegawai tetap dan akupun kasak-kusuk menemui kenalanku agar nenek mudaku tersebut dapat dialihkan status honorernya menjadi pegawai. Aku beberapa kali menelpon nenek mudaku tersebut untuk meminta beberapa data dan dokumen yg diperlukan. Entah karena bantuan kenalanku atau bukan, akhirnya ia dinyatakan diterima sebagai pegawai. Nenek mudaku itu beberapa kali menelponku utk mengucapkan terima kasih, dan aku yg saat itu memang tulus membantunya juga ikut merasa senang.
Beberapa bulan kemudian aku mendapat telpon lagi dari nenek mudaku tersebut yang mengabarkan bhw ia akan ke kota tempatku bertugas karena ia harus mengikuti pelatihan terkait dengan pengangkatannya sebagai pegawai di salah satu balai pelatihan yang tempatnya relatif dekat dengan rumahku. Waktu itu ia menginformasikan akan menginap di balai pelatihan tersebut namun akan berkunjung ke rumahku juga.
Pada suatu hari Sabtu sore ia tiba di rumahku dengan membawa koper dan oleh2 berupa penganan khas daerahnya tinggal dan buah2an. Ia mengatakan hari pelatihannya dimulai hari Senin namun ia takut terlambat dan akan segera ke balai pelatihan tersebut malamnya. Aku tawarkan untuk istirahat dulu dan menginap satu malam. Namun karena kekahwatiran tersebut ia menolak untuk menginap dan hanya beristirahat saja. Maka ia kutunjukkan kamar tidur yang ada di samping kamar tidurku utk istirahat sejenak.
Tidak ada kejadian apa2 sampai saat itu, dan pada malam harinya ia kuantar ke balai latihan. Namun di balai latihan tersebut suasananya masih sepi dan baru 3 orang yang melapor itupun masih keluar jalan2. Melihat keraguan untuk masuk ke balai latihan tersebut kembali aku tawarkan untuk menginap di rumah dulu dan nanti Senin pagi baru kembali. Ia langsung menerima tawaranku sambil menambahkan komentar bahwa ia dengar balai pelatihan tersebut agak angker. Malam minggu ia menginap dan tidak ada kejadian yg spesial kecuali kami mengobrol sampai malam dan ia menyiapkan makanan/minumanku. Sampai saat itu belum terlintas apa2 dalam pikiranku. Namun ketika ia selesai mencuci piring dan melintas di depanku yaitu antara aku dan televisi yg sedang aku tonton ia berhenti untuk melihat acara televisi sejenak. Saat itu aku melihat silhuote tubuhnya di balik daster katunnya yang agak tipis diterobos cahaya monitor televisi. Saat itulah pikiranku mulai mengkhayalkan yang tidak2. Maklum aku jauh dari istri dan kalau ngesekspun dengan orang lain juga kadang2 (aku pernah ngeseks dengan PSK yg agak elit dan beberapa mahasiswi tapi frekuensinya jarang krn biaya tinggi). Saat itu ia saya suruh duduk dekat saya utk nonton TV bersama2. Kami pun ngobrol ngalor ngidul sampai malam dan ia pun pamit utk tidur. Malam Seninnya juga tidak terjadi apa2 kecuali saat ngobrol sudah mulai bersifat pribadi tentang masalah-masalahnya seperti anaknya yg perlu uang sekolah dan lainnya. Aku katakan bahwa aku akan bantu sedikit keuangannya dan iapun berterima kasih berkali2 dan mengatakan sangat berhutang budi padaku.
Senin paginya ia kuantar ke balai pelatihan tersebut dan dengan membawakan kopernya saya ikut masuk ke kamarnya yang mestinya bisa untuk 6 orang. Dengan menginapnya ia di sana, maka buyarlah angan2 erotisku pd dirinya dan akupun terus ke kantorku utk kerja seperti biasa. Namun pada sore hari aku menerima telpon yang ternyata dari nenek mudaku tersebut. Ia mengatakan bahwa agak ragu2 menginap di balai pelatihan tersebut krn ternyata semua teman2 perempuannya tidak menginap di situ, tapi di rumah familinya masing2 yg ada di kota ini sehingga di kamar yg cukup utk 6 orang itu ia tinggal sendiri kecuali jam istirahat siang baru beberapa rekan perempuannya ikut istirahat di situ. Dgn bersemangat aku menawarkan ia menginap di rumah lagi sambil melontarkan kekhawatiranku kalau ia sendiri di situ (sekedar akting). Ia terima tawaranku dan aku berjanji akan menjemput dia sepulang kantor.
Akhirnya iapun menginap di rumahku dan rencananya akan sampai sebulan sampai pelatihan selesai. Angan2ku kembali melambung namun aku masih tdk berani apa2 mengingat penampilannya yg sdh sangat keibuan, kedudukannya dalam kekerabatan kami yg terhitung nenek saya, dan sehari2nya kalau keluar rumah pakai kerudung (tapi bukan ******). Aku betul2 memeras otak namun tdk pernah ketemu bagaimana cara bisa menyetubuhinya tanpa ada resiko penolakan. Aku sedikit melakukan pendekatan yg halus. Sekedar utk memberi perhatian dan sedikit akal bulus sempat aku belikan ia baju dan daster. Utk daster aku pilihkan ia yg cenderung tipis dan model you can see. Hampir setiap malam ia aku ajak keluar makan malam atau belanja (walupun pernah ia sekali menolak dgn alasan capek). Kalau ada kesempatan aku kadang2 mendempetkan badanku ke badannya bila lagi jalan kaki bersama atau duduk makan berdua di rumah makan. Aku juga sering keluar kamar mandi (kamar mandi di rumahku ada di luar kamar tidur) dgn hanya melilitkan handuk di badan. Selain itu aku juga kadang menyapa dan memujinyaa sambil memegang salah satu atau kedua pundaknya bila ia memasak sarapan pagi di dapur. Dari semua itu saya belum bisa menangkap apakah responnya positif terhadap aku. Dan setelah hampir 1 minggu, yaitu pada hari Sabtu pagi iapun pamit pulang ke kotanya untuk menengok anaknya yg agak sakit dan akan kembali minggu malamnya. Iapun pulang dan aku yg sendirian di rumah akhirnya juga keluar kota ke kota kelahiranku yg jaraknya cuma 1 jam dr kota tinggalku utk main2 dgn teman2 masa SMAku serta silaturahmi ke rumah orang tuaku.
Saat bertemu teman2 lamaku aku agak banyak minum bir dan waktu tidurku agak kurang. Sore menjelang Maghirib akupun pulang ke kota di mana aku tinggal, terlintas sebuah rencana utk menggauli nenek mudaku yg saya perkirakan akan lebih duluan sampai di rumahku (ia kukasihkan kunci duplikat rumah utk antisipasi seandainya aku tdk ada dirumah bila ia datang).
Sayapun sampai di rumah dan memang benar ia sudah ada di rumah. Ia bertanya kepadaku kenapa aku pucat dan keringatan dan saat ia pegang dahi dan tanganku ia bilang agak hangat (mugkin krn pengaruh begadang). Aku hanya berkomentar bhw aku mau cerita tapi tdk enak dan minta agar malam ini makan malam di rumah saja krn aku tdk enak badan. Ia tdk keberatan dan tanya aku mau makan apa, aku bilang aku cuma mau makan indomie telur dan iapun setuju. Seperti kebiasaannya ia selalu buatkan aku kopi dan teh utk dirinya, tak terkecuali malam itu.
Melihat aku masih pucat ia menawarkan obat flu tapi aku bilang aku tdk flu dan tdk bisa cerita sambil pergi dengan pura2 sempoyongan ke kamarku dan bilang aku mau istirahat. Aku masuk kamar dan membuka baju dan berbaring di tempat tidur dgn hanya pakai celana pendek. Iapun menyusulku ke kamarku dan dgn iba bertanya kenapa dan apa yg bisa ia bantu. Dalam hatiku aku mulai tersenyum dan mulai melihat suatu peluang. Ia bahkan menawarkan utk memijat atau mengerik punggungku, tapi aku mau langsung ke sasaran saja dengan mempersiapkan sebuah cerita rekayasa.
Akhirnya aku menatap ia dan menanyakan apakah ia mau tau kenapa aku begini dan mau menolong saya. Ia segera menjawab bahwa ia akan senang sekali bisa menolong saya krn saya sudah banyak membantunya. Iapun kusuruh duduk di tempat tidur dan dengan memasang mimik serius dan memelas sambil memegang salah satu tangannya akupun bercerita. Aku karang cerita bhw aku baru saja kumpul2 sama teman2ku waktu ke luar kota tadi sore. Terus ada salah satu temanku yg bawa obat perangsang yg aku kira adalah obat suplemen penyegar badan. Karena tdk tau, obat itu aku minum dan skrg efeknya jadi begini di mana aku kepingin ML dgn perempuan. Aku karang cerita bhw bila tdk tersalur itu akan membahayakan kesehatanku sementara istriku tdk ada di sini. Aku juga mengarang cerita bhw aku sudah mengupayakan onani tapi tdk berhasil dan tdk mungkin aku mencari PSK krn tdk biasa. Aku katakan bhw dgn terpaksa dan berat hati aku mengajak ia bersedia utk ML denganku utk kepentingan kesehatanku.
Mendengar ceritaku ia terdiam dan menundukkan wajahnya, tapi salah satu tangannya tetap kupegang sambil kubelai dengan lembut. Melihat itu, aku lanjutkan dgn berkata bhw kalau ia tdk bersedia agar tdk usah memaksakan diri dan aku mohon maaf dgn sikapku krn ini pengaruh obat perangsang yg terminum olehku. Selain itu kusampaikan bahwa biarlah kutanggung akibat kesalahan minum obat tersebut dan aku katakan lagi bhw aku sadar kalau permintaanku itu tdk pantas tapi aku tdk bisa melihat jalan keluar lain sambil minta ia memikirkan solusi selain yg kutawarkan. Ia tetap diam, namun kurasakan bhw nafasnya mulai memburu dan dengan lirih ia berkata apa aku benar2 mau ML sama dia padahal ia merasa ia sudah agak tua, tdk terlalu cantik, agak sedikit gemuk dan berasal dari kampung. Aku jawab bahwa ia masih menarik, namun yg penting aku harus menyalurkan hasratku. Ia diam lagi dan aku duduk dikasur sambil tanganku merangkul dan membelai pundaknya yg terbuka karena dasternya model you can see. Kulitnya terasa masih halus dan sedikit kuremas pundaknya yg agak lunak dagingnya. Mukanya pucat dan bersemu merah berganti2, ia juga terlihat gelisah.
Sedikit lama situasi seperti itu terjadi tapi aku tdk tau entah berapa lama, sampai aku mengulang pertanyaanku kembali (walaupun aku sudah yakin ia tdk akan menolak) dan akhirnya ada suara pelan dan lirih dari mulutnya. Aku tdk tau apa yg ia katakan tapi instingku mengatakan itu tanda persetujuan dan dengan pelan aku dekatkan mukaku ke wajahnya. Mula2 aku cium dahinya, setelah itu mulutku menuju pipinya. Ia hanya memejamkan mata, namun gerakan wajahnya yg sedikit maju sudah menjadi isyarat bhw ia tdk keberatan. Sedikit lama aku mencium kedua pipinya dan aku sejenak mencium hidungnya (di situ kurasakan desah nafasnya agak memburu) lalu akhirnya aku mencium bibirnya yg sudah agak terbuka sejak tadi. Sambil melakukan itu kedua tanganku juga beraksi dengan halus. Tangan kananku merangkulnya melewati belakang kepalanya kadang di bahu kanannya dan kadang di tengkuknya di belakang rambutnya yg terurai. Sedang tangan kiriku merangkul punggungnya dan mengusap paha kanannya secara bergantian.
Ciuman bibir mulai kuintensifkan dengan memasukan lidahku ke mulutnya. Ia gelagapan namun tangan kananku memegang tengkuknya untuk meredam gerakan kepalanya. Ternyata ia tidak biasa dicium dgn memasukan lidah ke mulut yg kelak baru saya ketahui belakangan.. Tangan kiriku terus bergerilya, aku menarik bagian bawah dasternya yg ia duduki agar tangan kiriku bisa masuk ke sela2 antara daster dan punggungnya. Berhasil, tanganku mengusap punggungnya yg halus namun masih kurasakan tali BH nya di situ. Dengan pelan2 kubuka tali BH nya. Terasa ada sedikit perlawanan dari dia dengan menggerak2an punggungnya sedikit. Iapun hampir melepaskan mulutnya dari mulutku. Namun bibirku terus mengunci bibirnnya dan tugas tangan kiriku membuka pengait BH nya dibelakan sudah terlaksana. Tangan kananku langsung berpindah dengan menyelinap di balik daster bagian depan dan menuju BH nya yg sudah terbuka. Aku biarkan BH tsb dan tangan kananku menyelinap di antara BH dan payudaranya. Aku elus2 dan cubit2 pelan payudara di sekitar putingnya beberapa saat sebelum akhirnya menuju puting sampai akhirnya payudara yang memang sudah tidak terlalu kencang tapi cukup besar itu kuremas2 bergantian kiri dan kanan. Saat itu mulutnya menggigit bibirku, aku terkaget2, dan dengan cepat kutanggalkan daster dan BHnya dan ia kutelentangkan dikasurku. Ia rebah di kasurku dengan hanya mengenakan celana dalam yg sudah tua dan sedikit lubangnya di bagian selangkangannya. Aku langsung menggumulinya dengan mulutku langsung menuju mulutnya. Ia sempat melenguhkan suara yg sepertinya menyebut namaku. Aku tidak peduli. Mulutku bergeser ke lehernya dan kudengar ia berkata dgn tidak jelas …. ?aduh kenapa kita jadi begini??. Aku tdk peduli dan mulutkupun bergeser ke payudaranya secara bergantion. Akhirnya suaranya yg awalnya seperti keberatan menjadi berganti dengan lenguhan dan desahan yg lirih.
Aku bangkit dr badannya sejenak utk melepaskan celanaku sampai akupun telanjang bulat. Kulihat ia sedikit kaget dan matanya terbuka melihatku seolah2 tak rela aku melepaskan tubuhnya. Namun secepat kilat setelah aku telanjang bulat aku kembali menggumulinya dan melumat bibirnya habis2an. Kedua tanganku merangkulnya dengan memegang erat bahu dan belakang kepalanya. Kupeluk ia erat2 dan iapun membalas ciuman bibirku dengan hangat bahkan liar. Matanya terpejam dan kedua tangannyapun memeluk diriku dan kadang megusap punggungku. Mulutku beralih ke payudaranya. Sekarang aku baru bisa melihat jelas bentuk payudara dan tubuhnya yg lain. Memang bukan bentuk yg ideal sebagaimana umumnya diceritakan di cerita2 saru lainnya. Payudaranya memang besar (aku tidak tau ukurannya) tapi sedikit turun dan tdk kencang. Tubuhnya masih proporsional walaupun cenderung gemuk dengan adanya lipatan2 lemak di pinggangnya dan perut yg kendur karena bekas melahirkan (mungkin), namun kulitnya begitu halus. Mulutku lalu melumat puting payudaranya yg kiri dan tangan kiriku meremas payudara yg kanan. Sedang tangan kananku bergerilya ke selangkangannya dan mengusap2 bagian yg masih terbungkus celana dalam tersebut. Jari2 tanganku menemukan lubang pada robekan celana dalamnya yg sudah tua sehingga jari2ku tsb bisa mengakses ke bagian selangkangannya yang mulai lembab pd rambutnya yg kurasakan cukup lebat. Jari2 kananku memainkan klitorisnya dan kadang2 kumasukkan ke dalam lubangnya sambil menggesaek2annya. Kurasakan desahan dan lenguhannya sedikit lebih keras menceracau. Sekilas kulihat kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan pelan tapi mulai liar. Tangan kirinya dia angkat sehingga jarinya ada didekat telinga kirinya sambil meremas2 seprai dan ujung bantal tidak karuan. Tangan kanannya mengusap kepala dan menarik2 rambutku.
Akupun mulai tdk bisa menahan diri lagi karena penisku sudah berdiri tegak sejak tadi. Ukuran penisku biasa2 saja (sebetulnya aku agak heran dgn ceritaa erotis yg bilang sampai 20 cm, aku tdk pernah mengukur sendiri). Kutarik celana dalamnya sampai lepas. Kemudian aku melepaskan tubuhnya dan mengambil posisi di antara dua pahanya. Waktu kulepas tubuhnya sejenak tadi ia sempat tersetak dan matanya terbuka seolah2 bertanya kenapa. Tapi begitu melihat aku sudah dalam posisi siap mengeksekusi dirinya iapun mulai memejamkan matanya lagi. Sambil kuremas2 payudaranya sebelum memasukan rudalku ke liangnya aku sedikit berbasa basi dan menanyakan apa ia ikhlas aku setubuhi malam ini. Dengan lirih ia mempersilakan dan bibirnya sedikit tersenyum. Kedua tangannya menarik badanku dan akupun mulai memasukkan penisku ke lubangnya. Walaupun sudah lembab dan ia pernah melahirkan, ternayata aku tdk bisa langsunga memasukkan penisku. Sampai2 tangan wanita yg telah lama menjanda dan kehidupan sehari2nya begitu kolot ini ikut membantu mengarahkan rudalku ke lubangnya. Rupanya nafsunya sudah membuat ia terlupa.
Di luar terdengar hujan mulai turun dengan lebat menambah liarnya suasana di kamarku dan pintu kamarku masih terbuka krn aku yakin tdk ada siapa2 lagi di rumah tipe 60 milik orang tuaku ini. Ujung rudalku mencoba merangsek kelubangnya scr pelan2 dgn gerakan maju mundur dan kadang2 berputar di area mulut lubangnya. Tidak terlalu lama rudalku mulai menembus liang senggamanya. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Matanya merem dan kadang setengah terbuka. Tangannya ke sana kemari kadang meremas seprai dan ujung bantal, kadang meremas rambutku dan kadang mengusap punggung dan bahkan mencakar punggung atau dadaku. Pinggulnya kadang menyentak maju menuju rudalku seolah2 sangat ingin agar rudalku segera masuk. Akhirnya rudalku yg sudah masuk sepertiganya ke liang senggamanya kucabut tiba2. Terlihat ia kaget dan membuka matanya. Ia memanggil namaku dengan suara yg sudah dikuasai birahi dan bertanya ada apa. Namun sebelum selesai pertanyaannya aku langsung dengan cepat dan sedikit tekanan menghujamkan rudalku ke liangnya yg walaupun sedikit seret tapi akhirnya bisa masuk seluruhnya ke dalam lubangnya dan aku memeluknya dengan mukaku begitu dekat dengan mukanya sambil menatap wajahnya yg penuh kepasrahan namun juga dikuasai birahi yg kuat.
Ia tersentak dan melenguh keras ………….. aaaaaaaahh …. sejenak aku mendiamkannya dengan posisi seperti itu. Ia mencoba menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan ruang gerak yg terbatas. Aku pun mulai menggerakkan pinggulku ke belakang dan ke depan dengan gerakan pelan tapi pasti. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya dengan liar. Ia menceracau dan terus mendesah dan pinggulnya mencoba utk membawa diriku menggoyangnya lebih cepat lagi. Entah beberapa kali namaku ia sebut. Ia juga menceracau ia sayang dan mencintaiku. Dan aku yg sudah terbawa gelombang birahipun tidak memanggil ia ?bibi? lagi (ia sebetulnya terhitung nenekku, namun krn usianya tdk terlalu tua maka ia sering dipanggil bibi). Ya … dalam keadaan birahi tsb aku juga kadang menceracau memanggil namanya saja. Seperti tdk ada perbedaan usia dan kedudukan di antara kami.
Entah berapa lama aku menggoyangnya dengan gerakan yang sedang2 saja, tiba2 kedua tangannya merangkul tubuhku utk lebih merapat dengan dia. Aku pun melepaskan payudaranya dan juga akan merangkul tubuhnya. Kurasakan betapa lunak dan empuk tubuhnya yg agak gemuk dan memang sudah tidak terlalu sexy itu ketika kudekap. Semua bagian tubuhnya tidak ada yg kencang lagi. Namun kelunakan tubuhnya dan kehalusan kulitnya ditambah pertemuan dan gesekan antara kulit dadaku dgn kedua payudaranya membawa sensasi yg luar biasa bagi diriku. Irama gerakan pinggulku dan pinggulnya tetap stabil. Tiba2 ia mendesah dengan suara yg agak berbeda dan kedua matanya memejam rapat2. Ia mempererat dekapannya dan mengangkat pinggulnya agar selangkangannya lebih rapat dengan selangkanganku. Setelah itu kedua kakinya mencoba mengkait kedua kakiku. Gerakan bibir dan raut mukanya menunjukan kelelahan tercampur dengan kenikmatan yg amat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Ia membuka matanya dan wajahnya ia dekatkan ke wajahku sambil bibirnya terbuka dan memperlihatkan isyarat utk minta aku cium. Bibirkupun menyambar bibirnya dan saling melumat. Ketika lidahku masuk kemulutnya, ternyata ia sudah bisa mengimbangi walaupun dengan terengah2. Terbayang reaksinya waktu orgasme tadi maka gairahku menjadi meningkat. Walaupun tau ia sudah orgasme beberapa saat setelah itu aku mulai meningkatkan kecepatan irama gerakan pinggulku utk membawa rudalku menghujam2 liang senggamanya.
Walaupun sambil berciuman aku tetap mempercepat gerakan pinggulku. Awalnya pinggulnya mencoba mengikuti gerakan pinggulku. Namun tiba2 ia melepaskan mulutku dan kepalanya bergerak kekiri dan diam dengan posisi miring ke kiri sehingga aku hanya bisa mencium pipi kanannya. Matanya merem melek. Dekapan tangannya ketubuhkupun ia lepaskan dan ia angkat ke atas sehingga jari2 kedua tangannya hanya meremas2 seprai di atas kepalanya. Kedua kakinya berubah gerakan menjadi mengangkang dengan seluas2nya. Aku jadi mempecepat gerakan pinggulku. Bahkan gerakan rudalku menjadi lebih ganas yaitu saat aku memundurkan pinggulku maka rudal keluar seluruhnya sampai di depan mulut liang senggamanya namun secepat kilat masuk lagi ke dalam lubangnya dan begitu seterusnya namun tdk pernah meleset. Tangan kiriku kembali meraba payu daranya dan kadang2 ke klitorisnya. Ia menceracau dan kali ini tidak menyebut namaku namun berkali bilang ?aduh …. ampun … sayang …? atau ?kasian aku sayang? dan bahkan ia bilang sudah tidak tahan lagi. Namun aku tau ia terbawa kenikmatan yg luar biasa yang sekian tahun tidak pernah ia rasakan. Malam dingin dan AC di kamarku tdk bisa menahan keluarnya keringat di tubuh kami.
Tiba2 kembali ia melenguh, kali ini lebih keras dan mulutnya maju mencari bibirku. Ya, ia kembali orgasme. Aku tidak menghiraukan mulutnya namun lebih berkosentrasi utk mempercepat gerakan pantatku sambil aku putar. Putus asa ia mencoba mencium bibirku ia rebah kembali, namun pd saat itu akupun mencapai puncaknya dan rudalku menyemburkan sperma yang banyak ke liang senggamanya. Sementara liang senggamanya berdenyut menerima sperma hangatku. Aku terkulai di atas tubuhnya dengan rudalku masih di dalam liang senggamanya. Kami berpelkan dgn sangat erat seolah2 tubuh kami ingin menjadi satu. Kami berciuman dan saling membelai. Berkali2 kami saling mengucapkan sayang. Iapun mengungkapkan betapa bahagianya ia krn selain bisa menolongku menyalurkan libidoku, juga ia merasa terpuaskan kebutuhan yang tdk pernah ia rasakan sekian tahu. Apalagi ketika setelah itu ia semapat bercerita betapa almarhum suaminya begitu kolot dalam bercinta dan sekedar mengeluarkan sperma saja. Ia baru tau bahwa bercinta dengan laki2 dapat lebih nikmat dibanding yg pernah ia rasakan.
Kami tertidur sambil berpelukan. Paginya ketika terbangun jam 8 pagi kami bercinta lagi dengan sebelumnya menelpon ke tempat diklatnya utk memberitahukan bahwa ia tdk enak badan. Ia adalah tipe wanina yg juga agak kolot. Beberapa variasi ia lakukan dgn kikuk. Ia sering tdk bersedia bila vaginanya aku oral dgn alasan tdk sampai hati melihat aku yg banyak menolongnya mengoral vaginanya. Tapi ia mau mengoral penisku kadang2. Biasanya ia mau kalau ia sudah tdk bisa mengimbangi permainanku sedang aku masih mau bercinta.
Selama sebulan ia tinggal di rumahku dan kami sudah seperti suami istri …. bahkan percintaan kami sering lebih panas. 2 hari setelah percintaan kami yg pertama aku malah sempat mengantar ia ke dokter utk pasang spiral agar tdk terjadi hal2 yg tdk diinginkan. Hal yg kusuka darinya adalah ia ternyata pandai menyembunyikan hubungan kami. Jadi bila ada tamu atau famili datang ke rumahku, sikap kami biasa2 saja. Memang aku sempat mendoktrin dia bhw hubungan kami ini adalah hubungan terlarang, namun krn awalnya menolongku maka tdk apa2 dilanjutkan krn ia harus mengerti dgn kebutuhanku sbg laki2 drpd aku kena penyakit bercinta di luaran maka ia tdk perlu tanggung2 menolongku. Selain itu hal yg kusukai dr dia adalah sikapnya yg berbakti kepadaku bila kami berdua saja. Hampir semua permintaanku mau ia terima selama ia anggap permainan normal. Ia bilang itu ia lakukan krn aku banyak menolongnya.
Kadang2 aku memutarkan kaset video BF utk memperlihatkan beberapa variasi padanya. Aku bahkan sempat melakukan penetrasi di anusnya. Sebetulnya kesediaannya utk disodomi itu dilakukan dgn terpaksa krn pd saat kami melakukan foreplay ternyata ia menstruasi. Melihat aku sudah di puncak birahi ia mencoba melakukannya dengan tangan dan mulut tapi tdk berhasil krn ia mmg tdk terlalu lihay. Akhirnya dengan dibantu hand body cream maka anusnya lah yg jadi sasaranku. Sebetulnya aku kasian juga melihat ia menitikan airmata waktu aku mulai menusukan rudalku ke anusnya. Tapi karena aku sudah berada di ujung kenikmatan maka aku tetap melakukannya.
Krn di rumah hanya kami berdua maka kami melakukannya di mana saja, bisa di kamar mandi, bisa di depan TV, dan lainnya. Hal yg paling mengesankan adalah suatu hari pada saat saya pulang jam istirahat siang, ternyata iapun baru pulang juga utk istirahat di rumah krn ada informasi instrukturnya akan datang terlambat sekitar setengah atau satu jam. Mendengar penyampaiannya itu aku langsung mutup pintu rumah dan menyergapnya. Aku baringkan ia di atas hambal di ruang tengah depan TV. Ia gelagapan dan berteriak2 senang sambil berpura2 protes. Aku hanya menurunkan celana tidak sampai lepas dan iapun cuma kusingkapkan rok panjangnya dan melepaskan celana dalamnya. Baju PNS nya hanya kubuka kancingnya dan menarik BHnya ke atas. Kerudungnya aku biarkan terpasang. Sehingga kamu bercinta dgn tdk sepenuhnya telanjang. Mungkin krn agak tegang permainan kami menjadi lebih lama dr permainan biasanya. Akhirnya kami istirahat di rumah dengan hanya makan nasi dan telur dadar krn waktu istirahat tersita utk bercinta.
Pada saat ia kembali ke kotanya kami masih berhubungan sebulan 3-4 kali dalam sebulan. Namun setelah aku pindah ke kota lain hubungan kami jadi sangat jarang. Terakhir ia menikah lagi dengan seorang duda yang usianya 7 tahun lebih tua dari dia. Itupun ia terima setelah aku yg mendorong utk menerimanya wkt ia menceritakan bhw ada orang yg mau melamarnya.
Demikianlah ceritaku. Sebetulnya sampai saat ia bersuamipun aku tau kalau aku datang kepada dirinya dan ia punya waktu maka ia akan bersedia melayaniku. Hanya aku tdk mau mengambil resiko yg lebih tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar